
A.
Judul
Meningkatkan
Kemampuan Guru dalam Menerapkan Model-model Pembelajaran Melalui Kegiatan
Supervisi Kelas oleh Kepala Sekolah SD Negeri 2 Sukajaya
B.
Penulis
Nama : Drs. Nasim Hendra Sutiana
Jabatan : Kepala SD Negeri 2 Sukajaya
No.
Hp : 081321421956
C.
Abstrak dan Kata Kunci

Kata
Kunci: Kemampuan Guru, Model-model Pembelajaran, Supervisi
Kelas
Dalam melaksanakan proses pembelajaran disekolah seorang
guru hendaknya mampu memilih dan mendayagunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Pada umumnya guru
jarang mengunakan model pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran,
karena kurangnya pemahaman guru terhadap model-model pembelajaran
yang dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran di
kelas.Sebenarnya ada banyak model pembelajaran yang bisa dipakai oleh setiap
guru dalam proses pembelajaran. Dengan mengunakan model-model pembelajaran
yang sesuai,
tentunya siswa akan termotivasi dalam
belajar,
dan ini akan berdampak positif pada hasil belajarnya.Pokok
masalah dalam penelitian, yaitu “Apakah penerapan
model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi kelas
dapat meningkatkan mutu pembelajaran pada siswa di SD Negeri 2
Sukajaya?”.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh simpulan bahwa penerapan model-model pembelajaran melalui
supervisi kelas oleh kepala sekolah terbukti berhasil meningkatkan kemampuan
guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses pembelajaran. Selain itu,
dengan meningkatnya kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses
pembelajaran, bukan saja proses belajar siswa semakin bermakna tetapi juga
hasil belajarnya meningkat.
D.
Pendahuluan
a.
Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan lembaga formal yang berfungsi membantu
khususnya orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka.
Sekolah memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak didiknya
secara lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan. Semua fungsi sekolah
tersebut tidak akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak berjalan
dengan baik, karena kelema,han dari salah satu
komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya akan
berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri. Salah satu dari bagian
komponen sekolah adalah guru.
Guru dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, menguasai
materi, menguasai metode, dan tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu
mengelola kelas sedemikian rupa sehingga pembelajaran berlangsung secara aktif,
inovatif, dan
menyenangkan. Namun umumnya guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang,
duduk, nonton,berlatih, …., dan lupa). Guru memberikan konsep, sementara siswa
menerima bahan jadi. menurut Suherman, ada hal yang menyebabkan siswa
tidak menikmati (senang) untuk belajar, yaitu kebanyakan siswa tidak siap
terlebih dahulu dengan (minimal) membaca bahan yang akan dipelajari, siswa
datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong. Lebih parah lagi,
siswa tidak menyadari tujuan belajar yang sebenarnya, tidak mengetahui manfaat
belajar bagi masa depannya nanti.
Berdasarkan pengamatan penulis di SD Negeri 2 Sukajaya,
terdapat beberapa kendala pada pembelajaran selama ini antara lain :
1.
Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep.
2.
Siswa kurang aktif / siswa pasif dalam proses
pembelajaran.
3.
Siswa belum terbiasa untuk bekerja sama dengan temannya
dalam belajar.
4.
Guru kurang mengaitkan materi pembelajaran dengan
kehidupan sehari-hari.
5.
Hasil nilai ulangan / hasil belajar siswa pada
pembelajaran rendah.
6.
KKM tidak tercapai.
7.
Pembelajaran tidak menyenangkan bagi siswa.
8.
Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran.
Sebagai pendidik, penulis melihat pembelajaran menjadi
kurang efektif karena hanya cenderung mengedepankan aspek intelektual dan
mengesampingkan aspek pembentukan karakter. Hal ini tentu suatu hambatan bagi
guru. Namun penulis ingin mengubah hambatan tersebut menjadi sebuah kekuatan
dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien sehingga
nantinya akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Untuk menjawab hal itu, penulis mencoba memberi solusi
kepada guru-guru untuk menerapkan model-model pembelajaran melalui kegiatan
supervisi kelasdi SD Negeri 2 Sukajaya dengan menyusun berbagai perangkat
pembelajaran yang dibutuhkan seperti : RPP, alat peraga, teknik pengumpulan
data, dan instrumen yang dibutuhkan untuk membantu guru dalam mengelola kelas
dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di
atas, pokok
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan seperti tertuang pada pertanyaan
berikut “Apakah penerapan model-model pembelajaran melalui
kegiatan supervisi kelas dapat meningkatkan mutu pembelajaran pada
siswa di SD Negeri 2 Sukajaya?”
c.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk hal-hal sebagai
berikut.
1.
Meningkatkan peran
serta kepala sekolah SD Negeri 2 Sukajaya dalam memfasilitasi para guru yang
dihadapkan dengan kesulitan teknis pengelolaan pembelajaran, yang akan memberi
dampak kurang baik terhadap proses dan hasil belajar siswa.
2.
Meningkatkan
kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses pembelajaran.
3.
Meningkatkan
kebermaknaan proses belajar siswa SD Negeri 2 Sukajaya guna mencapai aneka
tujuan pembelajaran.
4.
Untuk mengetahui
efektivitas upaya yang ditempuh (model-model pembelajaran) kepala sekolah pada
saat melakukan supervisi kelas.
d.
Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini, dilakukan dengan harapan
memberikan manfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah. Adapun manfaat dimaksud,
sebagai berikut.
1. Manfaat
bagi siswa,
antara lain:
1) memperoleh
pengalaman belajar yang lebih menarik;
2) meningkatkan
aktivitas siswa dalam belajar;
3) meningkatkan
penguasaan konsep;
4) menumbuhkan
keberanian mengemukakan pendapat dalamkelompok/membiasakan bekerja sama dengan
teman.
2. Manfaat
bagi guru,
antara lain:
1) memperoleh
alternatif baru dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan;
2) memperoleh
alternatif baru untuk peningkatan mutu pembelajaran.
3. Manfaat
bagi sekolah,
antara lain:
1) meningkatkan
prestasi sekolah dalam bidang akademis;
2) meningkatkan
kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru.
e. Kajian Teori, Kerangka berpikir, dan
Hipotesis Tindakan
a)
Kajian Teori
1.
Model
Pembelajaran
1) Arti
Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Winataputra, 1994:34).
Banyak model-model pembelajaran yang dapat dikembangkan
oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang pada prinsipnya
pengembangan model pembelajaran bertujuan untuk menciptakan situasi belajar
mengajar yang efektif dan efisien, menyenangkan, bermakna, lebih banyak mengaktifkan
siswa.
Dalam pengembangan model pembelajaran yang mendapat
penekanan pengembangannya terutama dalam strategi dan metode pembelajaran.
Untuk masa sekarang ini perlu juga dikembangkan sistem
penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Oleh karena itu guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
bisa saja mengembangkan model pembelajaran sendiri dengan tujuan proses
pembelajaran lebih efektif dan efisien, lebih banyak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berkreasi, sehingga siswa lebih aktif.
2) Ciri-ciri
Model Pembelajaran
Suatu model pembelajaran memiliki ciri-ciri tersendiri.
Secara khusus, ciri-ciri tersebut dikemukakan Sanjaya (2006: 115), yakni
sebagai berikut.
(1)
Rasional
teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
(2)
Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
(3)
Tingkah
laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat dilaksanakandengan
berhasil.
(4)
Lingkungan
belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam
memilih model pembelajaran guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa,
bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat
diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam
pengelolaan proses pembelajaran yang dijalaninya.
3)
Beberapa Contoh Model Pembelajaran
Di antara model-model pembelajaran dimaksud, yakni model pembelajaran
lansung, kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, inkuiri, atau belajar
melalui penemuan, dan masih banyak model pembelajaran inovatif lainnya yang
bisa menjadi pilihan bagi guru sekolah dasar.
2.
Supervisi Kelas
1) Arti
Supervisi Kelas
Supervisi kelas adalah supervisi yang difokuskan pada
perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap
perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap penampilan pembelajarannya
dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Istilah “supervisi kelas”
mengacu kepada misi utama pembelajaran, yaitu kegiatan yang
ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan prestasi akademik.
Dengan kata lain, supervisi kelas adalah kegiatan yang berurusan dengan
perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pembelajaran di sekolah.
Beberapa alasan mengapa supervisi kelas diperlukan, diantaranya:
·
tidak ada balikan dari
orang yang kompeten sejauh mana praktik profesional telah memenuhi standar
kompetensi dan kode etik;
·
ketinggalan iptek dalam
proses pembelajaran;
·
kehilangan identitas
profesi;
·
kejenuhan profesional (bornout);
·
pelanggaran kode etik
yang akut;
·
mengulang kekeliruan secara
masif;
·
erosi pengetahuan yang sudah
didapat dari pendidikan prajabatan (PT);
·
siswa dirugikan, tidak
mendapatkan layanan sebagaimana mestinya;
·
rendahnya apresiasi dan
kepercayaan masyarakat dan pemberi pekerjaan.
2) Tujuan Supervisi Kelas
Secara umum tujuan supervisi kelas,
yaituuntuk:
·
menciptakan kesadaran
guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses
pembelajaran;
·
membantu guru untuk
senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran;
·
membantu guru untuk
mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran;
·
membantu guru untuk dapat
menemukan cara pemecahan maslah yang ditemukan dalam proses pembelajaran;
·
membantu guru untuk
mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan.
3) Manfaat Supervisi Kelas
Supervisi
kelas merupakan strategi untuk dapat meningkatkan kompetensi seorang guru dalam
proses kegiatan belajar mengajar dan ketepatan dalam membuat perencanaan
pembelajaran. Harapan dari supervisi kelas akan berdampak pada proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien.
4) Sasaran dan Prinsip-prinsip Supervisi Kelas
Sasaran
dari supervisi kelas, di antaranya: (1)proses pembelajaran peserta didik, (2)
menjadikan kepala sekolah dan guru sebagai professional learners, dan (3)
membina kepala sekolah dan guru-guru untuk memiliki kemampuan manajemen sumber
daya pendidikan. Untuk itu,
kepala sekolah yang akan bertindak sebagai supervisor harus memahami benar
prinsip-prinsip supervisi kelas, di antaranya:
·
Supervisi (pengawasan) kegiatan pembelajaran dimaksudkan
untuk untuk meningkatkan kompetensi guru;
·
pembinaan tepat dan kontinyu;
·
penjaminan mutu pendidikan harus selalu
ditingkatkan;
·
menjalin komunikasi yang harmonis dan iklim
kondusif;
·
menumbuhkan keyakinan bahwa guru dapat selalu
meningkatkan kemampuan dan berprestasi.
5) Langkah-langkah Supervisi Kelas
Langkah-langkah
yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah dalam melakukan supervisi kelas,
yaitusebagai berikut.
·
Membuat kesepakatan waktu pelaksanaan
supervisi kelas dengan guru.
·
Mendiskusikan materi pelajaran apa yang akan
diajarkan pada saat supervisi kelas.
·
Membantu guru dalam membuat persiapan
mengajar.
·
Meyakinkan pada guru kedatangan kepala
sekolah sebagai supervisor bukan akan menilai atau mengawasi namun untuk
memberikan bantuan teknis yang diperlukan oleh guru.
·
Membuat kesepakatan untuk berbagi peran
antara supervisor dan guru dalam proses pembelajaran.
Untuk
lebih memantapkan program supervisi kelas dan meyakinkan guru-guru SD Negeri 2
Sukajaya bahwa program supervisi kelas ini akan memberikan manfaat bagi guru,
yang dilakukan kepala sekolah, yakni sebagai berikut.
·
Datang lebih pagi sebelum guru masuk kelas
untuk melakukan “kontrak” ulang tentang: langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilakukan, peran masing-masing yang akan dilakukan, dan pengorganisasian waktu.
·
Masuk ke dalam kelas bersama-sama dengan guru
yang bersangkutan. Kalau kepala sekolah yang akan bertindak sebagai supervisor
masuk ke dalam kelas belakangan, dikhawatirkan akan menganggu konsentrasi anak
pada saat proses pembelajaran, dan mungkin menimbulkan rasa takut.
·
Meminta guru yang bersangkutan untuk
menyampaikan bahwa kepala sekolah (supervisor) datang di kelas tersebut akan
membantu dalam proses pembelajaran sehingga tidak menimbulkan rasa penasaran
bagi anak.
·
Kepala sekolah ikut berperan dalam proses
pembelajaran tersebut, dan tidak lupa membuat catatan-catatan kecil tentang
kelebihan-kelebihan maupun hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran yang
memerlukan perbaikan.
·
Kepala sekolah tidak akan mengambil alih
peran guru.
Setelah
supervisi kelas selesai dilaksanakan, kepala sekolah SD Negeri 2 Sukajaya
melakukan upaya tindaklanjut, dengan cara sebagai berikut.
·
Melakukan diskusi dengan guru atas dasar
sikap menghargai.
·
Melakukan refleksi diri misalnya melalui pertanyaan,
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu selama proses pembelajaran tadi? Apakah masih ada
kekurangan yang Bapak/Ibu lakukan selama proses pembelajaran tadi, di bagian
mana saja?”
·
Menanyakan peningkatan yang ingin dilakukan
oleh guru.
·
Memberikan saran atau arahan.
·
Merencanakan tindak lanjut, misalnya: “Apa
yang perlu Bapak/Ibu lakukan selanjutnya agar pembelajaran yang akan dilakukan
besok lebih baik?”
b) Kerangka
Berpikir
Berdasarkan kajian teori di atas, maka dengan melalui
kegiatan penerapan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi
kelas
oleh kepala sekolah diyakini benar akan meningkatkan kemampuan guru dalam
mengelola proses pembelajaran, yang akhirnya proses dan hasil belajar siswa SD
Negeri 2 Sukajayapun meningkat.
Hal ini hanya mungkin akan terjadi apabila antara kepala sekolah dan guru serta
siswa SD Negeri 2 Sukajaya mau bersinergis untuk saling berkontribusi secara
positif. Untuk itu, semua pihak yang terlibat perlu lebih dulu merencanakan
segala sesuatunya dengan matang. Perencanaan yang dibuat tentunya didasarkan
pada prinsip-prinsip supervisi kelas dengan mempertimbangkan upaya strategis
yang akan diterapkan (dalam hal ini model-model pembelajaran terpilih yang
konteks dengan situasi dan tujuan yang ingin dicapai). Adapun pelaksanaannya,
tidak boleh menyimpang dari yang sudah direncanakan. Selama proses supervisi
sedang berlangsung, kepala sekolah dan guru berkolaborasi menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkin seluruh siswa belajar secara aktif, kreatif,
inovatif, efektif, dan menyenangkan. Sejak awal hingga akhir proses supervisi
kelas berlangsung, kepala sekolah mencatat dan menilai kinerja guru dan siswa,
yang hasilnya akan dijadikan bahan diskusi untuk menentukan langkah tindak
lanjut ke depan supaya lebih berhasil mencapai sasaran.
c) Hipotesis Tindakan
Bertolak
dari masalah, hasil kajian teori, dan kerangka pikir di atas, dapat dirumuskan
suatu hipotesis tindakan, yakni sebagai berikut “Penerapan model-model
pembelajaran melalui supervisi kelas oleh kepala sekolah dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran serta meningkatkan proses
dan hasil belajar siswa SD Negeri 2 Sukajaya”.
f. Metodologi Penelitian
a) Subjek,
Lokasi, dan Waktu Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah guru SD Negeri 2 Sukajaya. Lokasi SD Negeri 2 Sukajaya
ada di lingkungan UPTD. Pendidikan Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis. Waktu
palaksanaan penelitian ini, yakni pada semester 2 tahun pelajaran 2011, yang di
mulai sejak tanggal 30 Mei hingga 1 September.
b) Prosedur
Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian tindakan sekolah,
dengan empat langkah pokok, yaitu : perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi, dengan
melibatkan enam
orang guru SD Negeri 2 Sukajaya. Penelitian
dilakukan secara berkelanjutan selama 3 bulan. Keempat langkah tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Perencanaan Tindakan
Hal-hal
yang diupayakan pada tahap perencanaan tindakan, yaitu sebagai berikut.
1) Pemilihan
topik.
2) Melakukan
review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik
tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran.
Selanjutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.
3) Menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran.
4) Merencanakan
penerapan pembelajaran.
5) Menentukan
indikator yang akan dijadikan acuan.
6) Mempersiapkan
kelompok mata pelajaran.
7) Mempersiapkan
media pembelajaran.
8) Membuat
format evaluasi.
9) Membuat
format observasi.
10) Membuat
angket respon guru dan siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah:
1)
Setiap guru yang telah menyusun rencana pembelajaran
menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara guru lain
memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih
baik.
2)
Guru yang ditunjuk menggunakan masukan-masukan tersebut
untuk memperbaiki rencana pembelajaran.
3)
Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana
pembelajarannya di depan kelas untuk mendapatkan umpan balik.
3. Pengamatan (Observasi)
Pada
tahap observasi:
1) Observer
melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi.
2) Menilai
tindakan dengan menggunakan format evaluasi.
3) Pada
tahap ini seorang guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah
disusun, guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dipersiapkan. Selain itu dilakukan pemotretan yang meng-close up
kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.
4. Refleksi
Refleksi
dilakukan secara kolaborasi. Baik kepala sekolah, guru, maupun observer turut
memikirkan hasil tindakan serta bagaimana langkah tindak lanjut ke depan, agar
terjadi peningkatan yang lebih baik.
c) Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang ditetapkan adalah meningkatkan
kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran melalui kegiatan
supervisi kelas di SD Negeri 2 Sukajaya. Aspek yang diukur dalam observasi
adalah antusiasme guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam menerapkan model-model
pembelajaran, interaksi siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar,
interaksi antarsiswa, kerja
sama antarsiswa
dalam kelompok, dan aktivitas siswa dalam diskusi kelompok.
d) Teknik
Pengumpulan Data
Data
dikumpulkan melalui beberapa teknik, sebagai berikut.
1. Teknik
Observasi
Teknik
observasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari pelaksanaan aktivitas
kegiatan yang sudah direncanakan.
2. Teknik
Wawancara
Teknik
awawancara digunakan untuk memperoleh sejumlah keterangan dari pihak-pihak yang
terlibat secara langsung dalam penelitian.
3. Teknik
Dokumentasi
Teknik
dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai dokumen yang berkaitan dengan
proses dan hasil penelitian untuk memperkuat perolehan data dari teknik
observasi dan teknik wawancara.
e) Teknis
Analisis Data
Data yang sudah terkumpul melalui beberapa teknik
pengumpul data, kemudian dianalisis dengan cara mendeskripsikan arti
masing-masing data, baik yang berkaitan dengan perubahan kemampuan guru maupun
siswa setelah diupayakan melalui perlakuan (treatement)
yang diterapkan, dalam hal ini model-model pembelajaran terpilih untuk mentasi
permasalahan yang ada. Kriteria yang digunakan dalam rangka itu, yakni sebagai
berikut.
1.
Kemampuan guru
dalam mengelola proses pembelajaran dikatakan meningkat apabila:
1)
mampu menyusun
rencana pembelajaran dengan menerapkan model-model pembelajaran terpilih untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa;
2)
mampu melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan rencana;
3)
mampu mengevaluasi
kemampuan siswa dengan menggunakan teknik yang tepat seperti yang telah
direncanakan;
4)
mampu menindaklanjuti
hasil belajar siswa dengan cara-cara yang tepat.
2.
Proses dan hasil
belajar siswa dikatakan meningkat apabila:
1)
siswa aktif selama belajar;
2)
antarsiswa terjadi saling belajar secara
bermakna;
3)
siswa mampu menyelesaikan tugas belajar, baik
secara individu maupun kelompok;
4)
siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) masing-masing mata pelajaran yang telah
ditetapkan sekolah.
E. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil
Penelitian
1. Siklus
I
Proses pelaksanaan siklus I menempuh empat tahapan,
yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Adapun deskripsi masing-masing tahapan tersebut, sebagai berikut.
1) Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus I dilakukan secara
kolaborasi antara peneliti, guru, dan pengawas. Hal-hal yang diupayakan pada
tahap tahap ini oleh semua pihak, antara lain:
(1)
Mengidentifikasi
masalah terkait dengan kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola
proses pembelajaran berdasarkan model-model pembelajaran terkini, yang hasil
menunjukkan sebagai berikut:
·
setiap guru kurang
mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan ketentuan
komponen-komponennya dan tuntutan model-model pembelajaran yang diupayakan;
·
setiap guru kurang
mampu melaksanakan pembelajaran seperti yang telah direncanakannya dan apalagi
mengelolanya sesuai dengan ketentuan model-model pembelajaran yang diupayakan;
·
setiap guru kurang
mampu mengevaluasi kemampuan siswa dengan menggunakan berbagai teknik yang
tepat, sesuai dengan teknik-teknik evaluasi yang menjadi skala prioritas pada
model-model pembelajaran yang diupayakan;
·
setiap guru kurang
mampu menindaklanjuti hasil belajar siswa, sehingga banyak siswa yang kurang
mencapai kriteria ketuntasan minimal masih tetap dibiarkan.
(2)
Menetapkan upaya yang tepat pada saat
melaksanakan supervisi kelas agar berhasil mengatasi setiap persoalan yang
dialami guru dengan cara memberikan bantuan pemikiran dan contoh-contoh yang
tepat mengenai penggunaan model-model pembelajaran terkini yang konteks dengan
keadaan sekolah. Dalam rangka itu, kepala sekolah membagikan contoh konsep
rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran sosial dan eksak kepada para
guru. Melalui pemberian contoh tersebut diharapkan para guru dapat membuat
kembali sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran yang lebih mengakomodir
kepentingan siswa untuk belajar lebih baik dari sebelumnya pada kompetensi
dasar yang akan disampaikan. Setelah semua guru menerima konsep-konsep yang
dibuat oleh supervisor (penulis sebagai kepala sekolah), kepada mereka diberi
kesempatan untuk bertanya seperlunya terkait dengan hal-hal yang sudah
direncanakan yang dianggap masih kurang dipahami. Selama kegiatan ini
berlangsung diharapkan ada masukan dari para guru untuk lebih memaksimalkan
perencanaan pembelajaran yang dijadikan konsep percontohan. Oleh karena waktu
jualah yang kurang memadai, maka kepada masing-masing guru, supervisor
memberikan tenggang waktu untuk memikirkan setiap tuntutan rencana pelaksanaan
pembelajaran di rumah. Menutup kegiatan dikusi ini, kepala sekolah menetapkan
waktu pelaksanaan supervisi kelas untuk masing-masing guru, seperti tertera
pada uraian di bawah.
(3)
Menetapkan waktu pelaksanaan supervisi kelas,
seperti rincian berikut.
·
Pada tanggal 1 Juni 2011, supervisi kelas
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Abdul Rohim yang mengajar di kelas V.
·
Pada tanggal 2 Juni 2011, supervisi kelas
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Jumnati yang mengajar di kelas III.
·
Pada tanggal 3 Juni 2011, supervisi kelas
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Tika Kartika yang mengajar di kelas
IV.
·
Pada tanggal 4 Juni 2011, supervisi kelas
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Ade Juariah yang mengajar di kelas
VI.
·
Pada tanggal 5 Juni 2011, supervisi kelas
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Dede Soidin yang mengajar di kelas
II.
·
Pada tanggal 6 Juni 2011, supervisi kelas
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Hj. Mutiah yang mengajar di kelas I.
(4)
Menetapkan kriteria keberhasilan supervisi
kelas pada siklus I dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajaran, dengan ketentuan sebagai berikut:
·
meningkatnya kemampuan guru dalam
merencanakan pembelajaran;
·
meningkatnya kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran;
·
meningkatnya kemampuan guru dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran;
·
meningkatnya kemampuan guru dalam
menindaklanjuti hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran.
(5)
Menyusun instrumen yang diperlukan, seperti:
·
lembar observasi untuk menilai kemampuan guru
dalam merencanakan pembelajaran;
·
lembar observasi untuk menilai kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran;
·
lembar observasi untuk menilai kemampuan guru
dalam mengevaluasi kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran;
·
lembar observasi untuk menilai kemampuan guru
dalam menindaklanjuti hasil belajar siswa dalam mencapai kriteria ketuntasan
minimal yang telah ditetapkan;
·
lembar wawancara dengan guru dan siswa.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan berlangsung sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Adapun deskripsi pelaksanaannya, sebagai berikut.
Pada tanggal 1 Juni 2011, penulis mengadakan
supervisi kelas untuk membantu saudara Abdul Rohim yang mengajar di kelas V.
Sebagai supervisor, penulis datang lebih dulu ke sekolah. Sebelumnya sudah ada
konteks dengan yang bersangkutan, agar datang ke sekolah 20 meneit sebelum jam
pelajaran. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, yang bersangkutan pun
tiba, kemudian menemui penulis di ruang kerja. Tanpa membuang waktu, langsung
saja penulis berdiskusi dengan yang bersangkutan. Selama lebih kurang 10 menit,
barulah diperoleh kesepakatan untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
rencana yang telah dipersiapkan. Namun sebelumnya, penulis bersama yang
bersangkutan mempersiapkan dulu kondisi kelas, agar menunjang pelaksanaan
pembelajaran.
Setelah tiba waktunya jam pelajaran di mulai,
penulis dan saudara Abdul Rohim memasuki ruang kelas V. Seluruh siswa tampak
menyambut dengan hangat, tentunya karena suasana pada hari ini sedikit agak
berbeda dengan suasana sebelumnya. Saudara Abdul Rohim mulai membuka kegiatan
pembelajaran dengan memimpin berdo’a sebelum belajar. Selesai berdo’a, yang
bersangkutan dengan penulis mengondisikan siswa, agar memahami tujuan
pembelajaran dan cara belajar untuk mencapainya. Memasuki kegiatan inti
pembelajaran, penulis mulai memperhatikan, mencatat, dan menilai aktivitas guru
dan siswa. Hal ini terus dilakukan hingga akhir kegiatan pembelajaran.
Pada tanggal 2 Juni 2011, penulis mengadakan supervisi
kelas untuk memberikan bantuan berupa bimbingan pelaksanaan pembelajaran kepada
saudari Jumnati yang mengajar di kelas III. Penulis dan yang bersangkutan tiba
di sekolah sekitar 30 menit sebelum jam pelajaran di mulai. Sebelum
pembelajaran di mulai, penulis dengan saudari Jumnati mangadakan diskusi
terkait dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dan model
pembelajaran yang sudah direncanakan untuk menyiasati ketercapaiannya
kompetensi dasar tersebut oleh siswa. Tidak sedikit masukan dan supor yang
penulis berikan kepadanya, dengan tujuan menyemangati dan agar pada saat
pelaksanaannya tidak terkesan kaku dengan kehadiran penulis di kelas.
Tiba
waktunya jam pelajaran di mulai, penulis dan saudari Jumnati memasuki ruang
kelas III. Sebelum memasuki ruangan, kami menyampaikan salam, yang dijawab
dengan baik oleh seluruh siswa. Saudari Jumnati mengawali pembelajaran dengan
do’a bersama sebelum belajar. Seluruh siswa tampak berdo’a dengan hidmat.
Selesai kegiatan berdo’a, yang bersangkutan dan penulis berusaha mengondisikan
siswa, agar dalam kondisi siap belajar. Barulah setelah itu, yang bersangkutan
menjelaskan tujuan pembelajaran dan cara belajar untuk mencapainya. Mengakhiri
kegiatan awal, beliau dan penulis memotivasi siswa dengan cara akan memberi reward dan punishment yang setimpal.
Proses
kegiatan inti pembelajaran pun berlangsung di bawah kendali saudari Jumnati.
Kadang-kadang penulis membantu membimbing dan mengarahkan siswa pada hal-hal
yang diinginkan dalam pembelajaran. Dalam pada itu, penulis memperhatikan,
mencatat, dan menilai aktivitas yang bersangkutan dan siswa. Hal ini
berlangsung hingga kegiatan pembelajaran berakhir.
Demikian
pun dengan supervisi kelas berikutnya, dilaksanakan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Kepada masing-masing guru (Tika Kartika, Ade Juariah, Hj.
Mutiah, dan Dede Soidin), penulis berusaha sekemampuan membina, seperti halnya
yang dilakukan kepada beberapa orang guru sebelumnya. Ketika masing-masing
sedang berinteraksi dengan siswa, penulis membantu, mengarahkan, dan turut
serta memotivasi siswa. Selain itu, penulis pun memperhatikan dengan seksama
aktivitas guru dan siswa, serta mencatat hal-hal penting dan menilainya pada
lembar observasi.
3) Observasi
Observasi dilakukan oleh penulis sejak awal hingga
akhir kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh guru dan siswa. Berdasarkan hasil observasi diperoleh
beberapa catatan serta hasil penilaian terhadap kemampuan masing-masing guru.
Berikut ini ringkasnya hasil catatan dan penilaian tersebut.
(1)
Saudara Abdul Rohim mengawali pembelajaran
dengan sebuah rencana yang terdiri atas komponen-komponen berikut: (1) standar
kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4) tujuan
pembelajaran, (5) materi pokok, (6) model pembelajaran (pendekatan, metode, dan
teknik), (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (8) alat dan sumber
pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Untuk komponen 1, 2, 3, dan 4
sudah dirumuskan dengan baik. Oleh karena itu yang bersangkutan dinilai mampu
memenuhi tuntutan ini. Untuk komponen materi pokok, dinilai kurang untuk
memenuhi tuntutan tujuan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran
(pendekatan, metode, dan teknik), sudah dilakukan, meski akurasinya untuk
mencapai tujuan pembelajaran masih disangsikan. Barulah dalam menjabarkan
langkah-langkah pembelajaran dinilai kurang mampu mengaktualisasikan karakter,
tahapan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Demikian pun dalam penilaian
pembelajaran, tidak mencantum prosedur dan pedoman penilaian yang jelas,kriteria
yang tepat untuk menentukan batas minimal tuntas. Lebih jelasnya catatan dan
hasil penilaian itu tertuang pada tabel1 (terlampir) observasi berikut.
Tabel 1 Penilaian Kemampuan
Merencanakan Pembelajaran
No.
|
Komponen yang Dinilai
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Rumusan
Standar Kompetensi
|
|
|
|
√
|
2
|
Rumusan
Kompetensi Dasar
|
|
|
|
√
|
3
|
Rumusan
Indikator Hasil Belajar
|
|
|
|
√
|
4
|
Rumusan
Tujuan Pembelajaran
|
|
|
|
√
|
5
|
Rumusan
Materi Pokok
|
|
√
|
|
|
6
|
Rumusan
Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)
|
|
|
√
|
|
7
|
Rumusan
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
8
|
Rumusan
Alat dan Sumber Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
9
|
Rumusan
Penilaian Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
Jumlah
Nilai
|
27
|
||||
Rata-rata
Nilai
3
|
Keterangan:
Nilai
1 : Tidak Mampu
Nilai
2 : Kurang Mampu
Nilai
3 : Cukup Mampu
Nilai
4 : Mampu
Selain
itu, kemampuan yang bersangkutan pun dalam melaksanakan pembelajaran,
mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya pun dinilai secara objektif. Ada
beberapa catatan penting terkait dengan hasil observasi terhadap substansi
tersebut, yakni sebagai berikut.
§
Pelaksanaan pembelajaran masih didominasi
guru. Hal ini mungkin karena sudah terbiasa gaya mengajarnya seperti.
Kemungkinan lainnya, yang bersangkutan sepertinya belum terbiasa dengan
langkah-langkah membelajarkan siswa berdasarkan model pembelajaran yang
dipilihnya. Oleh karena, kurang terjadi proses pembentukan karakter siswa,
seperti yang diharapkan. Demikian pun dalam membelajarkan siswa pada
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, sepertinya terlewati begitu saja dengan
kebiasaan fokus pada penyajian materi ajar.
§
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan sesuai
dengan rencana, meski tidak ditentukan dalam rencana tersebut bahwa prosedur
penilaiannya menggunakan prosedur penilaian hasil belajar. Hasil evaluasi yang
menunjukkan kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran tidak dinilai
berdasarkan pedoman dan kriteria yang jelas. Oleh karena itu, sulit untuk
menentukan nilai akhir yang diperoleh siswa sebagai bukti kemampuannya dalam
memenuhi setiap tuntutan pembelajaran.
§
Hasil belajar siswa yang menunjukkan tingkat
keberhasilan pengelolaan proses pembelajaran, saat itu tidak sempat
ditindaklanjuti yang disebabkan oleh waktu pembelajaran sudah berakhir. Untuk
mengetahui hal ini, yang bersangkutan bersepakat dengan penulis akan
menganalisisnya pada saat refleksi.
Lebih
jelasnya mengenai nilai yang diberikan penulis pada saat observasi terhadap
setiap substansi di atas, tertuang dalam tabel 2 (terlampir) berikut.
Tabel 2 Penilaian Kemampuan
Melaksanakan Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti Hasilnya
No.
|
Indikator Kemampuan yang
Dinilai
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Membuka
kegiatan pendahuluan
|
|
|
√
|
|
2
|
Mengelola
kegiatan eksplorasi
|
|
√
|
|
|
3
|
Mengelola
kegiatan elaborasi
|
|
√
|
|
|
4
|
Mengelola
kegiatan konfirmasi
|
|
√
|
|
|
5
|
Menumbuhkembangkan
karakter
|
|
√
|
|
|
6
|
Pendayagunaan
alat dan sumber
|
|
|
√
|
|
7
|
Mengelola
evaluasi
|
|
√
|
|
|
8
|
Menindaklanjuti
hasil evaluasi
|
|
√
|
|
|
9
|
Menutup
kegiatan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
10
|
Pemanfaatan
waktu dalam setiap kegiatan
|
|
|
√
|
|
11
|
Menjelaskan
materi ajar disertai contoh
|
|
|
√
|
|
12
|
Membimbing
dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
|
|
√
|
|
|
13
|
Memberi
solusi terhadap setiap kesulitan siswa
|
|
√
|
|
|
Jumlah
Nilai
|
31
|
||||
Rata-rata
Nilai
|
2,38
|
Keterangan:
Nilai
1 : Tidak Mampu
Nilai
2 : Kurang Mampu
Nilai
3 : Cukup Mampu
Nilai
4 : Mampu
(2)
Saudari Jumnati, dalam mengelola proses
pembelajaran diawali dengan sebuah rencana yang terdiri atas komponen-komponen
berikut: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil
belajar, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pokok, (6) model pembelajaran
(pendekatan, metode, dan teknik), (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran,
(8) alat dan sumber pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Dalam
merumuskan komponen 1, 2, 3, dan 4, yang bersangkutan dinilai cukup mampu. Lain
halnya dengan komponen materi pokok, kurang mampu dirumuskan dalam uraian yang
jelas, serta kurang disertai contoh yang konkret. Demikian pun dalam pemilihan
model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), sepertinya antara
pendekatan, metode, dan teknik kurang sesuai. Terlebih lagi bila dikaitkan
dengan tujuan pembelajaran, karakter yang diinginkan, dan karakteristik siswa.
Selain itu, dalam komponen langkah-langkah pembelajaran dinilai kurang mengakomodir
proses belajar siswa pada tahapan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Komponen
lainnya yang dinilai masih kurang direncanakan dengan baik, yaitu teknis
penilaian. Adapun hasil penilaian komponen-komponen tersebut secara
keseluruhan, seperti tertuang pada tabel 3 (terlampir) berikut.
Tabel
3 Penilaian Kemampuan Merencanakan Pembelajaran
No.
|
Komponen
yang Dinilai
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Rumusan
Standar Kompetensi
|
|
|
√
|
|
2
|
Rumusan
Kompetensi Dasar
|
|
|
√
|
|
3
|
Rumusan
Indikator Hasil Belajar
|
|
|
√
|
|
4
|
Rumusan
Tujuan Pembelajaran
|
|
|
√
|
|
5
|
Rumusan
Materi Pokok
|
|
√
|
|
|
6
|
Rumusan
Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)
|
|
√
|
|
|
7
|
Rumusan
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
8
|
Rumusan
Alat dan Sumber Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
9
|
Rumusan
Penilaian Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
Jumlah Nilai
|
22
|
||||
Rata-rata Nilai 2,44
|
Keterangan:
Nilai
1 : Tidak Mampu
Nilai
2 : Kurang Mampu
Nilai
3 : Cukup Mampu
Nilai
4 : Mampu
Substansi
lainnya yang dinilai dari kemampuan saudari Jumnati, yaitu dalam melaksanakan
pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya. Ada beberapa catatan
penting terkait dengan hasil observasi terhadap substansi tersebut, yakni
sebagai berikut.
§
Pelaksanaan pembelajaran masih berfokus pada
penyajian materi ajar. Padahal model pembelajaran yang digunakan lebih
menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa. Pemberdayaan siswa dalam
mengeksplorasi, mengelaborasi, dan mengkonfirmasi kurang mendapat perhatian
yang serius. Hal ini lebih disebabkan oleh kebiasaan sebelumnya, di mana pusat
belajar siswa pada guru bukan pada proses mandiri dan kerjasasama. Tidak heran
kalau kemudian siswa hanya duduk, dengar, catat, dan hafalkan (DDCH) bukan CBSA
(ke cara belajar siswa aktif).
§
Evaluasi pembelajaran hanya dilaksanakan di
akhir pembelajaran. Di awal pembelajaran tidak ada evaluasi. Itu sebabnya
kemajuan siswa dalam belajar kurang terukur. Paling tidak dengan adanya tes
awal dan tes akhir, tingkat kemajuannya dapat diketahui.
§
Hasil belajar siswa di akhir pembelajaran
tidak sempat ditindaklanjuti, karena waktu lebih banyak tersita untuk penyajian
meteri ajar.Itu sebabnya untuk menentukan upaya tindak lanjut yang tepat,
terpaksa harus menunggu hasil refleksi.
Untuk
mengetahui nilai kemampuan yang bersangkutan terkaitan dengan setiap indikator
di atas, dapat dilihat pada tabel 4 (terlampir) berikut.
Tabel
4 Penilaian Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti
Hasilnya
No.
|
Indikator
Kemampuan yang Dinilai
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Membuka
kegiatan pendahuluan
|
|
|
√
|
|
2
|
Mengelola
kegiatan eksplorasi
|
|
√
|
|
|
3
|
Mengelola
kegiatan elaborasi
|
|
√
|
|
|
4
|
Mengelola
kegiatan konfirmasi
|
|
√
|
|
|
5
|
Menumbuhkembangkan
karakter
|
|
√
|
|
|
6
|
Pendayagunaan
alat dan sumber
|
|
√
|
|
|
7
|
Mengelola
evaluasi
|
|
√
|
|
|
8
|
Menindaklanjuti
hasil evaluasi
|
|
√
|
|
|
9
|
Menutup
kegiatan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
10
|
Pemanfaatan
waktu dalam setiap kegiatan
|
|
√
|
|
|
11
|
Menjelaskan
materi ajar disertai contoh
|
|
√
|
|
|
12
|
Membimbing
dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
|
|
√
|
|
|
13
|
Memberi
solusi terhadap setiap kesulitan siswa
|
|
√
|
|
|
Jumlah Nilai
|
28
|
||||
Rata-rata Nilai
|
2,15
|
Keterangan:
Nilai
1 : Tidak Mampu
Nilai
2 : Kurang Mampu
Nilai
3 : Cukup Mampu
Nilai
4 : Mampu
(3)
Saudari Tika Kartika, mengawali pengelolaan proses
pembelajaran dari sebuah rencana yang terdiri atas komponen-komponen berikut:
(1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4)
tujuan pembelajaran, (5) materi pokok, (6) model pembelajaran (pendekatan,
metode, dan teknik), (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (8) alat dan
sumber pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Untuk komponen 1, 2, 3,
dan 4, sudah dirumuskan dengan baik. Oleh karena itu, yang bersangkutan dinilai
mampu merumuskan keempat komponen tersebut. Berbeda dengan komponen materi
pokok, yang bersangkutan dinilai kurang mampu. Harusnya komponen ini dirumuskan
dalam uraian yang jelas, yang disertai contoh konkret untuk memudahkan
pemahaman siswa. Sama halnya dengan mengupayakan komponen model pembelajaran
(pendekatan, metode, dan teknik), alat dan sumber pembelajaran, serta penilaian
pembelajaran, yang bersangkutan dinilai kurang mampu.Lebih jelasnya mengenai hasil
penilaian penulis terhadap komponen-komponen tersebut dituangkan pada tabel 5
(terlampir) berikut.
Tabel 5 Penilaian Kemampuan
Merencanakan Pembelajaran
No.
|
Komponen yang Dinilai
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Rumusan
Standar Kompetensi
|
|
|
√
|
|
2
|
Rumusan
Kompetensi Dasar
|
|
|
√
|
|
3
|
Rumusan
Indikator Hasil Belajar
|
|
|
√
|
|
4
|
Rumusan
Tujuan Pembelajaran
|
|
|
√
|
|
5
|
Rumusan
Materi Pokok
|
|
√
|
|
|
6
|
Rumusan
Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)
|
|
√
|
|
|
7
|
Rumusan
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
8
|
Rumusan
Alat dan Sumber Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
9
|
Rumusan
Penilaian Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
Jumlah
Nilai
|
22
|
||||
Rata-rata
Nilai
2,44
|
Keterangan:
Nilai 1 : Tidak Mampu
Nilai 2 : Kurang Mampu
Nilai 3 : Cukup Mampu
Nilai 4 : Mampu
Selain
menilai kemampuannya dalam merencanakan pembelajaran, penulis pun menilai
kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti
hasilnya. Beberapa catatan penting yang dapat direkomendasikan untuk memperkuat
hasil penilaian tersebut, yakni sebagai berikut.
§
Fokus pembelajaran masih pada materi ajar,
bukan pada siswa supaya belajar mengalami sendiri, baik secara individu maupun
kelompok. Di mana kegiatan belajar siswa pada tahap eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi, tidak diketahui. Hal ini karena pelaksanaan pembelajaran kurang
berpedoman pada rencana. Tidak tampak antarsiswa saling belajar, sebagaimana
model pembelajaran yang diupayakan yang bersangkutan.
§
Evaluasi pembelajaran hanya dilaksanakan di
akhir pembelajaran. Di awal pembelajaran tidak ada evaluasi. Itu sebabnya
kemajuan siswa dalam belajar kurang terukur. Paling tidak dengan adanya tes
awal dan tes akhir, tingkat kemajuannya dapat diketahui.
§
Hasil belajar siswa di akhir pembelajaran
tidak sempat ditindaklanjuti, karena waktu lebih banyak tersita untuk penyajian
meteri ajar. Itu sebabnya untuk menentukan upaya tindak lanjut yang tepat,
terpaksa harus menunggu hasil refleksi.
Bertolak
dari beberapa catatan di atas, penulis memberikan penilaian terhadap kemampuan
yang bersangkutan, seperti tertuang pada tabel 6 (terlampir) berikut.
Tabel 6 Penilaian Kemampuan
Melaksanakan Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti Hasilnya
No.
|
Indikator Kemampuan yang
Dinilai
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Membuka
kegiatan pendahuluan
|
|
|
√
|
|
2
|
Mengelola
kegiatan eksplorasi
|
|
√
|
|
|
3
|
Mengelola
kegiatan elaborasi
|
|
√
|
|
|
4
|
Mengelola
kegiatan konfirmasi
|
|
√
|
|
|
5
|
Menumbuhkembangkan
karakter
|
|
√
|
|
|
6
|
Pendayagunaan
alat dan sumber
|
|
√
|
|
|
7
|
Mengelola
evaluasi
|
|
√
|
|
|
8
|
Menindaklanjuti
hasil evaluasi
|
|
√
|
|
|
9
|
Menutup
kegiatan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
10
|
Pemanfaatan
waktu dalam setiap kegiatan
|
|
√
|
|
|
11
|
Menjelaskan
materi ajar disertai contoh
|
|
√
|
|
|
12
|
Membimbing
dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
|
|
√
|
|
|
13
|
Memberi
solusi terhadap setiap kesulitan siswa
|
|
√
|
|
|
Jumlah
Nilai
|
28
|
||||
Rata-rata
Nilai
|
2,15
|
Keterangan:
Nilai 1 : Tidak Mampu
Nilai 2 : Kurang Mampu
Nilai 3 : Cukup Mampu
Nilai 4 : Mampu
(4)
Saudari Ade Juariah, dalam menyusun rencana
pembelajaran, berpatokan pada ketentuan umum tentang komponen-komponen rencana pembelajaran beorientasi KTSP, yang
sekurang-kurangnya terdiri atas komponen: (1) standar kompetensi, (2)
kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4) tujuan pembelajaran, (5)
materi pokok, (6) model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), (7)
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (8) alat dan sumber pembelajaran, dan
(9) penilaian pembelajaran. Dari kesembilan komponen tersebut, empat komponen
dinilai sudah benar, yakni komponen 1, 2, 3, dan 4. Sementara itu dalam
merumuskan komponen materi pokok, komponen model pembelajaran (pendekatan,
metode, dan teknik), komponen langkah-langkah pembelajaran, komponen alat dan
sumber pembelajaran, komponen penilaian pembelajaran, yang bersangkutan dinilai
kurang mampu. Adapun hasil penilaian penulis terhadap kemampuannya dalam
merumuskan komponen-komponen tersebut dituangkan pada tabel 7 (terlampir) berikut.
Tabel
7 Penilaian Kemampuan Merencanakan Pembelajaran
No.
|
Komponen
yang Dinilai
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Rumusan
Standar Kompetensi
|
|
|
√
|
|
2
|
Rumusan
Kompetensi Dasar
|
|
|
√
|
|
3
|
Rumusan
Indikator Hasil Belajar
|
|
|
√
|
|
4
|
Rumusan
Tujuan Pembelajaran
|
|
|
√
|
|
5
|
Rumusan
Materi Pokok
|
|
√
|
|
|
6
|
Rumusan
Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)
|
|
√
|
|
|
7
|
Rumusan
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
8
|
Rumusan
Alat dan Sumber Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
9
|
Rumusan
Penilaian Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
Jumlah Nilai
|
22
|
||||
Rata-rata Nilai
2,44
|
Keterangan:
Nilai
1 : Tidak Mampu
Nilai
2 : Kurang Mampu
Nilai
3 : Cukup Mampu
Nilai
4 : Mampu
Kemampuan
lainnya yang turut dinilai dari yang bersangkutan, yakni kemampuan melaksanakan
pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya. Ada sejumlah catatan
penting untuk dijadikan bahan pertimbangan penilaian dan refleksi atas
kemampuan yang bersangkutan, seperti tertuang pada tabel berikut.
§
Pembelajaran masih berpusat pada guru dan
materi ajar bukan pada siswa untuk mengalami segala ketentuan yang diinginkan
dalam pembelajaran. Ketiga tahapan penting dalam proses tersebut, seperti
halnya eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, sama sekali tidak disentuh.
§
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dilakukan
hanya di akhir. Padahal dalam rencana disebutkan akan dilakukan penilaian
proses (di awal) dan penilaian hasil (di akhir). Oleh karena itu, kemajuan
siswa sulit diukur.
§
Hasil evaluasi yang menunjukkan keberhasilan
pengelolaan proses pembelajaran tidak segera ditindaklanjuti, yang disebabkan
oleh ruang waktunya yang tidak tersedia. Itu sebabnya untuk menentukan upaya
tindak lanjut yang tepat, terpaksa harus menunggu hasil refleksi.
Guna
melengkapi catatan di atas, pada tabel 8 (terlampir) disajikan hasil penilaian
penulis pada saat mensupervisi yang bersangkutan terkait dengan substansi di
atas.
Tabel
8 Penilaian Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti
Hasilnya
No.
|
Indikator
Kemampuan yang Dinilai
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Membuka
kegiatan pendahuluan
|
|
|
√
|
|
2
|
Mengelola
kegiatan eksplorasi
|
|
√
|
|
|
3
|
Mengelola
kegiatan elaborasi
|
|
√
|
|
|
4
|
Mengelola
kegiatan konfirmasi
|
|
√
|
|
|
5
|
Menumbuhkembangkan
karakter
|
|
√
|
|
|
6
|
Pendayagunaan
alat dan sumber
|
|
√
|
|
|
7
|
Mengelola
evaluasi
|
|
√
|
|
|
8
|
Menindaklanjuti
hasil evaluasi
|
|
√
|
|
|
9
|
Menutup
kegiatan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
10
|
Pemanfaatan
waktu dalam setiap kegiatan
|
|
√
|
|
|
11
|
Menjelaskan
materi ajar disertai contoh
|
|
√
|
|
|
12
|
Membimbing
dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
|
|
√
|
|
|
13
|
Memberi
solusi terhadap setiap kesulitan siswa
|
|
√
|
|
|
Jumlah Nilai
|
28
|
||||
Rata-rata Nilai
|
2,15
|
Keterangan:
Nilai
1 : Tidak Mampu
Nilai
2 : Kurang Mampu
Nilai
3 : Cukup Mampu
Nilai
4 : Mampu
(5)
Saudari Hj. Mutiah, dalam mengawali proses
pembelajaran, tidak jauh berbeda dengan guru yang lainnya. Yang bersangkutan
mengawalinya dari sebuah rencana, yang di dalamnya terdapat beberapa komponen berikut:
(1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4)
tujuan pembelajaran, (5) materi pokok, (6) model pembelajaran (pendekatan,
metode, dan teknik), (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (8) alat dan
sumber pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Kemampuannya dalam hal ini
sama halnya dengan guru lain, baru pada beberapa komponen seperti komponen 1,
2, 3, dan 4. Dalam komponen lainnya, seperti komponen materi pokok, komponen
model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), alat dan sumber
pembelajaran, serta penilaian pembelajaran, dinilai kurang mampu. Atas dasar
itu, penulis memberikan penilaian sebagaimana tertuang pada tabel 9 (terlampir)
berikut.
Tabel 9 Penilaian Kemampuan
Merencanakan Pembelajaran
No.
|
Komponen yang Dinilai
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Rumusan
Standar Kompetensi
|
|
|
√
|
|
2
|
Rumusan
Kompetensi Dasar
|
|
|
√
|
|
3
|
Rumusan
Indikator Hasil Belajar
|
|
|
√
|
|
4
|
Rumusan
Tujuan Pembelajaran
|
|
|
√
|
|
5
|
Rumusan
Materi Pokok
|
|
√
|
|
|
6
|
Rumusan
Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)
|
|
√
|
|
|
7
|
Rumusan
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
8
|
Rumusan
Alat dan Sumber Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
9
|
Rumusan
Penilaian Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
Jumlah
Nilai
|
22
|
||||
Rata-rata
Nilai
2,44
|
Keterangan:
Nilai 1 : Tidak Mampu
Nilai 2 : Kurang Mampu
Nilai 3 : Cukup Mampu
Nilai 4 : Mampu
Selain
itu, yang bersangkutan pun masih dinilai kurang mampu mengimplementasikan
setiap langkah kegiatan berdasarkan pada model pembelajaran yang dipilihnya
untuk menyiasati siswa agar belajar lebih bermakna dan berhasil mencapai tujuan
yang diinginkan. Untuk memperkuat hasil penilaian tersebut, berikut ini
disertakan beberapa catatan penting yang dibuat penulis pada saat melaksanakan
observasi.
§
Implementasi langkah kegiatan yang sudah
direncanakan berdasarkan tuntutan model pembelajaran tertentu, tidak tampak
sama sekali, baik pada tahapan eksplorasi, elaborasi, maupun konfirmasi.
Demikian pun dengan proses pembentukan karakter yang diinginkan, terisolir oleh
karena fokus pada sajian materi ajar. Guru sebagai pusat belajar, tampak lebih
dominan daripada siswa mengalami proses belajar yang sesungguhnya.
§
Kegiatan evaluasi pembelajaran lebih
ditujukan pada pengukuran aspek kognitif ketimbang aspek afektif dan
psikomotor. Padahal ketiga ranah ini merupakan target bidikan setiap kali
proses pembelajaran di kelas. Kegiatan ini pun hanya dilakukan di akhir
pembelajaran. Sementara di awal pembelajaran, tidak dilakukan. Oleh karena itu,
sulit ditentukan tingkat kemajuan yang sudah dicapai siswa, karena tidak ada pembanding.
§
Hasil evaluasi yang merupakan bukti
keberhasilan proses pembelajaran yang telah berlangsung, belum sempat
mendapatkan perhatian, karena waktu sudah tidak memungkinkan. Apalagi sampai pada
upaya menindaklanjutinya. Jika demikian, upaya tindak lanjut ke depan belum
dapat diketahui karena untuk itu terpaksa harus menunggu hasil refleksi.
Bertolak
dari catatan di atas, kepada yang bersangkutan, penulis memberikan nilai
seperti tertuang pada tabel 10 (terlampir) berikut.
Tabel
10 Penilaian Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti
Hasilnya
No.
|
Indikator
Kemampuan yang Dinilai
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Membuka
kegiatan pendahuluan
|
|
|
√
|
|
2
|
Mengelola
kegiatan eksplorasi
|
|
√
|
|
|
3
|
Mengelola
kegiatan elaborasi
|
|
√
|
|
|
4
|
Mengelola
kegiatan konfirmasi
|
|
√
|
|
|
5
|
Menumbuhkembangkan
karakter
|
|
√
|
|
|
6
|
Pendayagunaan
alat dan sumber
|
|
√
|
|
|
7
|
Mengelola
evaluasi
|
|
√
|
|
|
8
|
Menindaklanjuti
hasil evaluasi
|
|
√
|
|
|
9
|
Menutup
kegiatan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
10
|
Pemanfaatan
waktu dalam setiap kegiatan
|
|
√
|
|
|
11
|
Menjelaskan
materi ajar disertai contoh
|
|
√
|
|
|
12
|
Membimbing
dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
|
|
√
|
|
|
13
|
Memberi
solusi terhadap setiap kesulitan siswa
|
|
√
|
|
|
Jumlah Nilai
|
28
|
||||
Rata-rata Nilai
|
2,15
|
Keterangan:
Nilai
1 : Tidak Mampu
Nilai
2 : Kurang Mampu
Nilai
3 : Cukup Mampu
Nilai
4 : Mampu
(6)
Saudara Dede Soidin, mengawali pengelolaan
proses pembelajaran dari sebuah rencana yang terdiri atas komponen-komponen
berikut: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil
belajar, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pokok, (6) model pembelajaran
(pendekatan, metode, dan teknik), (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran,
(8) alat dan sumber pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Untuk
komponen 1, 2, 3, dan 4, sudah dirumuskan dengan baik. Oleh karena itu, yang
bersangkutan dinilai mampu merumuskan keempat komponen tersebut. Berbeda dengan
komponen materi pokok, yang bersangkutan dinilai kurang mampu. Harusnya
komponen ini dirumuskan dalam uraian yang jelas, yang disertai contoh konkret
untuk memudahkan pemahaman siswa. Sama halnya dengan mengupayakan komponen
model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), alat dan sumber
pembelajaran, serta penilaian pembelajaran, yang bersangkutan dinilai kurang
mampu. Lebih jelasnya mengenai hasil penilaian penulis terhadap komponen-komponen
tersebut dituangkan pada tabel 11 (terlampir) berikut.
Tabel 11 Penilaian
Kemampuan Merencanakan Pembelajaran
No.
|
Komponen yang Dinilai
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Rumusan
Standar Kompetensi
|
|
|
√
|
|
2
|
Rumusan
Kompetensi Dasar
|
|
|
√
|
|
3
|
Rumusan
Indikator Hasil Belajar
|
|
|
√
|
|
4
|
Rumusan
Tujuan Pembelajaran
|
|
|
√
|
|
5
|
Rumusan
Materi Pokok
|
|
√
|
|
|
6
|
Rumusan
Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)
|
|
√
|
|
|
7
|
Rumusan
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
8
|
Rumusan
Alat dan Sumber Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
9
|
Rumusan
Penilaian Pembelajaran
|
|
√
|
|
|
Jumlah
Nilai
|
22
|
||||
Rata-rata
Nilai
2,44
|
Keterangan:
Nilai 1 : Tidak Mampu
Nilai 2 : Kurang Mampu
Nilai 3 : Cukup Mampu
Nilai 4 : Mampu
Selain
menilai kemampuannya dalam merencanakan pembelajaran, penulis pun menilai
kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti
hasilnya. Beberapa catatan penting yang dapat direkomendasikan untuk memperkuat
hasil penilaian tersebut, yakni sebagai berikut.
§
Fokus pembelajaran masih pada materi ajar,
bukan pada siswa supaya belajar mengalami sendiri, baik secara individu maupun
kelompok. Di mana kegiatan belajar siswa pada tahap eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi, tidak diketahui. Hal ini karena pelaksanaan pembelajaran kurang
berpedoman pada rencana. Tidak tampak antarsiswa saling belajar, sebagaimana
model pembelajaran yang diupayakan yang bersangkutan.
§
Evaluasi pembelajaran hanya dilaksanakan di
akhir pembelajaran. Di awal pembelajaran tidak ada evaluasi. Itu sebabnya
kemajuan siswa dalam belajar kurang terukur. Paling tidak dengan adanya tes
awal dan tes akhir, tingkat kemajuannya dapat diketahui.
§
Hasil belajar siswa di akhir pembelajaran
tidak sempat ditindaklanjuti, karena waktu lebih banyak tersita untuk penyajian
meteri ajar. Itu sebabnya untuk menentukan upaya tindak lanjut yang tepat,
terpaksa harus menunggu hasil refleksi.
Bertolak
dari beberapa catatan di atas, penulis memberikan penilaian terhadap kemampuan
yang bersangkutan, seperti tertuang pada tabel 12 (terlampir) berikut.
Tabel
12 Penilaian Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti
Hasilnya
No.
|
Indikator
Kemampuan yang Dinilai
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Membuka
kegiatan pendahuluan
|
|
|
√
|
|
2
|
Mengelola
kegiatan eksplorasi
|
|
√
|
|
|
3
|
Mengelola
kegiatan elaborasi
|
|
√
|
|
|
4
|
Mengelola
kegiatan konfirmasi
|
|
√
|
|
|
5
|
Menumbuhkembangkan
karakter
|
|
√
|
|
|
6
|
Pendayagunaan
alat dan sumber
|
|
√
|
|
|
7
|
Mengelola
evaluasi
|
|
√
|
|
|
8
|
Menindaklanjuti
hasil evaluasi
|
|
√
|
|
|
9
|
Menutup
kegiatan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
10
|
Pemanfaatan
waktu dalam setiap kegiatan
|
|
√
|
|
|
11
|
Menjelaskan
materi ajar disertai contoh
|
|
√
|
|
|
12
|
Membimbing
dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
|
|
√
|
|
|
13
|
Memberi
solusi terhadap setiap kesulitan siswa
|
|
√
|
|
|
Jumlah Nilai
|
28
|
||||
Rata-rata Nilai
|
2,15
|
Keterangan:
Nilai
1 : Tidak Mampu
Nilai
2 : Kurang Mampu
Nilai
3 : Cukup Mampu
Nilai
4 : Mampu
4) Refleksi
Dalam merefleksi hasil pelaksanaan tindakan siklus
I, penulis beserta guru-guru dan pengawas melaksanakan diskusi. Melalui upaya
ini diperoleh suatu kesepakatan mengenai keberhasilan dan kegagalan siklus I
serta upaya untuk mengatasi agar tidak timbul kegagalan pada hal yang sama di
siklus II. Adapun mengenai hal itu, yakni sebagai berikut.
·
Setelah siklus I
berlangsung, sedikit banyaknya kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya mengalami
peningkatan, baik dalam merencanakan pembelajaran maupun melaksanakan
pembelajaran berlandaskan model pembelajaran yang terpilih oleh masing-masing.
Hal ini setidaknya telah memberi dampak positif terhadap proses dan hasil
belajar siswa.
·
Suatu hal yang
masih dipandang kurang baik dan ini merupakan kegagalan dari siklus I, yakni
kurang berhasil meningkatkan kemampuan guru dalam menumbuhkembangkan karakter
yang diinginkan, baik pada saat eksplorasi, elaborasi, maupun konfirmasi. Hal
ini dapat terjadi karena kebiasaan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran
sebelumnya masih dibawa ke kegiatan pembelajaran siklus I. Itu sebabnya,
aktivitas belajar siswa kurang mencerminkan karakter model pembelajaran yang
dipilih oleh masing-masing guru SD Negeri 2 Sukajaya. Sisi lainnya yang kurang
direncanakan dengan baik oleh masing-masing guru, yaitu komponen materi pokok
pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran, dan teknis penilaian pembelajaran.
Demikian pun dalam efektivitas waktu, perlu dipertimbangkan agar jangan sampai
terjadi lebih banyak digunakan untuk penyajian materi ajar, sehingga
kegiatan-kegiatan lainnya yang sama pentingnya kurang difasilitasi waktu yang
memadai. Akibat dari persoalan ini, sebagian besar siswa hasil belajarnya
kurang mencapai target (dalam hal ini nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
dari mata pelajaran yang sudah ditentukan sekolah).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan
siklus I, maka pada siklus II direncanakan tindakan sebagai berikut.
·
Penulis sebagai
kepala sekolah yang bertugas menjadi supervisor harus berusaha meningkatkan
pemahaman guru SD Negeri 2 Sukajaya, baik dalam mengelola administrasi perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, maupun upaya menindaklanjuti hasil pembelajaran.
·
Penulis sebagai
kepala sekolah yang bertugas sebagai supervisor harus pula memotivasi para
guru, agar mereka memiliki semangat dan tetap bertanggung jawab dalam mengelola
proses pembelajaran. Cara yang akan ditempuh untuk itu, akan digunakan sistem
pemberian reward dan punishment yang setimpal.
·
Pada saat proses
pembelajaran sedang berlangsung, mulai dari menyusun rencana pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya, penulis
sebagai kepala sekolah yang bertugas sebagai supervisor harus selalu
mendampingi para guru, agar tidak terjadi lagi hal-hal yang diharapkan seperti
pada siklus I. Tentunya untuk itu perlu ada waktu. Oleh karena itu, satu minggu
sebelum pelaksanaan siklus II akan digunakan untuk proses pembinaan, yang
dilakukan setelah jam pelajaran efektif berlangsung. Atas dasar itu, kepada
semua guru, penulis memohon kesediaannya agar tidak lantas meninggalkan
sekolah. Waktu yang diperlukan untuk itu lebih kurang 2 jam. Hal ini telah
disepakati oleh para guru, tanpa terkecuali oleh pengawas.
2. Siklus
II
Seperti halnya proses pelaksanaan siklus I, pada
siklus II pun menempuh beberapa tahapan berikut: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Untuk menggambarkan aktivitas
pelaksana tindakan dan subjek, serta aktivitas pengamat untuk mendapatkan data
yang diharapkan, perlu dibuat deskripsiny, yakni sebagai berikut.
1)
Perencanaan
Dalam merencanakan tindakan siklus II, peneliti,
guru, dan pengawas bersandar pada hasil refleksi siklus I. Adapun hasilnya,
meliputi:
(1)
Supervisi kelas
pada siklus II harus ditujukan pada upaya pemulihan pemahaman guru SD Negeri 2
Sukajaya terhadap hal-hal yang kurang mampu dipenuhi, baik terkait dengan
beberapa komponen perencanaan pembelajaran maupun tahapan-tahapan penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang didasarkan pada suatu model pembelajaran
terpilih. Dalam rangka itu, penulis sebagai supervisor merencanakan tindakan
sebagai berikut:
§
Berusaha
meningkatkan pemahaman guru terhadap beberapa komponen rencana pembelajaran
yang diketahui kurang mampu dipenuhinya dengan baik. Dalam rangka itu, peneliti
mengalokasikan waktu khusus. Untuk mempermudah pamahaman guru, maka dibuatlah
beberapa contoh rumusan komponen tersebut yang didasarkan pada ketentuan model
pembelajaran terpilih.
§
Lebih bersahabat,
baikdengan guru maupun siswa yang sedang berusaha secara sungguh-sungguh
memenuhi setiap tuntutan pembelajaran.
§
Memotivasi guru dan
siswa dengan cara akan memberikan reward
dan punishment yang setimpal. Reward
yang akan diberikan kepada guru dan siswa ketika mereka berlaku sesuai dengan
harapan, bukan saja berupa pujian tetapi juga materi yang setimpal. Demikian
pun jika satu sama lain kurang berhasil mengupayakan tercapainya perubahan
perilaku yang diharapkan, bukan hanya sangsi berupa teguran tetapi juga nilai
prestasi tidak akan ditingkatkan.
(2)
Supervisi kelas siklus II akan dilaksanakan
pada bulan Juli 2011. Adapun waktu yang direncanakan untuk masing-masing guru,
seperti pada rincian berikut.
§
Pada tanggal 1 Juli 2011, supervisi kelas
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Abdul Rohim yang berharap memperbaiki
pengelolaan proses pembelajaran pada siklus I.
§
Pada tanggal 4 Juli 2011, supervisi kelas
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Jumnati yang berharap memperbaiki
pengelolaan proses pembelajaran pada siklus I.
§
Pada tanggal 8 Juli 2011, supervisi kelas
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Tika Kartika yang berharap
memperbaiki pengelolaan proses pembelajaran pada siklus I.
§
Pada tanggal 12 Juli 2011, supervisi kelas
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Ade Juariah yang berharap memperbaiki
pengelolaan proses pembelajaran pada siklus I.
§
Pada tanggal 17 Juli 2011, supervisi kelas
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Hj. Mutiah yang berharap memperbaiki
pengelolaan proses pembelajaran pada siklus I.
§
Pada tanggal 21 Juli 2011, supervisi kelas
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Dede Soidin yang berharap memperbaiki
pengelolaan proses pembelajaran pada siklus I.
(3)
Pada supervisi kelas siklus II tidak megubah
target yang diinginkan, karena kriteria keberhasilannya masih tertuju pada
hal-hal yang diupayakan, seperti:
§
setiap guru tidak lagi mengalami kesulitan
dalam merencanakan pembelajaran, terutama dalam merumuskan beberapa komponen tertentu
yang sebelumnya diketahui kurang mampu dipenuhinya, serta meningkatkan
pemahamannya terhadap arti penting tahapan ini guna mewujudkan proses
pembelajaran yang didasarkan pada model pembelajaran terpilih;
§
setiap guru tidak lagi mengalami kesulitan
dalam membelajarkan siswa, baik pada tahap eksplorasi, elaborasi, maupun
konfirmasi, dan hal ini terbukti memberi dampak positif pada tumbuhkembangnya
karakter yang dinginkan;
§
setiap guru tidak lagi mengalami kesulitan
dalam menentukan prosedur evaluasi dan bahkan dalam implementasinya pun dapat
berlangsung seperti yang diharapkan;
§
meningkatnya aktivitas siswa dalam belajar
dan hasil belajarnya lebih baik dari siklus sebelumnya, baik dilihat dari aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
(4)
Pada supervisi kelas siklus II, masih
menggunakan instrumen sejenis dengan siklus I, yakni:
§
lembar observasi untuk menilai kemampuan guru
dalam merencanakan pembelajaran;
§
lembar observasi untuk menilai kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran;
§
lembar observasi untuk menilai kemampuan guru
dalam mengevaluasi kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran;
§
lembar observasi untuk menilai kemampuan guru
dalam menindaklanjuti hasil belajar siswa dalam mencapai kriteria ketuntasan
minimal yang telah ditetapkan;
§
lembar wawancara dengan guru dan siswa.
2) Pelaksanaan
Memasuki kegiatan inti pelaksanaan supervisi kelas
siklus II, baik peneliti maupun guru saling berusaha membangun karakter yang
diinginkan. Sejak awal hingga akhir kegiatan ini berlangsung, baik peneliti
maupun guru tidak lagi menghadapi hambatan seperti pada siklus sebelumnya.
Bersamaan dengan itu, perilaku siswa pun bergeser ke arah karakter yang
dinginkan.
Bersama saudara Abdul Rohim, segala sesuatunya yang
akan menunjang pelaksanaan pembelajaran dapat diupayakan. Mulai dari pemenuhan
komponen rencana pembelajaran hingga dalam memenuhi tahapan-tahapan penting
dalam pembelajaran, seperti tumbuhkembangnya karakter guru dan siswa pada saat
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, tidak terkendalai oleh persoalan seperti
yang timbul pada siklus I. Demikian pun dalam mengelola kegiatan evaluasi dan mengupayakan
langkah tindak lanjutnya, dapat dipenuhi dengan baik oleh yang bersangkutan.
Perubahan yang sama terjadi pula pada guru lainnya.
Baik pada perilaku saudari Jumnati, Tika Kartika, Hj. Mutiah, dan saudara Dede
Soidin, masing-masing cukup mengalami kemajuan ke arah yang diinginkan.
Setiap perubahan yang terjadi pada masing-masing
guru, ini tidak lepas dari perubahan perilaku supervisor. Disadari pula bahwa
dalam rangka itu pun supervisor sedikit banyaknya ada bantuan dari pengawas.
Kerja sama yang sinergis ini, memang beresiko. Bukan saja menguras tenaga dan
pemikiran, tetapi juga meteri sedikit banyaknya pasti harus rela dikeluarkan.
3) Observasi
Berdasarkan catatan dan penilaian observer,
diperoleh gambaran sebagai berikut.
§
Saudara Abdul Rohim, tercatat tidak lagi
mengalami kesulitan dalam merumuskan beberapa komponen rencana pembelajaran.
Meningkatnya kemampuan yang bersangkutan dalam memenuhi setiap komponen rencana
pembelajaran, diikuti dengan meningkatnya nilai yang diberikan observer dan penulis
seperti tertuang pada tabel 13 (terlampir).
Selain
itu, kemampuan yang bersangkutan pun dalam melaksanakan pembelajaran,
mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya pun dinilai mengalami peningkatan,
seperti tertuang pada tabel 14 (terlampir) berikut.
§
Saudari Jumnati, berdasarkan catatan dari
observer dan penulis dinyatakan tidak lagi mengalami kesulitan dalam merumuskan
beberapa komponen rencana pembelajaran, yang sebelumnya diketahui kurang mampu
dipenuhinya. Atas dasar itu, nilai kemampuannya dalam memenuhi tuntutan
tersebut dan komponen lainnya dinilai mengalami peningkatan, seperti tertuang
pada tabel 15 (terlampir).Substansi lainnya yang dinilai dari kemampuan saudari
Jumnati, yaitu dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti
hasilnya. Dalam memenuhi tuntutan ini, pada siklus II yang bersangkutan
tercatat tidak lagi mengalami kesulitan. Atas dasar itu, observer dan penulis
memberikan nilai lebih dari sebelumnya, seperti tertuang pada tabel 16
(terlampir).
§
Saudari Tika Kartika, tercatat mengalami
peningkatan kemampuan dalam memenuhi beberapa komponen rencana pembelajaran,
yang mana sebelumnya (pada siklus I) dinilai kurang mampu. Atas dasar itu,
observer dan penulis meningkatkan nilai kemampuannya. Demikian pun dalam
mempertahankan kemampuannya dalam memenuhi tuntutan komponen lainnya yang
dinilai sudah benar, seperti tertuang pada tabel 17 (terlampir).
Seiring
dengan meningkatnya penilaian di atas, observer pun dan penulis meningkatkan
pula nilai kemampuan yang bersangkutan dalam melaksanakan pembelajaran,
mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya, seperti tertuang pada tabel 18
(terlampir).
§
Saudari Ade Juariah, tidak tercatat lagi
kurang mampu memenuhi beberapa komponen rencana pembelajaran. Bahkan
berdasarkan hasil penilaian observer dan penulis, nilai beberapa komponen
tersebut meningkat, seperti tertuang pada tabel 19 (terlampir) .
Meningkatnya
kemampuan yang bersangkutan dalam memenuhi tuntutan komponen-komponen tersebut,
telah memberi dampak positif terhadap peningkatan kemampuannya dalam melaksanakan
pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya, seperti tertuang pada
tabel 20 (terlampir) berikut.
§
Saudari Hj. Mutiah, cukup mengalami kemajuan
dalam mememnuhi beberapa komponen rencana pembelajaran, yang sebelumnya
tercatat dan nilai kurang baik. Itu sebabnya, observer dan penulis meningkatkan
nilai kemampuannya, seperti tertuang pada tabel 21 (terlampir).
Sebagai
dampak dari meningkatnya kemampuan yang bersangkutan dalam memenuhi tuntutan
beberapa komponen perencanaan pembelajaran tersebut, kemampuannya pun dalam
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya,
meningkat, seperti terungkap pada hasil penilaian observer dan penulis yang
tertuang pada tabel 22 (terlampir) .
§
Saudara Dede Soidin, yang sebelumnya (pada
siklus I) diketahui kurang mampu memenuhi tuntutan beberapa komponen rencana
pembelajaran, terbukti pada siklus II mengalami peningkatan ke arah yang lebih
baik, dengan nilai seperti tertuang pada tabel 23 (terlampir).
Peningkatan
yang cukup berarti pun terjadi dalam memenuhi tuntutan melaksanakan
pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya. Atas dasar itu, baik
observer maupun penulis meningkatkan nilai kemampuann dalam memenuhi tuntutan
tersebut, seperti tertuang pada tabel 24 (terlampir).
4) Refleksi
Setelah melakukan serangkaian kegiatan siklus II,
pada akhirnya diperoleh suatu bahan refleksi untuk didiskusikan bersama
observer dan para guru SD Negeri 2 Sukajaya. Melalui diskusi ini, ada hasil
kemufakatan, antara lain:
(1) Masing-masing guru mengalami peningkatan kemampuan
dalam mengelola proses pembelajaran yang didasarkan pada model pembelajaran
terpilih. Setelah siklus II ini, tidak lagi ditemukan adanya guru yang
mengalami kesulitan dalam merumuskan setiap komponen rencana pembelajaran, dan
hal ini telah memberi dampak yang positif terhadap meningkatnya kemampuan masing-masing
dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya
dengan berbagai upaya yang tepat.
(2) Seiring dengan meningkatnya kemampuan masing-masing
guru dalam mengelola proses pembelajaran, proses dan hasil belajar siswa pun
mengalami peningkatan.
(3)
Terbukti melalui
supervisi kelas yang dilakukan secara berkala dengan menerapkan teknik yang
tepat, akhirnya kemampuan guru dan siswa dalam suatu pembelajaran dapat
ditingkatkan. Adapun teknik yang dimaksud dalam rangka itu, yakni menerapkan
model-model pembelajaran.
b. Pembahasan
Setelah melakukan refleksi terhadap peningkatan
kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses pembelajaran pasca
dilakukan supervisi kelas oleh kepala sekolah dengan menerapkan model-model
pembelajaran yang diupayakan, diperoleh gambaran untuk pembahasan, yakni:
1. pentingnya supervisi kelas oleh kepala sekolah SD
Negeri 2 Sukajaya, yang di dalamnya bermuatan daya upaya yang akurat guna
meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran;
2. kemampuan kepala sekolah dalam mendayagunakan
antarkomponen penting terkait dengan model-model pembelajaran, merupakan
modalitas mendasar bagi berlangsungnya
proses transformasi kemampuan ini kepada guru SD Negeri 2 Sukajaya;
3. meningkatnya kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya
dalam mengelola proses pembelajaran yang berlandaskan pada model-model
pembelajaran yang diterapkan, tidak terlepas dari meningkatnya kesadaran kepala
sekolah untuk luruh di dalamnya secara bertanggung jawab, yang diaktualisasikan
pada tindakan-tindakan nyata yang bersifat preventif (mencegah), membimbing,
mengarahkan, dan menjadi rekan sejawat nan bijak dalam memenuhi setiap
kebutuhan guru dan siswa dalam rangka mencapai suatu perubahan yang diinginkan.
Dengan berkembangnya perilaku-perilaku baik seperti
di atas, maka terjadilah suatu perubahan ke arah yang dinginkan oleh
masing-masing. Meski untuk berubah itu beresiko, baik kepala sekolah maupun
guru-guru SD Negeri 2 Sukajaya, tetap mengambil strategi ini. Ketimbang tidak
berubah sama sekali, mereka merasa yakin jauh akan lebih beresiko. Kepiawaian
kepala sekolah dalam memilih tingkat resiko, baik secara ekonomis maupun
material, dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pemborosan, lebih
meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran.
Termasuk masalah yang kompleks dan tidak mudah dalam
menyelesaikan kasus pengelolaan proses pembelajaran. Terlebih lagi ketika
masalah itu berkaitan dengan kualitas pengelolaan proses pembelajaran. Sudah
menjadi rumus yang baku untuk bisa berlangsungnya hal itu diperlukan segala
sesuatunya yang berkualitas, baik SDM guru, material, maupun proses
berlangsungnya. Dalam rangka mengupayakan kualitas ini, peran serta kepala
sekolah akan sangat mewarnai peran serta guru dan siswa. Supervisi merupakan
bagian integral dari kemampuan profesional kepala sekolah yang berkualitas.
Tanpa berkemampuan melakukan supervisi, mustahil kepala sekolah SD Negeri 2
Sukajaya berhasil meningkatkan kualitas kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Secara kuantitas, tensi peningkatan itu dapat dilihat pada tabel 25
(terlampir) berikut.
F. Simpulan
dan Saran
Setelah melakukan serangkaian kegiatan penelitian,
akhirnya diperoleh hasil, seperti telah diuraikan. Untuk kemudian dilakukan
pembahasan terhadap hasil penelitian tersebut. Barulah dapat diambil suatu
simpulan guna menjawab pokok masalah penelitian ini. Simpulan dimaksud, sebagai
berikut.
1.
Penerapan
model-model pembelajaran melalui supervisi kelas oleh kepala sekolah terbukti
berhasil meningkatkan kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola
proses pembelajaran.
2.
Dengan meningkatnya
kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses pembelajaran, selain
proses belajar siswa lebih bermakna juga hasil belajarnya pun turut meningkat.
Berdasarkan simpulan di atas, penulis dapat
merekomendasikan beberapa saran sebagai berikut.
1.
Ada baiknya, pengawas
ikut serta dalam melaksnakan supervisi kelas bersama dengan kepala sekolah SD
Negeri 2 Sukajaya.
2.
Ada baiknya, untuk
ke depan supervisi kelas oleh kepala sekolah dilakukan atas permintaan guru SD
Negeri 2 Sukajaya.
3.
Ada baiknya, untuk
program supervisi kelas yang akan datang, khususnya di SD Negeri 2 Sukajaya
dibuat bersama-sama dengan melibatkan
berbagai pihak terkait, terutama pengawas, kepala sekolah, guru, dan bahkan
stakeholders sekolah.
G.
Sumber Rujukan
Erman Suherman, (2009). Model-model Pembelajaran. http
://re-searchengines.com/1207trimo1.html Penelitian Tindakan Sekolah.
Iim Waliman, dkk. 2001. Supervisi kelas (Modul
Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung : DinasPendidikan Provinsi Jawa Barat
S Syaodih Nana, (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah(konsep,prinsif,dan instrumen). Bandung : Aditama.
Sudrajat Akhmad. Pendekatan Pembelajaran.
Udin Winataputra,( 1994),
Model pembelajaran
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Piet, A. Sahertian. Frans Mataheru, 1981.
Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya, UsahaNasional.
Colin Marsh. (1996). Handbook for beginning teachers.
Sydney : Addison Wesley Longman Australia Pry Limited.
Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan
motivasi belajar-mengajar.
Jakarta: Rajawali