Rabu, 13 November 2013

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya dalam Pembelajaran Membaca Dongeng pada Mata Pelajaran Bahasa Sunda Melalui Penggunaan Strategi Pemodelan (Modeling Strategy)



A.    Judul
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya dalam Pembelajaran Membaca Dongeng pada Mata Pelajaran Bahasa Sunda Melalui Penggunaan Strategi Pemodelan (Modeling Strategy)
B.     Penulis
Nama        : Drs. Nasim Hendra Sutiana
Jabatan    : Kepala SD Negeri 2 Sukajaya
No. Hp      : 081321421956
C.    Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak
Kata Kunci: Peningkatan, Aktivitas dan Hasil Belajar, Membaca Dongeng, Strategi Pemodelan
Dalam mencapai tujuan pembelajaran membaca dongeng pada mata pelajaran Bahasa Sunda, siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya menghadapi kendala, yang disebabkan oleh penggunaan strategi kurang tepat. Akibatnya, baik aktivitas maupun hasil belajar siswa, tidak optimal. Untuk mengatasi masalah ini digunakan strategi pemodelan. Guna membuktikan efektivitas strategi tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas ini, maka dilakukan penelitian tindakan kelas. Setelah menempuh serangkaian kegiatan yang telah direncanakan, secara bertahap terjadi peningkatan, baik pada aktivitas maupun hasil belajar siswa. Ini dapat terjadi berkat kesungguhan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Selain itu juga, adanya kemauan untuk berubah pada siswa, sebagai efek dari penggunaan strategi pemodelan.
D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
        Kemampuan membaca bagi siswa, sangatlah penting. Dengan membaca, siswa akan memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu. Siswa yang berkemampuan membaca, akan mampu menjawab setiap persoalan terkait dengan berbagai mata pelajaran pokok di sekolah. Bahkan, dengan berbekal kemampuan ini, siswa pun akan mampu hidup bersosial dengan baik di masyarakat. Berbeda dengan siswa yang kurang memiliki kemampuan ini, setiap menghadapi persoalan biasanya menghindar dan bahkan ada kecenderungan sering menutup diri, baik dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat.
Text Box: 1        Dengan mengetahui situasi di atas, setiap guru di sekolah berkewajiban untuk selalu mengingatkan para siswanya agar memiliki kebiasaan membaca yang baik. Selain itu, guru pun harus berusaha meningkatkan kemampuan membaca mereka melalui berbagai upaya strategis, termasuk di dalamnya memberi contoh cara membaca yang efektif, selalu mengelola pembelajaran yang di dalamnya terdapat pembagian waktu untuk membaca bagi siswa, dan upaya lainnya, seperti memanfaatkan perpustakaan sekolah dan memberi tugas untuk membaca di rumah. Melalui upaya tersebut, cepat atau lambat akan membentuk kebiasaan siswa untuk selalu membaca dengan baik.
        Selain itu, siswa pun harus sadar terhadap tuntutan ini. Tanpa adanya kesadaran dari siswa untuk membaca, kiranya upaya guru akan sia-sia. Sadar akan hal itu sangat penting, luangkanlah waktu untuk membaca. Bacalah sesuatu yang baik dan menguntungkan, seperti membaca berbagai buku di perpustakaan, membaca majalah pendidikan, membaca surat kabar, membaca karya sastra, seperti cerpen, novel, dan puisi. Jika hal ini dapat dilakukan siswa dengan sebaik-baiknya, niscaya akan diperoleh informasi yang dibutuhkan terkait dengan tujuan membacanya.
        Sudah sejauh mana upaya di atas dapat dilakukan guru kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya, kiranya untuk mengetahui hal ini sedikit banyaknya diperoleh gambaran dari hasil evaluasi pembelajaran membaca dongeng. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, diketahui sebagian besar siswa kurang mampu memenuhi tuntutan pembelajaran. Kondisi seperti ini, sangat mungkin terjadi pula dalam pembelajaran membaca yang lain, baik pada siswa di kelas ini maupun siswa di kelas lainnya di sekolah tersebut.
         Kekurangmampuan sebagian siswa di kelas ini dalam memenuhi tuntutan pembelajaran membaca dongeng, tidak lepas dari upaya yang dilakukan guru, seperti dikemukakan Yamin (2008: 72) dan Sanjaya (2008: 51) bahwa “Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh upaya guru dan siswa terkait. Apabila satu sama lain saling berupaya dengan baik, niscaya akan mencapai suatu keberhasilan yang diinginkan”. Di antara upaya guru tersebut terdapat penggunaan strategi yang akan memengaruhi setiap gerak langkahnya ketika mengelola proses pembelajaran bagi siswa. Menurut Sanjaya (2008: 53) “Apabila proses pembelajaran yang dikelola guru bermakna bagi seluruh siswa, kemungkinan yang akan terjadi bukan hanya mereka akan belajar memenuhi setiap tuntutan, tetapi juga mereka akan sampai pada tujuan yang diinginkan”. Sepertinya, kondisi yang dianjurkan oleh ahli tersebut tidak terjadi dalam pengelolaan proses pembelajaran membaca dongengyang telah diselenggarakan guru. Sebab itulah yang telah memberikan dampak kurang baik terhadap proses belajar siswa, yang akibatnya bagi sebagian besar siswa di kelas ini kurang mampu memenuhi setiap tuntutan tersebut.
         Untuk membuktikan kebenaran adanya dugaan masalah di atas, perlu dilakukan suatu penelitian dan solusi yang tepat guna mengatasinya. Atas dasar itu yang telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan mengupayakan solusinya dengan menggunakan strategi pemodelan (modeling strategy). Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) “Strategi pemodelan (modeling strategy) merupakan upaya menyiasati tercapainya tujuan dengan cara guru memberikan contoh yang mudah dipahami siswa. Selain itu, contoh tersebut tepat untuk mewakili sesuatu yang diinginkan dalam suatu pembelajaran”.
        Dari pendapat ahli di atas diperoleh suatu gambaran pengelolaan proses pembelajaran membaca dongengyang disajikan dengan menggunakan strategi pemodelan (modeling strategy). Melalui penggunaan strategi ini, diharapkan proses belajar siswa akan lebih bermakna dan memberi dampak perubahan pada kemampuannya dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran. Bertolak dari persoalan inilah alasan penulis mengadakan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sukajayadalam Pembelajaran Membaca Dongengpada Mata Pelajaran Bahasa Sunda Melalui Penggunaan Strategi Pemodelan (Modeling Strategy)”.
b.      Identifikasi Masalah
        Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat permasalahan yang menunjukkan adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan dalam pembelajaran membaca dongengyang telah diselenggarakan oleh guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya. Permasalahan dimaksud dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1)      Aktivitas belajar siswa kelas IVSD Negeri 2 Sukajayadalam mengikuti pembelajaran membaca dongengterkesan kurang bermakna, dan ini telah menyebabkan sulitnya pemahaman siswa terhadap materi ajar yang digunakan sebagai media untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2)      Kemampuan sebagian besar siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajayasetelah mengikuti pembelajaran membaca dongeng, kurang mencapai harapan.
c.       Rumusan Masalah
             Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.      Bagaimana langkah-langkah menggunakan strategi pemodelan (modeling strategy) agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajayadalam pembelajaran membaca dongeng?
2.      Apakah penggunaan strategi pemodelan (modeling strategy) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajayadalam pembelajaran membaca dongeng?
d.      Cara Pemecahan Masalah
Pada uraian latar belakang masalah di atas, telah disebutkan bahwa untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajayaguna mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran membaca digunakan strategi pemodelan (modeling strategy).
e.       Hipotesis Tindakan
             Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan prosedur, yakni: (1) perencanaan tindakan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan (observing), dan (4) merefleksi proses dan hasil tindakan (reflecting). Melalui tiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Dengan diterapkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajayadalam pembelajaran membaca dongeng”.

f.       Tujuan Penelitian
1.      Guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Sunda di kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya dapat memperbaiki kinerjanya dalam mengelola proses pembelajaran membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy).
2.      Siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajayadapat memperbaiki proses belajarnya menjadi lebih aktif dan hasil belajarnya mencapai target yang diharapkan.
g.      Manfaat Penelitian
           Ada beberapa manfaat yang dapat diambil ihikmahnya, baik oleh yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian tindakan kelas ini. Adapun manfaat dimaksud, dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Manfaat secara teoretis bagi semua pihak, antara lain:
1)      bagi guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Sunda di kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya berserta siswanya yang terlibat secara langsung dalam penelitian ini akan memperoleh pengetahuan tambahan tentang proses belajar mengajar membaca dongengberdasarkan strategi pemodelan (modeling strategy);
2)      bagi guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Sunda di kelas lainnya, baik yang bertugas di sekolah tersebut maupun di tempat lain akan memperoleh pengetahuan tambahan, baik pengetahuan tentang proses penelitian tindakan kelas maupun proses pengelolaan pembelajaran membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy);
3)      bagi sekolah tempat berlangsungnya penelitian tindakan kelas ini akan menambah koleksi sumber bacaan bagi para guru yang ingin memperdalam pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas dan proses pengelolaan pembelajaran membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy).
2.    Manfaat secara praktis bagi semua pihak, antara lain:
1)      guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Sunda di kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya beserta siswa yang terlibat secara langsung dalam proses penelitian tindakan kelas ini selain mendapat pengalaman sebagai pelaku juga masing-masing akan mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kinerjanya di masa lalu;
2)      bagi guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Sunda yang lainnya, baik yang bertugas di sekolah tersebut maupun di tempat lain akan memperoleh tolok ukur dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas dan proses pengelolaan pembelajaran membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy);
3)      bagi sekolah tempat berlangsungnya penelitian tindakan kelas ini akan memperoleh bahan refleksi penting untuk meningkatkan mutu pengelolaan proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Sunda.


h.      Landasan Teori
a)      Membaca Dongeng
Dongeng adalah cerita fiktif atau cerita imajinatif. Oleh karena itu, di dalam dongeng ada tokoh, watak tokoh, alur, latar dan unsur cerita lainnya. Perbedaan yang mencolok dengan cerita – cerita lainnya adalah pada kefiksiannya. Di dalam dongeng mungkin akan menemukan manusia bisa terbang atau binatang bisa bicara. Dari situlah dongeng memiliki daya tarik tersendiri, khususnya bagi anak – anak, selain itu dongeng juga menyimpan moral value apa yang menjadi pesan dongeng tersebut, dan ini menjadi daya tarik bagi orang tua dalam pembelajaran kepada anaknya.
Jenis-jenis dongeng, meliputi:
1.      Fabel adalah cerita yang diperankan oleh binatang yang bertingkah laku seperti manusia. Contoh Fabel : Kancil dan Buaya, Si Loreng.
2.      Legenda adalah cerita tentang asal mula (nama suatu tempat, asal-usul dunia tumbuhan, asal-usul dunia binatang). Contoh Legenda : Terjadinya Tangkuban Perahu, Asal-usul Banyuwangi.
3.      Mitos adalah cerita tentang makhluk halus, dunia gaib atau kepercayaaan masyarakat.Contoh Mitos : Dewi Sri, Nyi Roro Kidul.
4.      Sage adalah cerita tentang kepahlawanan dicampur dengan fantasi. Contoh Sage: Ken Arok dan Ken Dedes, Tutur Tinular.
5.      Farabel adalah cerita yang bersifat mendidik. Contoh Farabel : Malin Kundang, Lebai Malang.
Unsur-unsur intrinsik dongeng, meliputi:
1.      Tema
2.      Tokoh
3.      Penokohan / perwatakan
4.      Latar / setting
5.      Alur / plot
6.      Sudut Pandang / Point of View
7.      Amanat
b)     Tuntutan dalam Pembelajaran Membaca dongeng
         Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas IV SD untuk Mata Pelajaran Bahasa Sunda pada semester I terdapat suatu tuntutan yang harus dipenuhi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran membaca dongeng. Tuntutan dimaksud sekurang-kurangnya siswa mampu: (1) nyebutkeun para palaku tina eta dongeng fabel, (2) nuduhkeun gagasan pokok  tina eta dongeng, (3) nangtukeun hubungan analogis tina eta carita, dan (4) nyaritakeun deui eta eusi tina eta carita.
        Untuk mampu memenuhi tuntutan di atas, setiap siswa harus memahami benar tekniknya yang tepat. Dalam rangka itu, guru harus memberikan pemahaman kepada setiap siswa, tentunya melalui proses pembelajaran yang mudah dan bermakna untuk mencapai tujuan tersebut.
c)      Strategi Pemodelan (Modeling Strategy)
Pemodelan artinya dalam sebuah pembelajaran keterampilan satu pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan guru agar siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan sebagainya. Atau, guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang "bagaimana cara belajar".
Apabila strategi ini digunakan dalam pembelajaran membaca dongeng berarti guru harus memberikan contoh yang benar dan mudah dipahami siswa. Upaya ini jelas bermula dari guru yang harus lebih dulu memahami teknik pembacaan puisi. Kalau tidak, mustahil guru mampu memberikan contoh yang akurat. 
       Setiap strategi dapat dipastikan memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, seperti halnya strategi pemodelan (modeling strategy). Keunggulan yang dimiliki strategi ini, antara lain:
1.      lebih memusatkan perhatian pada proses dan produk hasil baca siswa;
2.      siswa mengalami sendiri proses uji baca untuk menghasilkan suatu pemahaman guna menjawab pertanyaan terkait dengan isi bacaan;
3.      membantu tumbuh kembangnya kemampuan membaca siswa;
4.      hasil uji baca siswa akan sinkron dengan tujuan pembelajaran.
        Sedangkan kelemahan dari strategi ini, antara lain:
1.    tidak setiap siswa mendapat kesempatan yang baik untuk membaca karena terbatas waktu;
2.    antarsiswa tidak terjadi saling belajar karena masing-masing dihadapkan dengan yang sama;
3.    membutuhkan bahan yang tidak sedikit tetapi harus seragam yang belum tentu tersedia.
       Upaya untuk mengatasi kelemahan strategi ini dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 17), yakni “Perpanjang waktu pembelajaran, agar setiap siswa dapat menempuh proses yang telah ditentukan. Bentuk kelompok belajar yang beranggotakan 2 sampai 3 orang, agar antarsiswa dapat saling belajar. Selain itu, upaya ini pun ditujukan untuk mengefektifkan bahan bacaan yang tersedia”.
d)     Proses PembelajaranMembaca Dongengdengan Menggunakan Strategi Pemodelan (Modeling Strategy)
          Kegiatan pembelajaran membaca dongengdengan menggunakan strategi pemodelan (modeling strategy), memerlukan pengelolaan yang serius dari guru dan harus diikuti secara sungguh-sungguh oleh siswa. Tugas guru dalam hal ini adalah merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, mengevaluasi kemampuan siswa, dan menindaklanjuti hasil evaluasi agar ke depan diperoleh hasil yang lebih baik. Dalam suatu kegiatan pembelajaran, tugas guru selain merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi juga menindaklanjuti hasilnya agar ke depan diperoleh pola pembelajaran yang lebih memungkinkan tercapainya kemampuan siswa secara optimal.       
Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan-tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 
1.      Perencanaan Pembelajaran
Pada tahap kegiatan perencanaan, guru mempersiapkan segala sesuatunya, yakni setiap komponen yang biasa terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut seperti dikemukakan Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 1), yakni,
(1) Standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pembelajaran, (6) pengorganisasian kegiatan belajar mengajar, (7) alat dan sumber pembelajaran, dan (8) penilaian pembelajaran”.
       Kedelapan komponen di atas harus direncanakan dengan baik, artinya, guru dituntut untuk merumuskan setiap komponen tersebut sebagai acuan atau pedoman ketika melaksanakan pembelajaran yang sudah direncanakan.
2.      Pelaksanaan Pembelajaran
        Pelaksanaan pembelajaran membaca dongengdengan menggunakan strategi pemodelan (modeling strategy), didasarkan pada rencana, seperti telah dijelaskan pada komponen pengorganisasian pembelajaran. Namun perlu dijelaskan di sini bahwa dalam pelaksanaannya direncanakan dalam tiga siklus. Setiap siklusnya, memuat tiga rencana kegiatan pembelajaran, yakni: (1) kegiatan awal pembelajaran, (2) kegiatan inti pembelajaran, dan (3) kegiatan akhir pembelajaran. Pelaksanaan ketiga kegiatan tersebut pada siklus 1 didasarkan pada ketiga kegiatan ini yang sudah direncanakan di komponen pengorganisasian kegiatan pembelajaran dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tertulis. Demikian pun untuk siklus 2 dan siklus 3, pelaksanaannya berbeda dengan siklus 1. Siklus 2 didasarkan pada hasil refleksi siklus 1, sedangkan untuk siklus 3 didasarkan pada hasil refleksi siklus 2.  
3.      Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran membaca dongeng, menempuh prosedur penilaian yang telah direncanakan pada komponen akhir dalam rencana pelaksanaan pembelajaran secara tertulis, yakni penilaian hasil belajar melalui tes. Evaluasi dalam setiap siklusdilaksanakan sejak masing-masing siswa membacakan dongeng. 
4.      Tindak Lanjut
       Upaya menindaklanjuti hasil pembelajaran membaca dongengdengan menggunakan strategi pemodelan (modeling strategy), dilakukan guru bukan saja pada kemampuan siswa yang diperoleh melalui evaluasi tetapi yang lebih penting adalah menindaklanjuti proses belajar siswa pada saat menempuh kegiatan inti pembelajaran. Upaya tindak lanjut yang diberikan kepada siswa ditujukan agar siswa pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran selanjutnya dapat berlaku lebih baik. Oleh karena itu, kegiatan yang sangat penting ini tidak boleh diabaikan dalam setiap siklus pembelajaran membaca dongengdengan menggunakan strategi pemodelan (modeling strategy). Adapun dasar pemikiran upaya tindak lanjut tersebut, seperti dikemukakan Kunandar (2008: 84), yang dikutip berikut “Upaya tindak lanjut dalam setiap siklus PTK, hendaknya didasarkan pada hasil refleksi masing-masing siklus. Guru pelaksana tindakan dan pengamat menentukan langkah-langkah strategis ke depan, agar siswa dapat belajar lebih baik baik”. 
E.     Metodologi Penelitian
a.      Tempat Penelitian
           Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Sukajayauntuk mata pelajaran bahasa Sunda dengan kompetensi dasar membaca dongeng. Adapun yang menjadi subjeknya, yaitu siswa kelas IV pada tahun pelajaran 2008/2009, yang berjumlah 30 orang siswa yang terdiri atas 14 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan.
Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah binaan, khususnya mata pelajaran bahasa Sunda dalam kompetensi dasar membaca dongeng yang dipilih sendiri.
b.      Waktu Penelitian
         Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2008/2009, yaitu bulan Juli sampai dengan November 2008. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar efektif di kelas.
c.       Siklus PTK
          PTK ini dilaksanakan dalam tiga siklus, yakni untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy).
d.      Persiapan PTK
          Sebelum PTK dilaksanakan dibuat berbagai input instrumental yang akan digunakan saat memberi perlakuan, di antaranya menyusun rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan PTK. Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Pengamatan Diskusi; (3) Lembar Evaluasi. Dalam persiapan juga akan disusun daftar nama kelompok diskusi yang dibuat secara hetrogen.
e.       Subjek Penelitian
         Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya, Tahun Pelajaran 2008/2009, yang terdiri atas 14 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan.
f.       Sumber Data
          Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan kolabolator.
g.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini, antara lain: tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
1)      Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
2)      Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam PBM dan implementasi pembelajaran membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy).
3)      Wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy).
4)      Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolabolator digunakan untuk merefleksi hasil siklus PTK.
h.      Indikator Kinerja
         Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kenerjanya selain siswa juga guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja siswa.
1.      Siswa
1)      Tes: rata-rata nilai ulangan harian.
2)      Observasi: keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakan.
2.      Guru
1)      Dokumentasi: kehadiran siswa.
2)      Observasi: hasil observasi.
i.        Teknik Analisis Data
         Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK, dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh, sebagai berikut.
1.      Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2.      Aktivitas siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.      Implementasi pembelajaran membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy) dengan menganalisis tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
F.     Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.       Hasil Penelitian
Siklus I
1)      Perencanaan (Planning)
(1)   Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa melalui langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy).
(2)   Membuat rencana pembelajaran membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy).
(3)   Membuat lembar kerja siswa.
(4)   Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK siklus 1.
(5)   Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2)      Pelaksanaan (Acting)
Pada saat awal siklus I, pelaksanaan tindakan belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan berikut.
(1)   Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi pembelajaran membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi modeling.
(2)   Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah belajar membaca dongeng berdasarkan strategi pemodelan (modeling strategy) secara utuh dan menyeluruh.
 Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya sebagai berikut.
(1)   Guru, secara intensif memberi pengertian kepada siswa mengenai kondisi belajar membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy).
(2)   Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah belajar membaca dongeng berdasarkan strategi pemodelan (modeling strategy).
Pada akhir siklus I dari hasil pengamatan guru dan kolabolator (teman sejawat) dapat disimpulkan sebagai berikut.
(1)   Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok.
(2)   Siswa mulai terbiasa dengan membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy).
(3)   Siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy), memiliki langkah-langkah tertentu.
3)      Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
         Hasil observasi dan evaluasi pada siklus I diperoleh gambaran sebagai berikut.
(1)   Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
11
16
69

Hasanudin
12
16
75

Imam Bonjol
14
16
88
Tertinggi
Patimura
10
16
63

Cut Nyak Dien
8
16
50
Terendah
Teuku Umar
10
16
63

Kartini
11
16
69

Dewi Sartika
12
16
75

Rerata
11
16
69


(2)   Hasil observasi siklus I tentang aktivitas guru dalam PBM
          Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana belajar membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy).
(3)   Hasil evaluasi siklus I, kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran
          Selain aktivitas guru dalam PBM, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
   Grafik 1 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus I

4)      Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)
           Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus 1, sebagai berikut.
(1)   Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy). Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 61,36%.
(2)   Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy). Meski demikian mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.
(3)   Hasil evaluasi pada siklus 1 mencapai rata-rata 6,20.
(4)   Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
(5)   Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
           Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
(1)   Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
(2)   Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
(3)   Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
2.      Siklus II
1)      Perencanaan (Planning)
        Perencanaan (planning) pada siklus II didasarkan pada replanning siklus I, yakni sebagai berikut.
(1)   Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
(2)   Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
(3)   Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
(4)   Membuat perangkat pembelajaran yang lebih mudah dipahami oleh siswa.
2)      Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan tindakan siklus II didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus I. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
(1)   Suasana sudah mengarah pada proses pembelajaran membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
(2)   Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
(3)   Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
3)      Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
Hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan perubahan yang lebih baik daripada siklus I. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
(1)   Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2
 Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada Siklus II
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
12
16
75

Hasanudin
13
16
81

Imam Bonjol
14
16
88
Tertinggi
Patimura
11
16
69

Cut Nyak Dien
10
16
63
Terendah
Teuku Umar
11
16
69

Kartini
12
16
75

Dewi Sartika
13
16
75

Rerata
12
16
74


Grafik 2 Perolehan Skor Aktivitas Siswadalam PBM Siklus II

(2)   Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus II tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus I. Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
(3)   Hasil evaluasi kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran pada siklus II juga tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%.
(4)   Hasil ulangan harian siklus II mengalami peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
4)      Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)
     Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus II ini, sebagai berikut.
(1)   Aktivitas siswa dalam PBM membaca dongengsudah mengarah ke langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy). Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus I menjadi 74% pada siklus II.
(2)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy) didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran membaca dongengyang mengarah pada langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy). Guru secara intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II.
(3)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 6,20 pada siklus I meningkat menjadi 7,00 pada siklus II.
(4)   Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian pada siklus II menjadi 6,53.
3.      Siklus III
1)      Perencanaan (Planning)
           Perencanaan (planning) pada siklus III berdasarkan replanning siklus II, yaitu sebagai berikut.
(1)   Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
(2)   Lebih intensif membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi ajar berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy).
(3)   Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
(4)   Membuat perangkat pembelajaran membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy) yang lebih baik lagi agar makin mudah dipahami oleh siswa.
2)      Pelaksanaan (Acting)
   Pelaksanaan tindakan siklus III didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus II. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
(1)   Suasana pembelajaran membaca dongengsudah lebih mengarah pada langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.
(2)   Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
(3)   Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.
3)      Observasi dan Evaluasi (Observing and Evaluation)
Hasil observasi selama siklus III dapat dilihat seperti pada uraian berikut.
(1)   Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM membaca dongeng yang disajikan dengan menggunakan strategi pemodelan (modeling strategy) pada siklus 3 tertuang pada tabel berikut.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
14
16
88

Hasanudin
14
16
88

Imam Bonjol
15
16
94
Tertinggi
Patimura
13
16
81

Cut Nyak Dien
12
16
75
Terendah
Teuku Umar
13
16
81

Kartini
14
16
88

Dewi Sartika
14
16
88

Rerata
12
16
85


Grafik 3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus III

(2)   Hasil observasi siklus III pada aktivitas guru dalam PBM mendapat rerata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan.
(3)   Hasil evaluasi siklus III penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy) memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
(4)   Hasil ulangan harian ketiga mengalami peningkatan yang cukup berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada siklus I dan pada siklus II  6,53.
4)      Refleksi (Reflecting)
          Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus III, sebagai berikut.
(1)   Aktivitas siswa dalam PBM membaca dongeng sudah mengarah pada langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy). Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami materi ajar. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II menjadi 85% pada siklus III.
(2)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy) didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran membaca dongeng yang mengarah ke langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy). Guru secara intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada siklus II menjadi 91% pada siklus III.
(3)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada siklus II meningkat menjadi 8,50 pada siklus III.
(4)   Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48 (ulangan harian siklus I) menjadi 6,53 (ulangan harian siklus II) dan 7,33 (ulangan harian siklus III).
b.      Pembahasan
Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy) menunjukkan ada perubahan yang signifikan. Perubahan dimaksud, sebagai berikut.
1)      Pada siklus I, aktivitas siswa dalam belajar membaca dongengdinilai 69%. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa belajar membaca dongengberdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy). Sangat mungkin terjadi sebagai dampak dari guru lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy), sehingga masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan, karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar, dan  masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok. Meski demikian kondisi ini dinyatakan lebih baik daripada aktivitas belajar siswa sebelum diberi perlakuan (strategi pemodelan (modeling strategy)). Seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa pada siklus I, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun  meski masih tergolong kurang, namun tetap mengalami peningkatan, yakni  dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
2)      Pada siklus II, aktivitas belajar siswa dalam PBM membaca dongengsudah mengarah pada langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy). Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus I menjadi 74% pada siklus II. Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus II  tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%. Sementara berdasarkan hasil ulangan harian siklus II mengalami peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53, yang  berarti naik 1,05.
3)      Pada siklus III, aktivitas siswa dalam PBM membaca dongengsudah mengarah pada langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy). Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II menjadi 85% pada siklus III. Meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada siklus II meningkat menjadi 8,50 pada siklus III. Selain itu meningkatnya hasil belajar siswa ditunjukkan oleh meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48 (ulangan harian siklus I) menjadi 6,53 (ulangan harian siklus II) dan 7,33 (ulangan harian siklus III).   
G.    Simpulan dan Saran
           Setelah membahas hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy), akhirnya dapat diambil simpulan guna menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1.      Text Box: 63Penggunaan strategi pemodelan (modeling strategy) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca dongengmenempuh tahapan berikut: (1) menyusun perencanaan membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy) ; (2) melaksanakan pembelajaran membaca dongeng berdasarkan langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy) sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa berdasarkan observasi dan evaluasi. Proses yang ditempuh dalam setiap tahapan ini, baik yang dilakukan guru maupun siswa tidak lepas dari ketentuan yang berlaku, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa bukan saja secara bertahap sesuai dengan norma pembelajaran ini, tetapi juga hasil yang didapat pun secara bertahap meningkat pula. Siswa menjadi aktif dan memahami perannya sebagai apa dalam anggota kelompok. Antarsiswa bukan saja tampak merasa senang dan antusias saat berbagi ide dan bertanya jawab, tetapi juga santun dalam melakukan hal itu. Itu sebabnya strategi pembelajaran ini diterapkan dengan menempuh tahap tersebut guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan.
2.      Penggunaan strategi pemodelan (modeling strategy), terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca dongeng. Selain aktivitas belajar siswa terkesan lebih bermakna (meaningfullearning), potensi aktifnya pun dalam menggali ide, saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi ajar, bertanya jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan tindakan dengan tidak melukai perasaan satu sama lain, hal ini terjadi pada saat proses pembelajaran ini berlangsung. Dengan sendirinya, hasil belajar masing-masing siswa setelah menempuh proses aktivitas belajar secara terlatih ini, meningkat. Hal ini terbukti dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas yang pada siklus I hanya rata-rata 69% menjadi 74% pada siklus II,  dan 85% pada siklus III. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan ada peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian, yakni siklus I mencapai 5,48 menjadi 6,53 pada siklus II dan 7,33 pada siklus III. Melalui langkah-langkah strategi pemodelan (modeling strategy) siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.
           Telah terbuktinya strategi pemodelan (modeling strategy)dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca dongeng, maka diajukan saran-saran sebagai berikut.
1.      Dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan menjadikan strategi ini sebagai suatu alternatif guna mencapai tujuan pembelajaran membaca dongeng, yaitu siswa aktif dalam belajar dan berhasil mencapai hasil belajar yang diinginkan. Setiap tahapan yang sudah ditempuh, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan tindak lanjut, akan menjadi lebih baik apabila direnungkan secara bijak agar diperoleh proses setiap tahapan yang akurat.
2.      Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan, baik dalam mengelola pembelajaran yang sama, maupun yang lain di dalam atau di luar mata pelajaran ini.  

H.    Sumber Rujukan
Amin, dkk. 1986. Pengajaran Membaca dan Pengelolaan KBM di Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1992/1993. Bahasa Indonesia III. Jakarta. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Husein, Umar. 2003. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Harjasujana, Ahmad Slamet. 1983. Membaca dalam Kehidupan. Bandung: Geger Sunten.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Badnung: Rosda.
Natsir, Idris. 2003. Strategi Pengelolaan KBM. Jakarta: Raja Grafindo.
Nurhadi .1989. Membaca Cepat dan Efektif. Malang : IKIP Malang.
Puspowarsito. 2008. Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta Press.
Sanjaya, Wina. 2009. Desain Pembelajaran. Bandung : Prenada.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Depdiknas.
Tarigan, H.G. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Yamin, Martinis. 2009. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Putra Grafika.

3 komentar:

  1. Assalamualaikum... yang terhormat Bapak Drs Nasim SH, senang sekali saya setelah membaca proposal PTK Bapak. Kebetulan saya juga akan melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan strategi modeling. Tapi terus terang saya kekurangan referensi. Bisa saya minta rujukan, barangkali Bapak punya kumpulan buku yang bisa saya beli atau informasi lainnya. Karena saya sudah keliling di toko buku yang ada di kota saya tapi tidak dapat. Terimakasi sebelumnya. Saya sangat berharap informasi kembali dari Bapak

    wulan, Kendari. email saya:wulaningsih_s@ymail.com

    BalasHapus
  2. Silahkan yang membutuhkan contoh PTK Lengkap dengan berbagai Macam Model Dan Metode Pembelajaran yang bisa digunakan sebagai referensi dalam pembuatan karya ilmiah dan juga sebagai referensi untuk kenaikan pangkat, bapak/ibu guru tidak usah bingung dengan teori teori model dan metode pembelajaran, semua tingkat ada, PLUS JASA BIMBINGAN PEMBUATAN PTK BAHASA SUNDA DAN PTS Insya Alloh sangat bermanfaat. Untuk Pemesanan Bisa hubungi 085797510051

    BalasHapus