A.
Judul
Peningkatan
Kemampuan Siswa dalam Menyusun Paragraf pada Mata Pelajaran Bahasa Sunda
Melalui Penggunaan Strategi Pembelajaran Heuristik
B.
Penulis
Nama : Drs. Nasim Hendra Sutiana
Jabatan : Kepala SD Negeri 2 Sukajaya
No.Hp : 081321421956
C.
Abstrak
dan Kata Kunci

Kata Kunci: Peningkatan, Kemampuan, Menyusun Paragraf, Strategi Pembelajaran
Heuristik
Dalam mencapai tujuan pembelajaran menyusun
paragraf pada mata pelajaran Bahasa Sunda, siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya
menghadapi kendala, yang disebabkan oleh penggunaan strategi kurang tepat.
Akibatnya, kemampuan yang diharapkan kurang dapat dicapai oleh seluruh siswa.
Untuk mengatasi masalah ini digunakan strategi pembelajaran heuristik. Guna
membuktikan efektivitas strategi tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswa di
kelas ini dalam menyusun paragraf, maka dilakukan penelitian tindakan kelas.
Setelah menempuh serangkaian kegiatan yang telah direncanakan, secara bertahap
kemampuan menyusun paragraph pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya, meningkat.
Ini dapat terjadi berkat kesungguhan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Selain itu juga, adanya kemauan untuk berubah pada siswa, sebagai efek dari
penggunaan strategi pembelajarn heuristik.
D.
Pendahuluan
a.
Latar
Belakang Masalah
Dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menulis, tidak sedikit siswa yang
kurang mampu. Padahal kemampuan ini sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan
kemampuan berpikir yang lebih bersifat realitistik. Kemampuan tersebut,
sebenarnya dapat ditingkatkan dengan cara belajar yang lebih baik pada saat
proses pembelajaran sedang berlangsung. Masalah ini seperti yang dialami oleh
siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya. Misalnya, dalam memenuhi tuntutan
pembelajaran menyusun paragraf banyak siswa yang kurang mampu.
Kondisi seperti di atas dapat diketahui
dari hasil unjuk kerja siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya dalam pembelajaran
menulis paragraf. Dari 33 orang siswa di kelas ini, hanya ada 6 orang siswa
(18,18%) yang dinyatakan cukup mampu memenuhi tuntutan pembelajaran. Sementara
itu, selebihnya dari mereka, yakni 27 orang siswa (81,82%) dinyatakan kurang
mampu.

Belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan di mana
ia hidup. Dalam hal ini, proses merupakan rangkaian kegiatan yang berkelanjutan,
terencana, gradual, bergilir, berkesinambungan, dan terpadu, yang secara
keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap proses pembelajaran.
Mengajar diartikan sebagai usaha menciptakan sistem lingkungan yang terdiri
atas komponen pengajar, tujuan pembelajaran, peserta didik, materi pelajaran,
metode pengajaran, media pengajaran, dan faktor administrasi serta biaya yang
memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal.
Menurut Sanusi (dalam Iskandarwassid
dan Sunendar, 2008: 1) “Mengajar pun dapat diartikan sebagai proses
membelajarkan peserta didik yang diasumsikan mempunyai beberapa fungsi, antara
lain membantu menumbuhkan dan mentransformasikan nilai-nilai positif sambil
memberdayakan serta mengembangkan potensi kepribadian peserta didik”. Lebih
lanjut Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 2) mengemukakan bahwa,
Pemahaman terhadap mengajar
ditentukan oleh persepsi pengajar terhadap belajar. Kalau belajar dianggap
sebagai usaha untuk memperoleh pengetahuan, maka mengajar adalah memberi
informasi. Kalau belajar adalah usaha untuk memperoleh keterampilan, maka
mengajar adalah melatih keterampilan. Kalau belajar adalah kegiatan untuk
mengolah informasi, maka mengajar adalah usaha untuk mengoptimalkan kegiatan
pembelajaran.
Sangat mungkin, dampak dari kekurangpahaman
guru tersebut terhadap proses pengelolaan pembelajaran menyusun paragraf, proses
belajar sebagian besar siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajayamenjadi kurang
bermakna, yang akhirnya mereka kurang berhasil mencapai tujuan yang diharapkan.
Hal ini dapat pula dikemukakan sebagai kekurangtepatan pemahaman guru terhadap
hakikat strategi pembelajaran. Menurut Mujiono (dalam Iskandarwassid dan
Sunendar, 2008: 8), hakikat strategi pembelajaran diartikan sebagai berikut.
Kegiatan pengajar untuk
memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dan
komponen pembentuk sistem instruksional, di mana untuk itu pengajar menggunakan
siasat tertentu. Karena system instruksional merupakan suatu kegiatan, maka
pemikiran dan pengupayaan pengonsistensian aspek-aspek komponennya tidak hanya
sebelum dilaksanakan, tetapi juga pada saat dilaksanakan. Hal ini didasarkan
pada pemikiran bahwa suatu rancangan tidak selalu tepat pada saat
dilakukan.
Dari penjelasan ahli di atas, diperoleh
gambaran bahwa pemahaman guru terhadap tugasnya dan strategi pembelajaran, akan
mewarnai konteks kegiatan belajar siswa dan hasilnya. Sebagai dampak dari hal
ini kurang dipahami guru, bisa jadi telah membawa ke proses dan hasil belajar
yang kurang diharapkan, seperti yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri 2
Sukajayadalam pembelajaran menyusun pargaraf. Adanya dugaan ke arah itu,
didasarkan pada informasi yang diperoleh dari guru, di mana:
1. saat
proses pembelajaran menyusun paragraf sedang berlangsung, guru mendapatkan
kesulitan dalam membelajarkan siswa, yang disebabkan oleh kurang dimilikinya
persiapan yang matang;
2. antarsiswa
tidak terjadi saling belajar, dan untuk itu guru tidak dapat berbuat banyak
kecuali hanya memanfaatkan siswa waktu yang tersedia;
3. sebagian
besar siswa kurang mampu memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menyusun
paragraf.
Jelasnya, permasalahan itu timbul
berkaitan dengan dua hal seperti telah dikemukakan ahli di atas, yakni karena
pada tahap persiapan dan pelaksanaan tidak ditunjang oleh strategi yang tepat.
Kondisi seperti ini, tidak baik untuk terus dibiarkan oleh guru yang
bersangkutan. Sebagai salah satu upaya untuk mengusahakan terjadinya proses
pembelajaran yang diharapkan, agar memberi dampak pada perubahan kemampuan
siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menyusun paragraf, maka akan
digunakan strategi pembelajaran heuristik. Mengenai strategi pembelajaran
tersebut, Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30) mengemukakan sebagai berikut
“Strategi pembelajaran heuristik merupakan strategi untuk menyiasati agar
aspek-aspek komponen pembentuk sistem instruksional mengarah pada pengaktifan
peserta didik untuk mencarai dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep
yang mereka butuhkan”. Lebih lanjut dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar
(2008: 30), yang dikutip berikut.
Dalam strategi heuristik,
pengajar mengarahkan peserta didik pada data-data terpilih, selanjutnya peserta
didik merumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila kesimpulan
tepat, tercapailah tujuan strategi ini dan proses berakhir. Sebaliknya, bila
kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru sampai peserta didik
memperoleh kesimpulan yang tepat. Dalam strategi ini, pengajar hanya mengarahkan
dan menuntun sampai peserta didik bisa menemukan sendiri.
Besar harapan melalui proses belajar seperti
yang dikehendaki strategi pembelajaran heuristik ini, akan memberi dampak bukan
saja pada proses belajar siswa tetapi juga kemampuannya mengalami peningkatan
dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menyusun paragraf. Untuk
membuktikan hal ini, maka akan dilakukan serangkaian kegiatan penelitian
tindakan kelas yang berfokus pada upaya peningkatan kemampuan menyusun paragraf
melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik. Untuk kemudian hasilnya
akan mengisi laporan penelitian tindakan kelas penulis dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menyusun Paragraf pada Mata Pelajaran Bahasa
Sunda Melalui Penggunaan Strategi Pembelajaran Heuristik”.
b.
Rumusan
Masalah
Ada tiga pokok masalah yang harus
ditindaklanjuti melalui penelitian ini. Ketiga pokok masalah tersebut dirumuskan
dalam tiga pertanyaan berikut.
1. Bagaimana
langkah-langkah pelaksanaan peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf
melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik?
2. Apakah
kemampuan siswa meningkat dalam menyusun paragraf setelah mengikuti penggunaan
strategi pembelajaran heuristik?
c.
Cara
Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah terkait dengan kinerja guru dan siswa dalam
pembelajaran menyusun paragraf, digunakan strategi pembelajaran heuristik.
d.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan
penelitian ini dapat ditentukan, yaitu:
1. untuk
memperbaiki kinerja guru dan siswa dalam PBM menyusun paragraf melalui
penggunaan strategi pembelajaran heuristik;
2. untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf melalui penggunaan
strategi pembelajaran heuristik;
3. untuk
mengetahui efektivitas penggunaan strategi pembelajaran heuristik yang
digunakan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf.
e.
Manfaat
Penelitian
Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh semua
pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini.
Manfaat dimaksud ada yang bersifat teoretis, ada pula yang bersifat praktis,
seperti dijelaskan berikut ini.
1. Manfaat
secara teoretis yang akan diperoleh:
1) penulis
sebagai guru pelaksana tindakan, yakni menambah pengetahuan tentang tugas guru
pelaksana tindakan dalam proses penelitian tindakan kelas, dan penggunaan
strategi pembelajaran heuristik dalam meningkatkan kemampuan menyusun paragraf;
2) guru yang
mengampu mata pelajaran bahasa Sunda yang bertugas sebagai kolabolator, yakni
menambah pengetahuan tentang tugas sebagai kolabolator dalam proses penelitian
tindakan kelas, dan penggunaan strategi pembelajaran heuristik dalam
meningkatkan kemampuan menyusun paragraf;
3) siswa
sebagai subjek yang mendapatkan perlakuan, yakni menambah pengetahuan akan
peran sertanya dalam penelitian tindakan kelas, dan langkah-langkah menyusun
paragraf berdasarkan strategi pembelajaran heuristik;
4) semua
pihak yang ada di sekolah tempat berlangsungnya penelitian tindakan kelas ini,
yakni akan menambah pengetahuan tentang proses penelitian tindakan kelas yang
sangat berguna untuk meningkatkan kualitas pengelolaan proses pembelajaran.
2.
Manfaat secara praktis yang akan diperoleh:
1) penulis sebagai
guru pelaksana tindakan, yakni mendapatkan pengalaman sangat berharga menjadi
guru pelaksana tindakan dalam proses peneltian tindakan kelas yang ditujukan
untuk meningkatkan kemampuan menyusun paragraf pada siswa melalui penggunaan
strategi pembelajaran heuristik;
2) guru yang
mengampu mata pelajaran bahasa Sunda sebagai kolabolator, yakni mendapatkan
pengalaman langsung menjadi kolabolator dalam proses penelitian tindakan kelas
yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan menyusun paragraf pada siswa
melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik;
3) siswa
sebagai subjek yang mendapatkan perlakuan, yakni mendapatkan pengalaman baru
menjadi sasaran penting dari sebuah upaya strategis yang dilakukan penulis
bersama guru lain yang mengampu mata pelajaran bahasa Sunda dalam rangka
meningkatkan kemampuannya di setiap tuntutan menyusun paragraf melalui
penggunaan strategi pembelajaran heuristik;
4) semua
pihak di sekolah tempat berlangsungnya penelitian tindakan kelas ini, yakni
mendapatkan bahan refleksi untuk dijadikan bahan diskusi untuk menghasilkan
inovasi pengelolaan dalam bidang pembelajaran yang berkualitas bagi siswa.
f. Kerangka Pemikiran
Masalah yang dihadapi oleh siswa yang menjadi subjek terkait dengan
setiap tuntutan dalam menyusun paragraf, akan diupayakan jalan keluarnya dengan
cara mengikuti setiap langkah belajar memenuhi tuntutan tersebut berdasarkan
langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik. Tentunya, dalam rangka itu
peran guru menjadi sangat penting. Atas dasar pertimbangan tersebut, guru harus
memahami benar akan hal ini.
Peran guru dalam suatu pembelajaran, yaitu membelajarkan siswa supaya
terarah pada proses pencapaian tujuan yang diharapkan.
Membelajarkan siswa supaya terarah pada
proses pencapaian tujuan didasarkan pada langkah-langkah strategi pembelajaran
heuristik. Mengenai tujuan penggunaan strategi ini
dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30) sebagai berikut “Strategi
pembelajaran heuristik merupakan strategi untuk menyiasati agar aspek-aspek
komponen pembentuk sistem instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik
untuk mencarai dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka
butuhkan”.
Agar peran strategis di atas dapat
dipenuhi dengan baik, guru perlu lebih dulu menyusun suatu perencanaan untuk
dijadikan pedoman pada saat melaksanakan tugasnya itu. Adapun sebagai tolok ukur dari
langkah-langkah yang sebaiknya ditempuh oleh guru pada saat melaksanakan
tugasnya membelajarkan siswa berdasarkan ketentuan strategis ini, seperti
dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), yakni,
langkah awal pengajar dalam
strategi pembelajaran heuristik, yakni mengarahkan peserta didik pada data-data
terpilih. Selanjutnya pserta didik merumuskan kesimpulan berdasarkan data-data
tersebut. Bila kesimpulan tepat, tercapailah tujuan strategi ini dan proses
berakhir. Sebaliknya, bila kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru
hingga peserta didik memperoleh kesimpulan yang tepat. Dalam strategi ini,
pengajar hanya mengarahkan dan menuntun sampai peserta didik bisa menemukan
sendiri.
Dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa
strategi pembelajaran heuristik adalah sebuah strategi yang menyiasati agar
aspek-aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem instruksional mengarah
kepada pengaktifan siswa, mencari dan
menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang dibutuhkannya. Menurut
Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30),
ada beberapa teknik penyajian
yang pararel dengan strategi pembelajaran heuristik, yakni inkuiri (inquiry), pemecahan masalah (problem solving), eksperimen, penemuan (discovery), teknik nondirektif,
penyajian secara kasus, dan teknik penyajian kerja lapangan.
Bertolak dari keseluruhan uraian di atas, diperoleh suatu kerangka pikir
untuk dijadikan pedoman dalam proses pemecahan masalah penelitian ini, yakni
mulailah menyusun rencana dengan melihat kondisi awal siswa, selanjutnya
laksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, tindaklanjuti
hasilnya agar diperoleh suatu kemajuan hingga mencapai target yang diinginkan.
Manajemen tindakan seperti ini ada kemiripan dengan prosedur dari suatu
tindakan yang diupayakan guru untuk memperbaiki kinerjanya, yang dikemukakan
Dunkin dan Bidlle (dalam Suherli, 2001: 69) melalui ilustrasi gambar berikut.
BAGAN 1. KERANGKA PEMIKIRAN
|
|
|
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||
![]() |
g.
Hipotesis
Tindakan
Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu “Terdapat
peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf setelah digunakan strategi
pembelajaran heuristik”.
E.
Kajian
Teori
a. Menyusun Paragraf
Paragraf merupakan unsur penyusun sebuah wacana. Menurut Nababan
(2009:120) “Paragraf terdiri atas untaian kalimat yang mengungkapkan satu ide
pokok”. Sehubungan dengan unsur wacana ini, Hasnun (2006: 25) memberikan
pengertian sebagai berikut.
Paragraf adalah kesatuan yang lebih tinggi dari kalimat. Paragraf hanya
terdiri atas satu tema. Paragraf bukan satu kalimat, tetapi beberapa kalimat
yang memiliki satu pokok pikiran. Pokok pikiran dalam paragraf didukung oleh
adanya kesatuan arti yang bersumber dari beberapa kalimat.
Jadi, paragraf bukan
kumpulan dari beberapa kalimat yang tidak memiliki kesatuan arti. Lebih
jelasnya, Hasnun (2006: 25) memberikan dua contoh paragraf berikut ini.
1. (1) Makin banyak remaja yang mengalami depresi.
(2) Survei yang dilakukan New York Child Study Center (NYUSC) ini melaporkan
43% remaja pria telah mengalami depresi sedikitnya dalam dua minggu. (3)
Begitulah kondisi di Amerika Serikat.
2. (1) Dalam
survei tersebut wawancara dilakukan terhadap sekitar 400 remaja pria. (2)
“Studi sebelumnya menunjukkan hanya 19% remaja yang mengalami depresi serupa”,
kata dr. Harald S. Kolewicz direktur lembaga tersebut.
Menurut Hasnun (2006:
32) “Fungsi paragraf, antara lain: (1) menampung ide pokok; (2) melalui
paragraf membantu pembaca memahami
tulisan; (3) paragraf membantu pembaca memahami isi tulisan; dan (4) setiap paragraf
memulai pikiran baru”.
Paragraf terdiri atas
unsur-unsur pembangunnya. Menurut Tarigan (dalam Hasnun, 2006: 32) “Susunan
paragraf terdiri atas transisi, kalimat topik, kalimat paragraf, dan kalimat
topik. Ada juga yang memiliki tiga
unsur, yaitu transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, atau kalimat topik,
kalimat pengembang, dan kalimat penegas. Ada dua unsur, yaitu kalimat topik dan
kalimat pengembang”. Lebih lanjut dikemukakan ahli tersebut, sebagai berikut.
Transisi dapat berupa
kata, dapat pula berupa kalimat. Transisi yang berupa kata meliputi penanda
hubungan: lagi, dan; penanda hubungan urutan waktu, seperti sekarang, sesudah,
sebelum, sehari, kemudian, penanda perbandingan, seperti, missal, ibarat,
bagaikan; penanda kontras: biarpun, tetapi, walaupun, sebaliknya; penanda
kondisi; apabila, kalau, jikalau, seandainya; penanda urutan jarak; di sini, di
sana, dekat, jauh. Transisi berupa kata tersebut dipergunakan dalam kalimat
untuk menyusun sebuah paragraf.
Transisi berupa kalimat
menurut Tarigan (dalam Hasnun, 2006: 33) “Dikenal dengan kalimat penuntun.
Fungsinya di samping sebagai transisi, juga sebagai pengantar topik utama yang
akan dibicarakan, tetapi bukan sebagai pengganti kalimat topik, letaknya selalu
mendahului kalimat topik”.
Contoh:
Ringkasnya unsur sastra meliputi dua hal, yaitu: (1) intrinsik; dan (2)
ekstrinsik. Intrinsik meliputi alur, latar, tema, ekstrinsik mengenai sejarah
sastra
Ada beberapa syarat yang
harus diperhatikan dalam menulis paragraf deskriptif, seperti dikemukakan Diana
(2009:122), antara lain: “(1) kepaduan makna (koheren); dan (2) kepaduan bentuk
(kohesif)”.
Lebih lanjut Diana (2009:122) mengemukakan sebagai berikut.
Sebuah pargaraf dinyatakan koheren apabila ada kekompakan hubungan antara
sebuah kalimat dan kalimat lain yang membentuk paragraf. Makna kompak yang
dimaksud adalah kalimatnya wajar, mudah dipahami, idenya tidak melompat-lompat
sehingga membingungkan, dan hanya membicarakan satu topik.
Menurut Diana (2009:123)
“Kepaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-kata dalam sebuah paragraf.
Sebuah paragraf mungkin saja memenuhi syarat koheren (secara makna sudah padu),
tetapi belum tentu kohesif (didukung oleh kata-kata yang padu)”.
b.
Strategi
Pembelajaran Heuristik
Peran guru dalam suatu pembelajaran, yaitu membelajarkan siswa supaya
terarah pada proses pencapaian tujuan yang diharapkan. Tujuan dimaksud, yakni
siswa: (1)
mampu menuliskan pokok-pokok pesan yang akan ditulis; dan (2) mampu menyusun
paragraf sesuai dengan konteks.
Membelajarkan siswa supaya terarah pada
proses pencapaian tujuan di atas, didasarkan pada langkah-langkah strategi
pembelajaran heuristik. Mengenai tujuan
penggunaan strategi ini dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30)
sebagai berikut “Strategi pembelajaran heuristik merupakan strategi untuk
menyiasati agar aspek-aspek komponen pembentuk sistem instruksional mengarah
pada pengaktifan peserta didik untuk mencarai dan menemukan sendiri fakta,
prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan”. Adapun tugas guru dalam rangka itu,
seperti dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), yang dikutip
berikut.
Dalam strategi heuristik,
pengajar mengarahkan peserta didik pada data-data terpilih, selanjutnya peserta
didik merumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila kesimpulan
tepat, tercapailah tujuan strategi ini dan proses berakhir. Sebaliknya, bila
kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru sampai peserta didik
memperoleh kesimpulan yang tepat. Dalam strategi ini, pengajar hanya
mengarahkan dan menuntun sampai peserta didik bisa menemukan sendiri.
Sejalan dengan pendapat ahli di atas
dikemukakan Sagala (2009: 71) bahwa “Melalui strategi pembelajaran heuristik bahan atau materi pelajaran
diolah oleh siswa. Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan pelajaran. Guru
sebagai fasilitator memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan”.Lebih lanjut
dikemukakan Sagala (2009: 72), seperti dikutip berikut.
Strategi pembelajaran
heuristik dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran termasuk
pemecahan masalah. Dengan strategi pembelajaran heuristik diharapkan siswa
bukan hanya paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, akan tetapi juga akan terbentuk sikap-sikap
positif, seperti: kritis, kreatif, inovatif, mandiri, terbuka. Strategi
Heuristik terbagai atas diskoveri dan inkuiri.
Agar peran strategis di atas dapat
dipenuhi dengan baik, guru perlu lebih dulu menyusun suatu perencanaan untuk
dijadikan pedoman pada saat melaksanakan tugasnya itu.
Adapun
sebagai tolok ukur dari langkah-langkah yang sebaiknya ditempuh oleh guru pada
saat melaksanakan tugasnya membelajarkan siswa berdasarkan ketentuan strategis
pembelajaran heuristik, seperti dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008:
30), yakni,
1.
Tahap
pemanasan-apersepsi selama lebih kurang 5 s.d. 10 menit, dengan langkah-langkah
berikut: (1) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami
peserta didik; (2) motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan
berguna baginya; (3) peserta didik didorong agar tertraik untuk mengetahui
hal-hal yang baru.
2.
Tahap eksplorasi selama
lebih kurang 25 s.d. 30 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
materi/keterampilan baru diperkenalkan; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problemsolving; (3) letakkan penekanan pada
kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai
aspek kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat
sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta
didik.
3.
Tahap konsolidasi
pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) melibatkan peserta
didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru; (2)
libatkan siswa secara aktif dalam problem
solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara
materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/kehidupan di dalam
lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar
dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik.
4.
Tahap pembentukan sikap
dan perilaku selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang
dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (2) peserta didik membangun sikap
dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang
dipelajari; dan (3) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan
pada sikap dan perilaku peserta didik.
5.
Tahap penilaian
formatif selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (2)
gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan
peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan (3) cari metodologi yang paling tepat yang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
F.
Metodologi Penelitian
a.
Metode Penelitian
Dalam proses
pemecahan masalah penelitian ini digunakan metode penelitian tindakan kelas
(PTK). Metode penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki arti dan ciri khas atau karakteristik
tersendiri. Sehubungan dengan pengertian metode ini, Kunandar (2008: 45)
mengemukakan sebagai berikut.Penelitian tindakan kelas didefinisikan suatu
penelitian tindakan (actionresearch)
yang dilakukan oleh guru di kelasnya bersama-sama dengan orang lain
(kolabolator) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu
tindakan (treatement) tertentu dalam
suatu siklus.
b. Desain
Penelitian
Desain dalam
penelitian tindakan kelas disebut juga pola yang diikuti peneliti sebagai
langkah konkret merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan merefleksi
tindakan setiap siklus yang telah berlangsung (Kunandar, 2008: 84).
Penelitian
tindakan kelas dalam peningkatan kemampuan menyusun paragraf dengan menggunakan strategi
pembelajaran heuristik di kelas V SD Negeri 2 Sukajaya, dilaksanakan secara
kolaborasi antara penulis dan guru lain yang mengampu mata pelajaran bahasa Sunda
di kelas lain. Prosedur yang akan ditempuh selama dalam
tiga siklus yang sudah direncanakan itu didasarkan pada desain di atas, yang
mana dalam setiap siklusnya akan menempuh empat tahapan, yakni: (1) perencanaan
tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun
deskripsi setiap tahapan tersebut, sebagai berikut.
d. Sumber
Data
Sumber data
penelitian ini, yaitu: (1) siswa kelas VSD Negeri 2 Sukajaya Tahun Pelajaran
2009/2010, yang berjumlah 33 orang; (2) penulis sebagai guru pelaksana
tindakan; dan (3) 2 orang guru yang bertugas sebagai pengamat.
e. Tempat
dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan
penelitian ini, yaitu di kelas VSD Negeri 2 Sukajaya. Waktu pelaksanaan
penelitian mengikuti jadwal mata pelajaran bahasa Sunda yang sudah ditentukan
sekolah, yakni pada hari Senin. Atas izin kepala sekolah dan kesediaan semua
pihak yang terlibat di dalamnya, maka dibuatlah jadwal sebagai berikut.
1. Siklus 1 dilaksanakan hari Senin pada minggu pertama
di bulan Februari 2009.
2. Siklus 2 dilaksanakan hari Senin pada minggu kedua
di bulan Februari 2009.
3. Siklus 3 dilaksanakan hari Senin pada minggu ketiga
di bulan Februari 2009.
f. Teknik
Penelitian
Ada beberapa teknik yang digunakan
dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diharapkan. Dalam pemilihan
teknik tersebut didasarkan pada data yang ingin dikumpulkan. Selain itu juga
merujuk pada pendapat yang dikemukakan Kunandar (2008: 274) bahwa “Teknik
pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas biasanya meliputi observasi,
tes, wawancara, dan diskusi.”
g.
Teknik Analisis Data
Data yang telah berhasil dikumpulkan melalui beberapa teknik dan
instrumen pengumpulan data, dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam KBM menyusun
paragraf dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik yang dilaksanakan
dalam tiga siklus. Lebih jelasnya mengenai data yang akan dianalisis tersebut
dan cara menganalisisnya, yakni sebagai berikut.
1. Data pelaksanaan tindakan
peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf dengan menggunakan strategi
pembelajaran heuristik yang dilaksanakan dalam tiga siklus, dianalisis secara
deskriptif dengan menggunakan teori dan teknik persentase. Hasil analisis data
melalui teknik presentase ini dikategorikan dalam klasifikasi sangat baik,
baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik.
2. Data peningkatan kemampuan
siswa dalam menyusun paragraf setelah diupayakan melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik yang dilaksakan dalam tiga siklus, dianalisis secara
deskritif dengan menggunakan teori menyusun paragraf dan teknik Patokan Acuan
Penilaian (PAP). Hasil dari pengplahan teknik tersebut diklasifikasikan dalam
kategori sangat mampu, mampu, cukup mampu, kurang mampu, dan tidak mampu.
G.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
a.
Hasil
Penelitian
a)
Deskripsi
Langkah-langkah PTK Siklus 1
1. Perencanaan
Perencanaan
tindakan siklus 1, dibuat berdasarkan hasil refleksi awal, yang hasilnya
dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran secara tertulis.
Selain itu juga dibuat beberapa instrument, seperti lembar observasi, lembar
tes, lembar wawancara, dan lembar diskusi.
2. Pelaksanaan
Kegiatan
awal pembelajaran di mulai dengan mengondisikan lebih dulu kesiapan siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran. Langkah selanjutnya guru membimbing siswa pada
tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Mengakhiri kegiatan, guru dan
siswa melaksanakan tes.
3. Observasi
Melalui upaya ini diperoleh
catatan sebagai berikut.
1) Aktivitas
guru dan siswa pada tahap kegiatan awal, tampak ada kesan kaku, yang disebabkan oleh belum
terbiasa memulai kegiatan pembelajaran seperti itu.
2) Motivasi
yang dilakukan guru, cukup menyentuh perasaan siswa, yang tampak dari semangat
siswa untuk mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf berdasarkan
langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik.
3) Sebagian
besar waktu pada kegiatan inti, lebih banyak digunakan guru untuk menyajikan
materi, dan sisanya digunakan untuk mengerjakan tugas, membahas hasil
penugasan, dan uji kompetensi.
4) Sebagian
besar siswa kurang aktif dalam bertanya jawab, baik dengan guru maupun siswa.
5) Tugas
guru, baik sebagai mediator maupun fasilitator bagi siswa, dinilai masih
kurang. Hal ini karena pembelajaran lebih mengutamakan tersampaikannya materi
ajar kepada siswa. Hal ini telah berdampak kurang baik terhadap aktivitas
belajar siswa.
6) Dalam
menghadapi situasi tersebut, tidak ada upaya yang dilakukan guru, sehingga
sampai pada akhir kegiatan inti siswa tampak
masih menghadapi masalah dalam menyusun paragraf yang diinginkan.
Guna melengkapi catatan hasil pengamatan
di atas, berikut ini disertakan penilaian teman sejawat terhadap kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran menyusun paragraf, yang tertuang pada lembar
observasi PTK siklus 1. Hasil penilain tersebut, dapat dituangkan kembali pada
tabel 4.1 dan tabel 4.2 (terlampir).
4. Refleksi terhadap Proses dan Hasil
Tindakan (Reflecting)
Untuk mengetahui keberhasilan PTK
siklus 1 dalam pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik telah dilakukan refleksi terhadap kinerja guru dan siswa
pada PTK siklus 1, yang dilakukan secara kolaborasi antara guru pelaksana
tindakan dan pengamat. Adapun hasilnya,
sebagai berikut.
1) Kinerja
guru dalam mengelola proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik, diketahui meningkat. Peningkatan kinerja guru tersebut
ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi serta menindaklanjuti hasilnya.
Berdasarkan hasil penilaian teman sejawat, diperoleh rata-rata nilai cukup
mampu untuk masing-masing tahap dalam proses pembelajaran tersebut.
2) Kinerja
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik, diketahui meningkat. Hal ini diketahui dari
partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi masing-masing siswa yang sebelumnya
banyak yang tidak partisipasi, tidak berminat, tidak perhatian, dan tidak
bermotivasi setelah melalui penggunaan strategi menjadi meningkat pada kategori
kedua dan ketiga. Dari 33 orang siswa, yang sebelumnya diketahui ada 18 orang
yang tidak partisipasi, tidak berminat, tidak perhatian, dan tidak bermotivasi
meningkat menjadi kurang partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan
kurang bermotivasi. Sementara itu, 2 orang siswa lainnya yang sebelumnya
diketahui kurang partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan kurang
bermotivasi menjadi cukup partisipasi, cukup berminat, cukup perhatian, dan
cukup bermotivasi. Perubahan tersebut didasarkan pada hasil penilaian pengamat,
seperti tertuang pada tabel 4.2 (terlampir).
3) Dari
33 orang siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya diketahui sebanyak 18 orang siswa
berhasil memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran. Sementara itu selebihnya, yakni
13 orang siswa dinyatakan kurang mampu memenuhi ketiga tuntutan tersebut, yang
ditunjukkan dengan perolehan nilainya kurang mencapai KKM. Dari 33 orang siswa tersebut, 8 orang siswa
atau 25,80% masuk kriteria baik sekali,15 orang siswa atau 48,38% masuk
kriteria baik, 2 orang siswa atau 6,45% masuk kriteria cukup, 5 orang siswa
atau 16,12% masuk kriteria kurang, dan 1 orang siswa atau 3,22% masuk kriteria
gagal.
4) Belum
mencapainya target kinerja yang diharapkan, baik oleh guru maupun siswa lebih
disebabkan karena masing-masing belum terbiasa dengan langkah-langkah strategi
pembelajaran heuristik. Oleh karena itu, masih banyak siswa yang dinilai kurang
mampu memenuhi kedua tuntutan pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut,
maka pada PTK siklus 2, akan diupayakan hal-hal berikut.
(1) Persiapan
guru harus ditingkatkan, terutama dalam memahami langkah-langkah pengelolaan
proses pembelajaran menyusun paragraf berdasarkan tuntutan strategi
pembelajaran heuristik.
(2) Guru
harus mampu mempertahankan dan meningkatkan hal-hal yang sudah cukup baik dalam
mengelola proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik.
(3) Guru
harus mampu meningkatkan partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik . Hal-hal yang dianjurkan untuk itu, di antaranya
mengaktifkan siswa melalui tanya jawab, pemberian tugas secara kelompok,
pemberian penghargaan dan sanksi kepada siswa yang layak untuk mendapatkannya.
5) Kinerja
siswa meski meningkat, tetapi belum mencapai harapan, baik dilihat dari
partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi. Hal ini lebih disebabkan oleh
karena siswa belum terbiasa dengan langkah-langkah belajar berdasarkan strategi
pembelajaran heuristik . Oleh karena itu, kepada siswa disarankan agar pada PTK
siklus 2 mulai membiasakan diri dengan langkah-langkah belajar bermakna. Adapun
caranya untuk itu, yakni sebagai berikut.
(1) Miliki
persiapan fisik dan mental, agar dapat berkonsentrasi pada langkah-langkah
belajar yang akan dijelaskan guru.
(2) Bertanyalah
kepada guru apabila ada di antara langkah-langkah belajar yang kurang dan atau
belum dipahami dengan baik. Tidak usah ragu, dan apalagi merasa malu untuk itu.
(3) Belajarlah
secara sungguh-sungguh, yang ditunjukkan dengan cara berpartisipasi secara
aktif, pusatkan perhatian pada apa yang sedang dipelajari, minat dan motivasi
belajar terus tingkatkan dengan cara fokus pada tujuan yang ingin dicapai
setelah mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan
melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik . Selain itu, berusahalah
untuk mencapai penghargaan yang akan diberikan guru, dan takutlah dengan sanksi
yang akan diberikannya apabila kurang baik dalam proses dan hasil belajar.
(4) Saling
belajarlah dengan baik, karena masing-masing memiliki kelebihan yang sangat
diperlukan oleh yang lain. Berjiwa lapanglah dalam memberi dan menerima masukan
yang ditujukan untuk kebaikan.
b)
Deskripsi
Langkah-langkah PTK Siklus 2
PTK siklus 2, dilaksanakan pada hari Senin di minggu, bulan Februari 2009.Sama
halnya dengan tahapan PTK siklus 1, pada PTK siklus 2 pun menempuh empat
tahapan berikut: (1) perencanaan tindakan (planning);
(2) pelaksanaan tindakan (acting);
(3) pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan (observing); dan (4) refleksi terhadap proses dan hasil tindakan (reflecting). Dalam setiap langkah
tersebut, semua terlibat, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Melalui upaya pengamatan yang
dilakukan teman sejawat diperoleh catatan sebagai berikut.
1) Aktivitas
guru dan siswa pada tahap kegiatan awal, mulai terbiasa dengan langkah-langkah
prapembelajaran menyusun paragraf berdasarkan tuntutan strategi pembelajaran
heuristik. Guru dan siswa sudah tidak kaku lagi, sehingga pratindakan dapat
berlangsung cukup baik dari sebelumnya (kegiatan awal pada PTK siklus 1).
2) Guru
cukup berhasil memotivasi siswa, dengan cara akan memberikan penghargaan (reward) bagi siapa saja di antara
siswanya yang berhasil mencapai hasil belajar lebih baik, dan kepada siswa yang
kurang berhasil akan diberikan sanksi berupa pemberian tugas individu yang akan
ditentukan nanti setelah proses pembelajaran siklus 2 berlangsung. Melalui
upaya tersebut, ada perubahan pada sikap siswa yang ditunjukkan oleh
partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi belajarnya pada tahap pratindakan.
3) Pada
proses tindakan siklus 2, peran guru dan siswa sudah cukup mengenai sasaran.
Guru tidak lagi menghabiskan waktu untuk menyajikan materi, melainkan lebih
banyak membimbing dan mengarahkan siswa pada proses belajar yang sebenarnya
dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menyusun paragraf. Demikian pun dengan
proses belajar siswa, tampak lebih baik
dari sebelumnya, yang ditunjukkan oleh partisipasi masing-masing, perhatian
terhadap penjelasan guru dan tugas, minat dan motivasi mengikuti proses
pembelajaran. Tidak diketahui lagi adanya siswa yang kurang bersungguh-sungguh
dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari yang sebelumnya segan untuk bertanya
kepada guru, pada siklus 2 sudah mulai banyak siswa yang berani bertanya kepada
guru, terutama tentang cara-cara
memenuhi tuntutan pembelajaran.
4) Terhadap
siswa yang mengalami kesulitan dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran,
guru memberikan jalan keluar dengan cara memahamkan siswa pada tuntutan
tersebut. Sebelum siswa tersebut dapat keluar dari kesulitannya, guru belum
beranjak dari tempat duduk siswa yang bersangkutan. Tindakan ini, disambut
dengan baik oleh siswa, dan karena itu pula yang bersangkutan dapat belajar
lebih baik dalam suasana yang menyenangkan.
5) Guru
sudah mampu menebar pandangan kepada seluruh siswa, yang ditunjukkan oleh
perhatiannya pada siapa saja yang menghadapi kesulitan dalam memenuhi tuntutan
pembelajaran, maka segeralah ia membantu mencarikan jalan keluarnya hingga
lepas dari kesulitan tersebut.
6) Saat
siswa sedang memenuhi tuntutan pembelajaran, guru berusaha memfasilitasi apa
yang dibutuhkan siswa. Oleh karena itu, proses belajar siswa tampak lebih menyenangkan daripada sebelumnya.
Melengkapi catatan hasil pengamatan di
atas, berikut ini disertakan penilaian para pengamat terhadap kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran menyusun paragraf di siklus 2, seperti tertuang
pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 (terlampir).
Berdasarkan hasil refleksi siklus
2, diperoleh gambaran sebagai berikut.
1) Kinerja
guru dalam mengelola proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik, diketahui lebih baik dari siklus sebelumnya.
Peningkatan kinerja guru tersebut ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi
serta menindaklanjuti hasilnya. Berdasarkan hasil penilaian teman sejawat,
diperoleh rata-rata nilai cukup mampu untuk masing-masing tahap dalam proses
pembelajaran tersebut.
2) Kinerja
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik , diketahui lebih baik dari siklus sebelumnya. Hal ini
diketahui dari partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi masing-masing siswa
yang sebelumnya (pada siklus 1) banyak yang kurang partisipasi, kurang berminat,
kurang perhatian, dan kurang bermotivasi setelah melalui penggunaan strategi
menjadi meningkat pada kategori ketiga dan keempat. Dari 33 orang siswa, yang
sebelumnya diketahui ada 18 orang yang kurang partisipasi, kurang berminat, kurang
perhatian, dan kurang bermotivasi meningkat menjadi cukup partisipasi, cukup berminat,
cukup perhatian, dan cukup bermotivasi. Sementara itu, 2 orang siswa lainnya
yang sebelumnya diketahui cukup partisipasi, cukup berminat, cukup perhatian,
dan cukup bermotivasi menjadi mampu berpartisipasi, minatnya lebih tinggi, mampu
memperhatikan, dan lebih bermotivasi. Perubahan tersebut didasarkan pada hasil
penilaian teman sejawat, seperti tertuang pada tabel 4.4 (terlampir).
3) Dari
33 orang siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun paragraf pada
siklus 2, sebanyak 27 orang siswa dinyatakan mampu memenuhi ketiga tuntutan
pembelajaran menyusun paragraf. Sementara itu, selebihnya yakni 6 orang siswa
dinyatakan kurang mampu yang ditunjukkan dengan perolehan nilainya kurang
mencapai KKM. Dari 33 orang siswa, sebanyak 15 orang siswa atau 45,45% masuk
kriteria baik sekali, 14 orang siswa atau 42,42% masuk kriteria baik, 1 orang
siswa atau 3,03% masuk kriteria cukup, dan 3 orang siswa atau 9,09%.
4) Cukup
tercapainya target kinerja yang diharapkan, baik oleh guru maupun siswa lebih
disebabkan karena masing-masing sudah terbiasa dengan langkah-langkah strategi
pembelajaran heuristik. Untuk meningkatkan ke tarap yang lebih baik pada siklus
3, akan diupayakan hal-hal berikut.
(1) Persiapan
guru harus dimatangkan lagi dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
menindaklanjuti hasilnya yang berorientasi pada pengelolaan proses pembelajaran
menyusun pargaraf berdasarkan tuntutan strategi pembelajaran heuristik.
(2) Guru
harus mampu mempertahankan dan meningkatkan hal-hal yang sudah cukup baik dalam
mengelola proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik.
(3) Guru
harus mampu meningkatkan partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik. Hal-hal yang dianjurkan untuk itu, di antaranya
mengakitifkan siswa melalui tanya jawab, pemberian tugas secara kelompok,
pemberian penghargaan dan sanksi kepada siswa yang layak untuk mendapatkannya.
5) Kinerja
siswa meski meningkat, tetapi belum mencapai harapan, baik dilihat dari
partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi. Hal ini lebih disebabkan oleh
karena siswa belum terbiasa dengan langkah-langkah belajar berdasarkan strategi
pembelajaran heuristik . Oleh karena itu, kepada siswa disarankan agar pada PTK
siklus 2 mulai membiasakan diri dengan langkah-langkah belajar bermakna. Adapun
caranya untuk itu, yakni sebagai berikut.
(1) Miliki
persiapan fisik dan mental, agar dapat berkonsentrasi pada langkah-langkah
belajar yang akan dijelaskan guru.
(2) Bertanyalah
kepada guru apabila ada di antara langkah-langkah belajar yang kurang dan atau
belum dipahami dengan baik. Tidak usah ragu, dan apalagi merasa malu untuk itu.
(3) Belajarlah
secara sungguh-sungguh, yang ditunjukkan dengan cara berpartisipasi secara
aktif, pusatkan perhatian pada apa yang sedang dipelajari, minat dan motivasi
belajar terus tingkatkan dengan cara fokus pada tujuan yang ingin dicapai
setelah mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan
melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik. Selain itu, berusahalah
untuk mencapai penghargaan yang akan diberikan guru, dan takutlah dengan sanksi
yang akan diberikannya apabila kurang baik dalam proses dan hasil belajar.
(4) Saling
belajarlah dengan baik, karena masing-masing memiliki kelebihan yang sangat
diperlukan oleh yang lain. Berjiwa lapanglah dalam memberi dan menerima masukan
yang ditujukan untuk kebaikan.
c)
Deskripsi
Langkah-langkah PTK Siklus 3
Seminggu kemudian dari pelaksanaan PTK
siklus 2, melaksanakan PTK siklus 3, tepatnya pada hari Senin di minggu ketiga,
bulan Februari 2012. Langkah yang
ditempuh, sama dengan siklus-siklus sebelumnya, yakni: (1) perencanaan tindakan
(planning); (2) pelaksanaan tindakan
(acting); (3) pengamatan terhadap
pelaksanaan tindakan (observing); dan
(4) refleksi terhadap proses dan hasil tindakan (reflecting). Dalam setiap langkah tersebut, semua terlibat, sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Melalui
upaya pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat iperoleh catatan sebagai
berikut.
1) Aktivitas
guru dan siswa pada tahap pratindakan, tampak
sudah terbiasa dengan langkah-langkah kegiatan awal pembelajaran menyusun
paragraf berdasarkan tuntutan strategi pembelajaran heuristik. Guru dan siswa
merasa lebih baik dari kondisi pada pratindakan sebelumnya (kegiatan awal pada
siklus 1 dan siklus 2).
2) Guru lebih
berhasil memotivasi siswa, yakni dengan cara akan memberikan penghargaan (reward) kepada siapa saja di antara
siswanya yang berhasil mencapai hasil belajar yang lebih baik pada PTK siklus 3,
dan kepada siswa yang kurang berhasil akan diberikan sanksi berupa pemberian
tugas individu yang akan ditentukan nanti setelah proses pembelajaran siklus 3
berlangsung. Melalui upaya tersebut, ada perubahan pada sikap siswa yang
ditunjukkan oleh partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi belajarnya pada
tahap kegiatan awal.
3) Pada kegiatan
inti siklus 3, peran guru dan siswa sudah mengenai sasaran. Materi pembelajaran
disajikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selain itu, dilihat dari
cara penyajiannya lebih jelas. Hal ini sebagai dampak dari pemberian contoh
yang lebih akurat. Demikian pun dengan proses belajar siswa, tampak lebih baik
dari sebelumnya, yang ditunjukkan oleh partisipasi masing-masing, perhatian
terhadap penjelasan guru dan tugas, minat dan motivasi mengikuti proses
pembelajaran. Tidak diketahui lagi adanya siswa yang kurang bersungguh-sungguh
dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari yang sebelumnya segan untuk bertanya
kepada guru, pada siklus 3 seluruh tampak
memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru.
4) Kepada
siswa yang mengalami masih menemukan kesulitan dalam memenuhi setiap tuntutan
pembelajaran, guru memberikan jalan keluar dengan cara menjelaskan disertai
pemberian contoh yang akurat untuk lebih memahamkannya. Hal ini dilakukan guru
hingga siswa yang bersangkutan memperoleh jalan keluar dari kesulitannya itu.
Oleh karena itu, yang bersangkutan dapat belajar lebih baik dan menyenangkan.
5) Guru
mampu memberikan perhatian lebih dari sebelumnya kepada siswa. Itu sebabnya,
seluruh siswa dapat belajar secara bermakna.
6) Pada
saat siswa sedang memenuhi kedua tuntutan pembelajaran, guru berusaha
memfasilitasi apa yang dibutuhkan siswa. Upaya ini cukup berhasil membuat
seluruh siswa belajar lebih antusias.
Untuk melengkapi catatan hasil
pengamatan pada siklus 3, berikut ini disertakan penilaian para pengamat
terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menyusun paragraf pada
siklus 3, seperti tertuang pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 (terlampir).
Selain
itu, melalui upaya refleksi pun diperoleh gambaran, sebagai berikut.
1) Kinerja
guru dalam mengelola proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik, diketahui lebih baik dari siklus 1 dan siklus 2. Hal
ini ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi serta menindaklanjuti
hasilnya. Hal ini dapat diketahui dari hasil penilaian kedua orang pengamat
diperoleh rata-rata nilai mampu untuk masing-masing tahap kegiatan dalam proses
pembelajaran tersebut.
2) Kinerja
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik, diketahui lebih baik dari siklus 1 dan siklus 2. Hal
ini diketahui dari partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi masing-masing
siswa tampak lebih baik. Perubahan
tersebut didasarkan pada hasil penilaian pengamat, seperti tertuang pada tabel
4.6.
3) Dari dari
33 orang siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran, secara keseluruhan
dinyatakan mampu memenuhi ketiga tuntutan.
Pada siklus 3 ini, tidak diketahui lagi adanya siswa yang memperoleh
nilai kemampuan dalam memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran tersebut kurang
mencapai KKM. Dari 33 orang siswa, sebanyak 29 orang siswa atau 87,87% masuk
kriteria baik sekali, dan 4 orang siswa atau 12,12% masuk kriteria baik.
4) Dapat
tercapainya target kinerja yang diharapkan, baik oleh guru maupun siswa lebih
disebabkan oleh karena masing-masing sudah terbiasa dengan langkah-langkah strategi
pembelajaran heuristik. Atas dasar pertimbangan itu, maka siklus PTK berhenti
hingga siklus 3.
b.
Pembahasan
Peningkatan kemampuan siswa tidak akan
terlepas dari keberhasilan dari tiap-tiap siklus dalam merencanakan,
melaksanakan, mengobservasi, dan merefleksi kegiatan. Hasil peningkatan kemampuan
siswa dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 terlihat dalam tabel rekapitulasi
berikut.
Tabel 4.16Rekapitulasi
Hasil Perubahan Kemampuan SiswaDalam Menyusun Paragraf
No.
|
Skor Siklus
1
|
Skor Siklus 2
|
Skor sikus 3
|
||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|
1
|
10
|
25
|
35
|
10
|
25
|
35
|
15
|
25
|
50
|
2
|
10
|
10
|
15
|
15
|
25
|
35
|
15
|
25
|
35
|
3
|
10
|
25
|
35
|
15
|
25
|
35
|
15
|
25
|
35
|
4
|
15
|
25
|
35
|
10
|
30
|
50
|
15
|
25
|
50
|
5
|
15
|
10
|
15
|
15
|
25
|
35
|
15
|
30
|
50
|
6
|
15
|
25
|
35
|
15
|
25
|
35
|
15
|
30
|
50
|
7
|
10
|
10
|
50
|
15
|
25
|
35
|
15
|
25
|
50
|
8
|
15
|
25
|
35
|
15
|
30
|
50
|
20
|
25
|
50
|
9
|
15
|
30
|
50
|
15
|
30
|
50
|
15
|
30
|
50
|
10
|
15
|
25
|
35
|
15
|
30
|
50
|
20
|
25
|
50
|
11
|
-
|
-
|
-
|
15
|
25
|
35
|
15
|
30
|
35
|
12
|
20
|
25
|
15
|
20
|
25
|
35
|
20
|
25
|
50
|
13
|
15
|
25
|
35
|
15
|
25
|
50
|
15
|
30
|
35
|
14
|
15
|
25
|
15
|
15
|
25
|
15
|
15
|
25
|
35
|
15
|
15
|
10
|
50
|
15
|
25
|
35
|
15
|
30
|
35
|
16
|
15
|
10
|
35
|
15
|
10
|
35
|
15
|
25
|
50
|
17
|
15
|
25
|
15
|
15
|
25
|
35
|
20
|
25
|
35
|
18
|
15
|
25
|
50
|
15
|
25
|
50
|
15
|
30
|
50
|
19
|
15
|
25
|
35
|
15
|
25
|
35
|
15
|
30
|
35
|
20
|
15
|
25
|
35
|
15
|
25
|
50
|
15
|
30
|
50
|
21
|
-
|
-
|
-
|
10
|
10
|
35
|
20
|
25
|
35
|
22
|
15
|
25
|
15
|
15
|
25
|
15
|
15
|
25
|
35
|
23
|
10
|
25
|
50
|
15
|
25
|
50
|
10
|
25
|
50
|
24
|
15
|
25
|
50
|
10
|
25
|
50
|
15
|
25
|
50
|
25
|
10
|
25
|
50
|
15
|
25
|
50
|
15
|
25
|
50
|
26
|
10
|
25
|
35
|
10
|
25
|
35
|
20
|
25
|
35
|
27
|
10
|
25
|
35
|
10
|
25
|
50
|
20
|
25
|
50
|
28
|
15
|
25
|
35
|
10
|
30
|
35
|
15
|
30
|
35
|
29
|
15
|
25
|
35
|
15
|
25
|
35
|
15
|
25
|
50
|
30
|
15
|
30
|
50
|
15
|
30
|
50
|
15
|
30
|
50
|
31
|
10
|
25
|
50
|
10
|
25
|
50
|
15
|
25
|
50
|
32
|
15
|
30
|
50
|
15
|
30
|
50
|
15
|
30
|
50
|
33
|
15
|
25
|
15
|
15
|
25
|
35
|
15
|
30
|
35
|
Rata-rata
|
13,70
|
23,06
|
35,32
|
14
|
25,15
|
39,69
|
16,21
|
27
|
44,09
|
68,5%
|
76,86%
|
70,64%
|
70%
|
83,83%
|
79,38%
|
81,05%
|
90%
|
88,18%
|
|
72%
|
77,73%
|
86,41%
|
Adapun kriteria yang dijadikan tolok ukur keberhasilan siswa dalam
pembelajaran menyusun paragraf yang disajikan dengan menggunakan strategi
pembelajaran heuristik, seperti tertuang pada tabel berikut.
Tabel 4.17Kriteria
Keberhasilan Pembelajaran
No.
|
Nilai
|
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
|
1.
|
80-100
|
Baik
Sekali
|
2.
|
66-79
|
Baik
|
3.
|
56-65
|
Cukup
|
4.
|
40-55
|
Kurang
|
5.
|
30-39
|
Gagal
|
Untuk lebih jelasnya mengenai
perbandingan hasil perubahan kemampuan siswa setelah mengikuti perbaikan
pembelajaran menyusun paragraf yang disajikan dengan menggunakan strategi
pembelajaran heuristik, tampak seperti
pada tabel berikut.
Tabel 4.18
Perbandingan Peningkatan
Kemampuan Siswa
dalam Menyusun Paragraf dalam Setiap Siklus Pembelajaran
No.
|
Kriteria
|
Siklus
I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
|||
𝛴
|
%
|
𝛴
|
%
|
𝛴
|
%
|
||
1.
|
Baik Sekali
|
8
|
25,80%
|
15
|
45,45%
|
29
|
87,87%
|
2.
|
Baik
|
15
|
48,38%
|
14
|
42,42%
|
4
|
12,12%
|
3.
|
Cukup
|
2
|
6,45%
|
1
|
3,03%
|
0
|
0%
|
4.
|
Kurang
|
5
|
16,12%
|
3
|
9,09%
|
0
|
0%
|
5.
|
Gagal
|
1
|
3,22%
|
0
|
0%
|
0
|
0%
|
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa kemampuan siswa secara bertahap
mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.Setelah mengikuti pembelajaran menyusun
paragraf yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada
siklus 1, dari 33orang siswa kelas VSD Negeri 2 Sukajayadiketahui sebanyak 18
orang siswa berhasil memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran. Sementara itu
selebihnya, yakni 13 orang siswa dinyatakan kurang mampu memenuhi ketiga
tuntutan tersebut, yang ditunjukkan dengan perolehan nilainya kurang mencapai
KKM. Dari 33 orang siswa tersebut, 8
orang siswa atau 25,80% masuk kriteria baik sekali,15 orang siswa atau 48,38%
masuk kriteria baik, 2 orang siswa atau 6,45% masuk kriteria cukup, 5 orang
siswa atau 16,12% masuk kriteria kurang, dan 1 orang siswa atau 3,22% masuk
kriteria gagal. Pada siklus 2, dari 33 orang siswa yang mengikuti kegiatan
pembelajaranmenyusun paragraf pada siklus 2, sebanyak 27 orang siswa dinyatakan
mampu memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran. Sementara itu, selebihnya yakni 6
orang siswa dinyatakan kurang mampu yang ditunjukkan dengan perolehan nilainya
kurang mencapai KKM. Dari 33 orang siswa, sebanyak 15 orang siswa atau 45,45%
masuk kriteria baik sekali, 14 orang siswa atau 42,42% masuk kriteria baik, 1
orang siswa atau 3,03% masuk kriteria cukup, dan 3 orang siswa atau 9,09%. Terlebih
lagi pada siklus 3, dari 33 orang siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran, secara
keseluruhan dinyatakan mampu memenuhi ketiga tuntutan. Pada siklus 3 ini, tidak diketahui lagi
adanya siswa yang memperoleh nilai kemampuan dalam memenuhi ketiga tuntutan
pembelajaran tersebut kurang mencapai KKM. Dari 33 orang siswa, sebanyak 29
orang siswa atau 87,87% masuk kriteria baik sekali, dan 4 orang siswa atau
12,12% masuk kriteria baik.
H.
Simpulan
dan Saran
Setelah melakukan serangkaian
kegiatan penelitian dan membahas hasilnya, barulah dapat diambil simpulan untuk
menjawab pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Adapun simpulan
dimaksud, sebagai berikut.
1. Langkah-langkah
pelaksanaan peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf melalui
penggunaan strategi pembelajaran heuristik, sebagai berikut.
1) Menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran menyusun paragraf yang disajikan dengan
menggunakan strategi pembelajaran heuristik untuk setiap siklus PTK. Dalam masing-masing
rencana tersebut, dirumuskan delapan komponen yang menunjang pelaksanaan proses
pembelajaran, yakni standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator hasil
belajar, tujuan pembelajaran, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
alat dan sumber pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Baik pada rencana
pelaksanaan pembelajaran siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3, terdapat
persamaan dan perbedaan dalam rumusan kedelapan komponen tersebut. Komponen
yang sama, meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator hasil
belajar, tujuan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Sementara itu,
komponen yang berbeda hanya terletak pada materi pokok pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan alat pembelajaran. Adanya persamaan dalam beberapa komponen
tersebut disebabkan oleh karena sudah ditentukan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Sunda SD. Berbeda dengan komponen
lainnya, dapat bervariasi, yang ditujukan untuk menghindari kebosanan, baik
dalam mempelajari materi pokok pembelajaran, menempuh kegiatan pembelajaran,
dan mendayagunakan alat pembelajaran.
2) Melaksanakan
pembelajaran menyusun paragraf yang disajikan dengan menggunakanstrategi
pembelajaran heuristik dalam tiga siklus PTK. Dalam setiap siklus PTK tersebut,
terdapat tiga kegiatan penting, yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir. Pada tahap kegiatan awal, guru dan siswa lebih dulu mengondisikan diri
masing-masing, agar memiliki kesiapan fisik dan mental. Selanjutnya guru
menjelaskan tujuan pembelajaran dan cara belajar untuk mencapainya. Mengakhiri
kegiatan awal, guru dan siswa saling memotivasi. Pada tahap kegiatan inti,
diawali dengan kegiatan guru menyajikan materi ajar. Langkah selanjutnya, yaitu
guru memberikan bahan penugasan dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan bahan penugasan. Mengakhiri kegiatan inti, guru dan siswa
membahas dan menyimpulkan hasil penugasan. Berbeda dengan kegiatan pada kegiatan
akhir, di mana guru dan siswa mengawalinya dengan menindaklanjuti pemahaman
materi yang telah dipelajari, melaksanakan uji kompetensi, dan menutup kegiatan
pembelajaran dengan tertib.
3) Mengevaluasi
kemampuan siswa dalam menyusun paragraf dengan menempuh prosedur penilaian yang
telah ditetapkaan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Prosedur yang
ditempuh adalah penilaian hasil pembelajaran. Teknik yang digunakan adalah
teknik non tes. Bentuk non tes yang dipilih, yakni pemberian tugas menulis
pesan singkat. Selain itu, dalam menentukan kemampuan siswa digunakan kriteria
yang telah ditetapkan, baik untuk setiap indicator kemampuan yang diujikan
maupun untuk menentukan ketuntasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
2. Kemampuan
siswa kelas VSD Negeri 2 Sukajayadalam menyusun paragraf, meningkat setelah digunakan
strategi pembelajaran heuristik. Kemampuan siswa secara bertahap mengalami peningkatan
ke arah yang lebih baik. Setelah mengikuti pembelajaran menyusun paragraf yang
disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus 1,
dari 33 orang siswa kelas VSD Negeri 2 Sukajayadiketahui sebanyak 18 orang
siswa berhasil memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran. Sementara itu selebihnya,
yakni 13 orang siswa dinyatakan kurang mampu memenuhi ketiga tuntutan tersebut,
yang ditunjukkan dengan perolehan nilainya kurang mencapai KKM. Dari 33 orang siswa tersebut, 8 orang siswa
atau 25,80% masuk kriteria baik sekali,15 orang siswa atau 48,38% masuk
kriteria baik, 2 orang siswa atau 6,45% masuk kriteria cukup, 5 orang siswa
atau 16,12% masuk kriteria kurang, dan 1 orang siswa atau 3,22% masuk kriteria
gagal. Pada siklus 2, dari 33 orang siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun
paragraf pada siklus 2, sebanyak 27 orang siswa dinyatakan mampu memenuhi
ketiga tuntutan pembelajaran. Sementara itu, selebihnya yakni 6 orang siswa
dinyatakan kurang mampu yang ditunjukkan dengan perolehan nilainya kurang
mencapai KKM. Dari 33 orang siswa, sebanyak 15 orang siswa atau 45,45% masuk
kriteria baik sekali, 14 orang siswa atau 42,42% masuk kriteria baik, 1 orang
siswa atau 3,03% masuk kriteria cukup, dan 3 orang siswa atau 9,09%. Terlebih
lagi pada siklus 3, dari 33 orang siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran,
secara keseluruhan dinyatakan mampu memenuhi ketiga tuntutan. Pada siklus 3 ini, tidak diketahui lagi
adanya siswa yang memperoleh nilai kemampuan dalam memenuhi ketiga tuntutan
pembelajaran tersebut kurang mencapai KKM. Dari 33 orang siswa, sebanyak 29
orang siswa atau 87,87% masuk kriteria baik sekali, dan 4 orang siswa atau
12,12% masuk kriteria baik.
Bertolak dari simpulan di atas,
penulis dapat mengajukan beberapa saran, yakni sebagai berikut.
1. Untuk
memperoleh hasil yang lebih baik, sebaiknya untuk ke depan langkah-langkah
peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf melalui penggunaan strategi
pembelajaran heuristik mengalami modifikasi, baik dalam cara penyajian, memberi
dan membimbing proses penyelesaian tugas, maupun teknik mengevaluasinya. Hal
ini penting, selain untuk menyesuaikan dengan konteks siswa juga proses
pembelajaran menyusun paragraf dapat berlangsung sesuai dengan harapan.
2. Agar
diperoleh peningkatan kemampuan ke arah yang lebih baik pada siswa, sebaiknya
guru dan siswa melaksanakan pembelajaran menyusun paragraf sesuai dengan rencana,
dan saling berupaya untuk mencapai target yang diharapkan.
I.
Sumber
Rujukan
Alwasillah,
Chaedar. 2003. Pokoknya Menulis dengan
Metode Kolaborasi. Bandung: Kiblat.
Akhadiah,
Sabarti Meidar. Pembinaan Keterampilan
Menulis. Jakarta: Sakura.
BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Jakarta: Depdiknas.
dePorter, Bobby. 2005. Quantum Learning. Bandung: Kiblat.
Hardjodipuro.
2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Rosda.
Hasnun, Anwar.
2009. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP dan
SMA. Yogyakarta: Andi Offset.
Kemmis dan Taggart. 1988. Action
Research Classroom. New York: Mc. Grand Hills.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Bandung: Rosda.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rusyana, Yus.
1997. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan
Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.
Syamsuddin, A.R.
dan Damaianti, Vismaia. 2009. Metode Penelitian Bahasa. Bandung: Rosda.
Suherli. 2001. Kajian Teoretis dan Praktis Penyusunan Karya
Ilmiah. Ciamis: Universitas Galuh Press.
Suriamiharja,
Agus. 1985. Petunjuk Praktis Menulis.
Bandung: Algensindo.
Tarigan, H.G.
1989. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Yudibrata, E. 1997. Membina Keterampilan Menulis yang Efektif.
Bandung : Sinar Baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar