Rabu, 13 November 2013

Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menyusun Paragraf pada Mata Pelajaran Bahasa Sunda Melalui Penggunaan Strategi Pembelajaran Heuristik



A.    Judul
Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menyusun Paragraf pada Mata Pelajaran Bahasa Sunda Melalui Penggunaan Strategi Pembelajaran Heuristik
B.     Penulis
Nama        : Drs. Nasim Hendra Sutiana
Jabatan    : Kepala SD Negeri 2 Sukajaya
No.Hp       : 081321421956
C.    Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak
Kata Kunci: Peningkatan, Kemampuan, Menyusun Paragraf, Strategi Pembelajaran Heuristik
Dalam mencapai tujuan pembelajaran menyusun paragraf pada mata pelajaran Bahasa Sunda, siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya menghadapi kendala, yang disebabkan oleh penggunaan strategi kurang tepat. Akibatnya, kemampuan yang diharapkan kurang dapat dicapai oleh seluruh siswa. Untuk mengatasi masalah ini digunakan strategi pembelajaran heuristik. Guna membuktikan efektivitas strategi tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswa di kelas ini dalam menyusun paragraf, maka dilakukan penelitian tindakan kelas. Setelah menempuh serangkaian kegiatan yang telah direncanakan, secara bertahap kemampuan menyusun paragraph pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukajaya, meningkat. Ini dapat terjadi berkat kesungguhan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Selain itu juga, adanya kemauan untuk berubah pada siswa, sebagai efek dari penggunaan strategi pembelajarn heuristik.
D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
        Dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menulis, tidak sedikit siswa yang kurang mampu. Padahal kemampuan ini sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir yang lebih bersifat realitistik. Kemampuan tersebut, sebenarnya dapat ditingkatkan dengan cara belajar yang lebih baik pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Masalah ini seperti yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya. Misalnya, dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menyusun paragraf banyak siswa yang kurang mampu.
        Kondisi seperti di atas dapat diketahui dari hasil unjuk kerja siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya dalam pembelajaran menulis paragraf. Dari 33 orang siswa di kelas ini, hanya ada 6 orang siswa (18,18%) yang dinyatakan cukup mampu memenuhi tuntutan pembelajaran. Sementara itu, selebihnya dari mereka, yakni 27 orang siswa (81,82%) dinyatakan kurang mampu.
Text Box: 1        Apa yang menjadi faktor penyebab timbulnya masalah ini, sangat mungkin disebabkan oleh kekurangmampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Hal ini merupakan tugas utama dari seorang guru, seperti dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 1), bahwa “Tugas utama seorang pengajar adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan itu dapat terselenggara dengan efektif, seorang pengajar harus mengetahui hakikat kegiatan belajar, mengajar, dan strategi pembelajaran”. Lebih lanjut Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 1) mengemukakan sebagai berikut.
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan di mana ia hidup. Dalam hal ini, proses merupakan rangkaian kegiatan yang berkelanjutan, terencana, gradual, bergilir, berkesinambungan, dan terpadu, yang secara keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap proses pembelajaran. Mengajar diartikan sebagai usaha menciptakan sistem lingkungan yang terdiri atas komponen pengajar, tujuan pembelajaran, peserta didik, materi pelajaran, metode pengajaran, media pengajaran, dan faktor administrasi serta biaya yang memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal.

         Menurut Sanusi (dalam Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 1) “Mengajar pun dapat diartikan sebagai proses membelajarkan peserta didik yang diasumsikan mempunyai beberapa fungsi, antara lain membantu menumbuhkan dan mentransformasikan nilai-nilai positif sambil memberdayakan serta mengembangkan potensi kepribadian peserta didik”. Lebih lanjut Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 2) mengemukakan bahwa,
Pemahaman terhadap mengajar ditentukan oleh persepsi pengajar terhadap belajar. Kalau belajar dianggap sebagai usaha untuk memperoleh pengetahuan, maka mengajar adalah memberi informasi. Kalau belajar adalah usaha untuk memperoleh keterampilan, maka mengajar adalah melatih keterampilan. Kalau belajar adalah kegiatan untuk mengolah informasi, maka mengajar adalah usaha untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran.

       Sangat mungkin, dampak dari kekurangpahaman guru tersebut terhadap proses pengelolaan pembelajaran menyusun paragraf, proses belajar sebagian besar siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajayamenjadi kurang bermakna, yang akhirnya mereka kurang berhasil mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini dapat pula dikemukakan sebagai kekurangtepatan pemahaman guru terhadap hakikat strategi pembelajaran. Menurut Mujiono (dalam Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 8), hakikat strategi pembelajaran diartikan sebagai berikut.
Kegiatan pengajar untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dan komponen pembentuk sistem instruksional, di mana untuk itu pengajar menggunakan siasat tertentu. Karena system instruksional merupakan suatu kegiatan, maka pemikiran dan pengupayaan pengonsistensian aspek-aspek komponennya tidak hanya sebelum dilaksanakan, tetapi juga pada saat dilaksanakan. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa suatu rancangan tidak selalu tepat pada saat dilakukan.    

        Dari penjelasan ahli di atas, diperoleh gambaran bahwa pemahaman guru terhadap tugasnya dan strategi pembelajaran, akan mewarnai konteks kegiatan belajar siswa dan hasilnya. Sebagai dampak dari hal ini kurang dipahami guru, bisa jadi telah membawa ke proses dan hasil belajar yang kurang diharapkan, seperti yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajayadalam pembelajaran menyusun pargaraf. Adanya dugaan ke arah itu, didasarkan pada informasi yang diperoleh dari guru, di mana:
1.    saat proses pembelajaran menyusun paragraf sedang berlangsung, guru mendapatkan kesulitan dalam membelajarkan siswa, yang disebabkan oleh kurang dimilikinya persiapan yang matang;
2.    antarsiswa tidak terjadi saling belajar, dan untuk itu guru tidak dapat berbuat banyak kecuali hanya memanfaatkan siswa waktu yang tersedia;
3.    sebagian besar siswa kurang mampu memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menyusun paragraf.
        Jelasnya, permasalahan itu timbul berkaitan dengan dua hal seperti telah dikemukakan ahli di atas, yakni karena pada tahap persiapan dan pelaksanaan tidak ditunjang oleh strategi yang tepat. Kondisi seperti ini, tidak baik untuk terus dibiarkan oleh guru yang bersangkutan. Sebagai salah satu upaya untuk mengusahakan terjadinya proses pembelajaran yang diharapkan, agar memberi dampak pada perubahan kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menyusun paragraf, maka akan digunakan strategi pembelajaran heuristik. Mengenai strategi pembelajaran tersebut, Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30) mengemukakan sebagai berikut “Strategi pembelajaran heuristik merupakan strategi untuk menyiasati agar aspek-aspek komponen pembentuk sistem instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik untuk mencarai dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan”. Lebih lanjut dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), yang dikutip berikut.
Dalam strategi heuristik, pengajar mengarahkan peserta didik pada data-data terpilih, selanjutnya peserta didik merumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila kesimpulan tepat, tercapailah tujuan strategi ini dan proses berakhir. Sebaliknya, bila kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru sampai peserta didik memperoleh kesimpulan yang tepat. Dalam strategi ini, pengajar hanya mengarahkan dan menuntun sampai peserta didik bisa menemukan sendiri.

 Besar harapan melalui proses belajar seperti yang dikehendaki strategi pembelajaran heuristik ini, akan memberi dampak bukan saja pada proses belajar siswa tetapi juga kemampuannya mengalami peningkatan dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menyusun paragraf. Untuk membuktikan hal ini, maka akan dilakukan serangkaian kegiatan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada upaya peningkatan kemampuan menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik. Untuk kemudian hasilnya akan mengisi laporan penelitian tindakan kelas penulis dengan judul “Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menyusun Paragraf pada Mata Pelajaran Bahasa Sunda Melalui Penggunaan Strategi Pembelajaran Heuristik”.

b.      Rumusan Masalah
Ada tiga pokok masalah yang harus ditindaklanjuti melalui penelitian ini. Ketiga pokok masalah tersebut dirumuskan dalam tiga pertanyaan berikut.
1.      Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik?
2.      Apakah kemampuan siswa meningkat dalam menyusun paragraf setelah mengikuti penggunaan strategi pembelajaran heuristik?
c.       Cara Pemecahan Masalah
        Untuk mengatasi masalah terkait dengan kinerja guru dan siswa dalam pembelajaran menyusun paragraf, digunakan strategi pembelajaran heuristik.
d.      Tujuan Penelitian   
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dapat ditentukan, yaitu:
1.      untuk memperbaiki kinerja guru dan siswa dalam PBM menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik;
2.      untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik;
3.      untuk mengetahui efektivitas penggunaan strategi pembelajaran heuristik yang digunakan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf.
e.       Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini. Manfaat dimaksud ada yang bersifat teoretis, ada pula yang bersifat praktis, seperti dijelaskan berikut ini.
1.      Manfaat secara teoretis yang akan diperoleh:
1)      penulis sebagai guru pelaksana tindakan, yakni menambah pengetahuan tentang tugas guru pelaksana tindakan dalam proses penelitian tindakan kelas, dan penggunaan strategi pembelajaran heuristik dalam meningkatkan kemampuan menyusun paragraf;
2)      guru yang mengampu mata pelajaran bahasa Sunda yang bertugas sebagai kolabolator, yakni menambah pengetahuan tentang tugas sebagai kolabolator dalam proses penelitian tindakan kelas, dan penggunaan strategi pembelajaran heuristik dalam meningkatkan kemampuan menyusun paragraf;
3)      siswa sebagai subjek yang mendapatkan perlakuan, yakni menambah pengetahuan akan peran sertanya dalam penelitian tindakan kelas, dan langkah-langkah menyusun paragraf berdasarkan strategi pembelajaran heuristik;
4)      semua pihak yang ada di sekolah tempat berlangsungnya penelitian tindakan kelas ini, yakni akan menambah pengetahuan tentang proses penelitian tindakan kelas yang sangat berguna untuk meningkatkan kualitas pengelolaan proses pembelajaran.
2.         Manfaat secara praktis yang akan diperoleh:
1)      penulis sebagai guru pelaksana tindakan, yakni mendapatkan pengalaman sangat berharga menjadi guru pelaksana tindakan dalam proses peneltian tindakan kelas yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan menyusun paragraf pada siswa melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik;
2)      guru yang mengampu mata pelajaran bahasa Sunda sebagai kolabolator, yakni mendapatkan pengalaman langsung menjadi kolabolator dalam proses penelitian tindakan kelas yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan menyusun paragraf pada siswa melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik;
3)      siswa sebagai subjek yang mendapatkan perlakuan, yakni mendapatkan pengalaman baru menjadi sasaran penting dari sebuah upaya strategis yang dilakukan penulis bersama guru lain yang mengampu mata pelajaran bahasa Sunda dalam rangka meningkatkan kemampuannya di setiap tuntutan menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik;
4)      semua pihak di sekolah tempat berlangsungnya penelitian tindakan kelas ini, yakni mendapatkan bahan refleksi untuk dijadikan bahan diskusi untuk menghasilkan inovasi pengelolaan dalam bidang pembelajaran yang berkualitas bagi siswa.

f.       Kerangka Pemikiran
        Masalah yang dihadapi oleh siswa yang menjadi subjek terkait dengan setiap tuntutan dalam menyusun paragraf, akan diupayakan jalan keluarnya dengan cara mengikuti setiap langkah belajar memenuhi tuntutan tersebut berdasarkan langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik. Tentunya, dalam rangka itu peran guru menjadi sangat penting. Atas dasar pertimbangan tersebut, guru harus memahami benar akan hal ini.
         Peran guru dalam suatu pembelajaran, yaitu membelajarkan siswa supaya terarah pada proses pencapaian tujuan yang diharapkan.
        Membelajarkan siswa supaya terarah pada proses pencapaian tujuan didasarkan pada langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik.   Mengenai tujuan penggunaan strategi ini dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30) sebagai berikut “Strategi pembelajaran heuristik merupakan strategi untuk menyiasati agar aspek-aspek komponen pembentuk sistem instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik untuk mencarai dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan”.
        Agar peran strategis di atas dapat dipenuhi dengan baik, guru perlu lebih dulu menyusun suatu perencanaan untuk dijadikan pedoman pada saat melaksanakan tugasnya itu.  Adapun sebagai tolok ukur dari langkah-langkah yang sebaiknya ditempuh oleh guru pada saat melaksanakan tugasnya membelajarkan siswa berdasarkan ketentuan strategis ini, seperti dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), yakni,
langkah awal pengajar dalam strategi pembelajaran heuristik, yakni mengarahkan peserta didik pada data-data terpilih. Selanjutnya pserta didik merumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila kesimpulan tepat, tercapailah tujuan strategi ini dan proses berakhir. Sebaliknya, bila kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru hingga peserta didik memperoleh kesimpulan yang tepat. Dalam strategi ini, pengajar hanya mengarahkan dan menuntun sampai peserta didik bisa menemukan sendiri.

        Dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa strategi pembelajaran heuristik adalah sebuah strategi yang menyiasati agar aspek-aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem instruksional mengarah kepada pengaktifan  siswa, mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang dibutuhkannya. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30),
ada beberapa teknik penyajian yang pararel dengan strategi pembelajaran heuristik, yakni inkuiri (inquiry), pemecahan masalah (problem solving), eksperimen, penemuan (discovery), teknik nondirektif, penyajian secara kasus, dan teknik penyajian kerja lapangan.

        Bertolak dari keseluruhan uraian di atas, diperoleh suatu kerangka pikir untuk dijadikan pedoman dalam proses pemecahan masalah penelitian ini, yakni mulailah menyusun rencana dengan melihat kondisi awal siswa, selanjutnya laksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, tindaklanjuti hasilnya agar diperoleh suatu kemajuan hingga mencapai target yang diinginkan. Manajemen tindakan seperti ini ada kemiripan dengan prosedur dari suatu tindakan yang diupayakan guru untuk memperbaiki kinerjanya, yang dikemukakan Dunkin dan Bidlle (dalam Suherli, 2001: 69) melalui ilustrasi gambar berikut.
BAGAN 1. KERANGKA PEMIKIRAN
Persiapan yang dilakukan guru
 


1)       Perubahan kemampuan siswa dalam menulis pesan singkat.
2)       Efektivitas strategi pembelajaran heuristik
 
Aktivitas Guru
Perilaku guru dan siswa  dalam pembelajaran menyusun paragraf dengan menggunakan strategi heuristik
Aktivitas Siswa

 
Variabel Input         Variabel  Proses                      Variabel Output






























 








g.      Hipotesis Tindakan
         Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu “Terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf setelah digunakan strategi pembelajaran heuristik”.
E.        Kajian Teori
a.       Menyusun Paragraf
Paragraf merupakan unsur penyusun sebuah wacana. Menurut Nababan (2009:120) “Paragraf terdiri atas untaian kalimat yang mengungkapkan satu ide pokok”. Sehubungan dengan unsur wacana ini, Hasnun (2006: 25) memberikan pengertian sebagai berikut.
Paragraf adalah kesatuan yang lebih tinggi dari kalimat. Paragraf hanya terdiri atas satu tema. Paragraf bukan satu kalimat, tetapi beberapa kalimat yang memiliki satu pokok pikiran. Pokok pikiran dalam paragraf didukung oleh adanya kesatuan arti yang bersumber dari beberapa kalimat.
            Jadi, paragraf bukan kumpulan dari beberapa kalimat yang tidak memiliki kesatuan arti. Lebih jelasnya, Hasnun (2006: 25) memberikan dua contoh paragraf berikut ini.
1. (1) Makin banyak remaja yang mengalami depresi. (2) Survei yang dilakukan New York Child Study Center (NYUSC) ini melaporkan 43% remaja pria telah mengalami depresi sedikitnya dalam dua minggu. (3) Begitulah kondisi di Amerika Serikat.
2. (1)  Dalam survei tersebut wawancara dilakukan terhadap sekitar 400 remaja pria. (2) “Studi sebelumnya menunjukkan hanya 19% remaja yang mengalami depresi serupa”, kata dr. Harald S. Kolewicz direktur lembaga tersebut.
            Menurut Hasnun (2006: 32) “Fungsi paragraf, antara lain: (1) menampung ide pokok; (2) melalui paragraf  membantu pembaca memahami tulisan; (3) paragraf membantu pembaca memahami isi tulisan; dan (4) setiap paragraf  memulai pikiran baru”.
           Paragraf terdiri atas unsur-unsur pembangunnya. Menurut Tarigan (dalam Hasnun, 2006: 32) “Susunan paragraf terdiri atas transisi, kalimat topik, kalimat paragraf, dan kalimat topik. Ada juga yang memiliki tiga unsur, yaitu transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, atau kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas. Ada dua unsur, yaitu kalimat topik dan kalimat pengembang”. Lebih lanjut dikemukakan ahli tersebut, sebagai berikut.
           Transisi dapat berupa kata, dapat pula berupa kalimat. Transisi yang berupa kata meliputi penanda hubungan: lagi, dan; penanda hubungan urutan waktu, seperti sekarang, sesudah, sebelum, sehari, kemudian, penanda perbandingan, seperti, missal, ibarat, bagaikan; penanda kontras: biarpun, tetapi, walaupun, sebaliknya; penanda kondisi; apabila, kalau, jikalau, seandainya; penanda urutan jarak; di sini, di sana, dekat, jauh. Transisi berupa kata tersebut dipergunakan dalam kalimat untuk menyusun sebuah paragraf.
            Transisi berupa kalimat menurut Tarigan (dalam Hasnun, 2006: 33) “Dikenal dengan kalimat penuntun. Fungsinya di samping sebagai transisi, juga sebagai pengantar topik utama yang akan dibicarakan, tetapi bukan sebagai pengganti kalimat topik, letaknya selalu mendahului kalimat topik”.
Contoh:
Ringkasnya unsur sastra meliputi dua hal, yaitu: (1) intrinsik; dan (2) ekstrinsik. Intrinsik meliputi alur, latar, tema, ekstrinsik mengenai sejarah sastra
          Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam menulis paragraf deskriptif, seperti dikemukakan Diana (2009:122), antara lain: “(1) kepaduan makna (koheren); dan (2) kepaduan bentuk (kohesif)”.
Lebih lanjut Diana (2009:122) mengemukakan sebagai berikut.
Sebuah pargaraf dinyatakan koheren apabila ada kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat lain yang membentuk paragraf. Makna kompak yang dimaksud adalah kalimatnya wajar, mudah dipahami, idenya tidak melompat-lompat sehingga membingungkan, dan hanya membicarakan satu topik.
           Menurut Diana (2009:123) “Kepaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-kata dalam sebuah paragraf. Sebuah paragraf mungkin saja memenuhi syarat koheren (secara makna sudah padu), tetapi belum tentu kohesif (didukung oleh kata-kata yang padu)”.   
b.      Strategi Pembelajaran Heuristik
         Peran guru dalam suatu pembelajaran, yaitu membelajarkan siswa supaya terarah pada proses pencapaian tujuan yang diharapkan. Tujuan dimaksud, yakni siswa: (1) mampu menuliskan pokok-pokok pesan yang akan ditulis; dan (2) mampu menyusun paragraf sesuai dengan konteks.
        Membelajarkan siswa supaya terarah pada proses pencapaian tujuan di atas, didasarkan pada langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik.   Mengenai tujuan penggunaan strategi ini dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30) sebagai berikut “Strategi pembelajaran heuristik merupakan strategi untuk menyiasati agar aspek-aspek komponen pembentuk sistem instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik untuk mencarai dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan”. Adapun tugas guru dalam rangka itu, seperti dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), yang dikutip berikut.
Dalam strategi heuristik, pengajar mengarahkan peserta didik pada data-data terpilih, selanjutnya peserta didik merumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila kesimpulan tepat, tercapailah tujuan strategi ini dan proses berakhir. Sebaliknya, bila kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru sampai peserta didik memperoleh kesimpulan yang tepat. Dalam strategi ini, pengajar hanya mengarahkan dan menuntun sampai peserta didik bisa menemukan sendiri.

   Sejalan dengan pendapat ahli di atas dikemukakan Sagala (2009: 71) bahwa “Melalui strategi pembelajaran heuristik bahan atau materi pelajaran diolah oleh siswa. Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan pelajaran. Guru sebagai fasilitator memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan”.Lebih lanjut dikemukakan Sagala (2009: 72), seperti dikutip berikut.
Strategi pembelajaran heuristik dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran termasuk pemecahan masalah. Dengan strategi pembelajaran heuristik diharapkan siswa bukan hanya paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, akan tetapi juga akan terbentuk sikap-sikap positif, seperti: kritis, kreatif, inovatif, mandiri, terbuka. Strategi Heuristik terbagai atas diskoveri dan inkuiri.

         Agar peran strategis di atas dapat dipenuhi dengan baik, guru perlu lebih dulu menyusun suatu perencanaan untuk dijadikan pedoman pada saat melaksanakan tugasnya itu. 
Adapun sebagai tolok ukur dari langkah-langkah yang sebaiknya ditempuh oleh guru pada saat melaksanakan tugasnya membelajarkan siswa berdasarkan ketentuan strategis pembelajaran heuristik, seperti dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), yakni,
1.    Tahap pemanasan-apersepsi selama lebih kurang 5 s.d. 10 menit, dengan langkah-langkah berikut: (1) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik; (2) motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna baginya; (3) peserta didik didorong agar tertraik untuk mengetahui hal-hal yang baru.
2.    Tahap eksplorasi selama lebih kurang 25 s.d. 30 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) materi/keterampilan baru diperkenalkan; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problemsolving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik.
3.    Tahap konsolidasi pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problem solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik.
4.    Tahap pembentukan sikap dan perilaku selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (2) peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari; dan (3) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku peserta didik.
5.    Tahap penilaian formatif selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (2) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan  (3) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

F.     Metodologi Penelitian
a.      Metode Penelitian
Dalam proses pemecahan masalah penelitian ini digunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki arti dan ciri khas atau karakteristik tersendiri. Sehubungan dengan pengertian metode ini, Kunandar (2008: 45) mengemukakan sebagai berikut.Penelitian tindakan kelas didefinisikan suatu penelitian tindakan (actionresearch) yang dilakukan oleh guru di kelasnya bersama-sama dengan orang lain (kolabolator) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatement) tertentu dalam suatu siklus.
b.      Desain Penelitian
Desain dalam penelitian tindakan kelas disebut juga pola yang diikuti peneliti sebagai langkah konkret merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan merefleksi tindakan setiap siklus yang telah berlangsung (Kunandar, 2008: 84).
c.       Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas dalam peningkatan kemampuan menyusun paragraf dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik di kelas V SD Negeri 2 Sukajaya, dilaksanakan secara kolaborasi antara penulis dan guru lain yang mengampu mata pelajaran bahasa Sunda di kelas lain. Prosedur yang akan ditempuh selama dalam tiga siklus yang sudah direncanakan itu didasarkan pada desain di atas, yang mana dalam setiap siklusnya akan menempuh empat tahapan, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun deskripsi setiap tahapan tersebut, sebagai berikut.





d.      Sumber Data
Sumber data penelitian ini, yaitu: (1) siswa kelas VSD Negeri 2 Sukajaya Tahun Pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 33 orang; (2) penulis sebagai guru pelaksana tindakan; dan (3) 2 orang guru yang bertugas sebagai pengamat.
e.       Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini, yaitu di kelas VSD Negeri 2 Sukajaya. Waktu pelaksanaan penelitian mengikuti jadwal mata pelajaran bahasa Sunda yang sudah ditentukan sekolah, yakni pada hari Senin. Atas izin kepala sekolah dan kesediaan semua pihak yang terlibat di dalamnya, maka dibuatlah jadwal sebagai berikut.
1.      Siklus 1 dilaksanakan hari Senin pada minggu pertama di bulan Februari 2009.
2.      Siklus 2 dilaksanakan hari Senin pada minggu kedua di bulan Februari 2009.
3.      Siklus 3 dilaksanakan hari Senin pada minggu ketiga di bulan Februari 2009.
f.       Teknik Penelitian
        Ada beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diharapkan. Dalam pemilihan teknik tersebut didasarkan pada data yang ingin dikumpulkan. Selain itu juga merujuk pada pendapat yang dikemukakan Kunandar (2008: 274) bahwa “Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas biasanya meliputi observasi, tes, wawancara, dan diskusi.”
g.      Teknik Analisis Data
Data yang telah berhasil dikumpulkan melalui beberapa teknik dan instrumen pengumpulan data, dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam KBM menyusun paragraf dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Lebih jelasnya mengenai data yang akan dianalisis tersebut dan cara menganalisisnya, yakni sebagai berikut.
1.    Data pelaksanaan tindakan peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik yang dilaksanakan dalam tiga siklus, dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teori dan teknik persentase. Hasil analisis data melalui teknik presentase ini dikategorikan dalam klasifikasi sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik.
2.    Data peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf setelah diupayakan melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik yang dilaksakan dalam tiga siklus, dianalisis secara deskritif dengan menggunakan teori menyusun paragraf dan teknik Patokan Acuan Penilaian (PAP). Hasil dari pengplahan teknik tersebut diklasifikasikan dalam kategori sangat mampu, mampu, cukup mampu, kurang mampu, dan tidak mampu.  
G.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian
a)      Deskripsi Langkah-langkah PTK Siklus 1
1.      Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus 1, dibuat berdasarkan hasil refleksi awal, yang hasilnya dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran secara tertulis. Selain itu juga dibuat beberapa instrument, seperti lembar observasi, lembar tes, lembar wawancara, dan lembar diskusi.
2.      Pelaksanaan
Kegiatan awal pembelajaran di mulai dengan mengondisikan lebih dulu kesiapan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Langkah selanjutnya guru membimbing siswa pada tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Mengakhiri kegiatan, guru dan siswa melaksanakan tes.
3.      Observasi
Melalui upaya ini diperoleh catatan sebagai berikut.
1)   Aktivitas guru dan siswa pada tahap kegiatan awal, tampak   ada kesan kaku, yang disebabkan oleh belum terbiasa memulai kegiatan pembelajaran seperti itu.
2)   Motivasi yang dilakukan guru, cukup menyentuh perasaan siswa, yang tampak dari semangat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf berdasarkan langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik.
3)   Sebagian besar waktu pada kegiatan inti, lebih banyak digunakan guru untuk menyajikan materi, dan sisanya digunakan untuk mengerjakan tugas, membahas hasil penugasan, dan uji kompetensi.
4)   Sebagian besar siswa kurang aktif dalam bertanya jawab, baik dengan guru maupun siswa.
5)   Tugas guru, baik sebagai mediator maupun fasilitator bagi siswa, dinilai masih kurang. Hal ini karena pembelajaran lebih mengutamakan tersampaikannya materi ajar kepada siswa. Hal ini telah berdampak kurang baik terhadap aktivitas belajar siswa.
6)   Dalam menghadapi situasi tersebut, tidak ada upaya yang dilakukan guru, sehingga sampai pada akhir kegiatan inti siswa tampak   masih menghadapi masalah dalam menyusun paragraf yang diinginkan.
      Guna melengkapi catatan hasil pengamatan di atas, berikut ini disertakan penilaian teman sejawat terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menyusun paragraf, yang tertuang pada lembar observasi PTK siklus 1. Hasil penilain tersebut, dapat dituangkan kembali pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 (terlampir). 
4.      Refleksi terhadap Proses dan Hasil Tindakan (Reflecting)
Untuk mengetahui keberhasilan PTK siklus 1 dalam pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik telah dilakukan refleksi terhadap kinerja guru dan siswa pada PTK siklus 1, yang dilakukan secara kolaborasi antara guru pelaksana tindakan dan pengamat.  Adapun hasilnya, sebagai berikut.
1)      Kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik, diketahui meningkat. Peningkatan kinerja guru tersebut ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi serta menindaklanjuti hasilnya. Berdasarkan hasil penilaian teman sejawat, diperoleh rata-rata nilai cukup mampu untuk masing-masing tahap dalam proses pembelajaran tersebut.
2)      Kinerja siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik, diketahui meningkat. Hal ini diketahui dari partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi masing-masing siswa yang sebelumnya banyak yang tidak partisipasi, tidak berminat, tidak perhatian, dan tidak bermotivasi setelah melalui penggunaan strategi menjadi meningkat pada kategori kedua dan ketiga. Dari 33 orang siswa, yang sebelumnya diketahui ada 18 orang yang tidak partisipasi, tidak berminat, tidak perhatian, dan tidak bermotivasi meningkat menjadi kurang partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan kurang bermotivasi. Sementara itu, 2 orang siswa lainnya yang sebelumnya diketahui kurang partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan kurang bermotivasi menjadi cukup partisipasi, cukup berminat, cukup perhatian, dan cukup bermotivasi. Perubahan tersebut didasarkan pada hasil penilaian pengamat, seperti tertuang pada tabel 4.2 (terlampir).
3)      Dari 33 orang siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya diketahui sebanyak 18 orang siswa berhasil memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran. Sementara itu selebihnya, yakni 13 orang siswa dinyatakan kurang mampu memenuhi ketiga tuntutan tersebut, yang ditunjukkan dengan perolehan nilainya kurang mencapai KKM.  Dari 33 orang siswa tersebut, 8 orang siswa atau 25,80% masuk kriteria baik sekali,15 orang siswa atau 48,38% masuk kriteria baik, 2 orang siswa atau 6,45% masuk kriteria cukup, 5 orang siswa atau 16,12% masuk kriteria kurang, dan 1 orang siswa atau 3,22% masuk kriteria gagal.
4)      Belum mencapainya target kinerja yang diharapkan, baik oleh guru maupun siswa lebih disebabkan karena masing-masing belum terbiasa dengan langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik. Oleh karena itu, masih banyak siswa yang dinilai kurang mampu memenuhi kedua tuntutan pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada PTK siklus 2, akan diupayakan hal-hal berikut.
(1)   Persiapan guru harus ditingkatkan, terutama dalam memahami langkah-langkah pengelolaan proses pembelajaran menyusun paragraf berdasarkan tuntutan strategi pembelajaran heuristik.
(2)   Guru harus mampu mempertahankan dan meningkatkan hal-hal yang sudah cukup baik dalam mengelola proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik.
(3)   Guru harus mampu meningkatkan partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik . Hal-hal yang dianjurkan untuk itu, di antaranya mengaktifkan siswa melalui tanya jawab, pemberian tugas secara kelompok, pemberian penghargaan dan sanksi kepada siswa yang layak untuk mendapatkannya.
5)      Kinerja siswa meski meningkat, tetapi belum mencapai harapan, baik dilihat dari partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi. Hal ini lebih disebabkan oleh karena siswa belum terbiasa dengan langkah-langkah belajar berdasarkan strategi pembelajaran heuristik . Oleh karena itu, kepada siswa disarankan agar pada PTK siklus 2 mulai membiasakan diri dengan langkah-langkah belajar bermakna. Adapun caranya untuk itu, yakni sebagai berikut.
(1)   Miliki persiapan fisik dan mental, agar dapat berkonsentrasi pada langkah-langkah belajar yang akan dijelaskan guru.
(2)   Bertanyalah kepada guru apabila ada di antara langkah-langkah belajar yang kurang dan atau belum dipahami dengan baik. Tidak usah ragu, dan apalagi merasa malu untuk itu.
(3)   Belajarlah secara sungguh-sungguh, yang ditunjukkan dengan cara berpartisipasi secara aktif, pusatkan perhatian pada apa yang sedang dipelajari, minat dan motivasi belajar terus tingkatkan dengan cara fokus pada tujuan yang ingin dicapai setelah mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik . Selain itu, berusahalah untuk mencapai penghargaan yang akan diberikan guru, dan takutlah dengan sanksi yang akan diberikannya apabila kurang baik dalam proses dan hasil belajar.
(4)   Saling belajarlah dengan baik, karena masing-masing memiliki kelebihan yang sangat diperlukan oleh yang lain. Berjiwa lapanglah dalam memberi dan menerima masukan yang ditujukan untuk kebaikan.
b)     Deskripsi Langkah-langkah PTK Siklus 2
         PTK siklus 2, dilaksanakan pada hari Senin di minggu, bulan Februari 2009.Sama halnya dengan tahapan PTK siklus 1, pada PTK siklus 2 pun menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan (observing); dan (4) refleksi terhadap proses dan hasil tindakan (reflecting). Dalam setiap langkah tersebut, semua terlibat, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Melalui upaya pengamatan yang dilakukan teman sejawat diperoleh catatan sebagai berikut.
1)      Aktivitas guru dan siswa pada tahap kegiatan awal, mulai terbiasa dengan langkah-langkah prapembelajaran menyusun paragraf berdasarkan tuntutan strategi pembelajaran heuristik. Guru dan siswa sudah tidak kaku lagi, sehingga pratindakan dapat berlangsung cukup baik dari sebelumnya (kegiatan awal pada PTK siklus 1).
2)      Guru cukup berhasil memotivasi siswa, dengan cara akan memberikan penghargaan (reward) bagi siapa saja di antara siswanya yang berhasil mencapai hasil belajar lebih baik, dan kepada siswa yang kurang berhasil akan diberikan sanksi berupa pemberian tugas individu yang akan ditentukan nanti setelah proses pembelajaran siklus 2 berlangsung. Melalui upaya tersebut, ada perubahan pada sikap siswa yang ditunjukkan oleh partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi belajarnya pada tahap pratindakan.
3)      Pada proses tindakan siklus 2, peran guru dan siswa sudah cukup mengenai sasaran. Guru tidak lagi menghabiskan waktu untuk menyajikan materi, melainkan lebih banyak membimbing dan mengarahkan siswa pada proses belajar yang sebenarnya dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menyusun paragraf. Demikian pun dengan proses belajar siswa, tampak   lebih baik dari sebelumnya, yang ditunjukkan oleh partisipasi masing-masing, perhatian terhadap penjelasan guru dan tugas, minat dan motivasi mengikuti proses pembelajaran. Tidak diketahui lagi adanya siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari yang sebelumnya segan untuk bertanya kepada guru, pada siklus 2 sudah mulai banyak siswa yang berani bertanya kepada guru, terutama  tentang cara-cara memenuhi tuntutan pembelajaran.
4)      Terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran, guru memberikan jalan keluar dengan cara memahamkan siswa pada tuntutan tersebut. Sebelum siswa tersebut dapat keluar dari kesulitannya, guru belum beranjak dari tempat duduk siswa yang bersangkutan. Tindakan ini, disambut dengan baik oleh siswa, dan karena itu pula yang bersangkutan dapat belajar lebih baik dalam suasana yang menyenangkan.
5)      Guru sudah mampu menebar pandangan kepada seluruh siswa, yang ditunjukkan oleh perhatiannya pada siapa saja yang menghadapi kesulitan dalam memenuhi tuntutan pembelajaran, maka segeralah ia membantu mencarikan jalan keluarnya hingga lepas dari kesulitan tersebut.
6)      Saat siswa sedang memenuhi tuntutan pembelajaran, guru berusaha memfasilitasi apa yang dibutuhkan siswa. Oleh karena itu, proses belajar siswa tampak   lebih menyenangkan daripada sebelumnya.
       Melengkapi catatan hasil pengamatan di atas, berikut ini disertakan penilaian para pengamat terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menyusun paragraf di siklus 2, seperti tertuang pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 (terlampir). 

Berdasarkan hasil refleksi siklus 2, diperoleh gambaran sebagai berikut.
1)      Kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik, diketahui lebih baik dari siklus sebelumnya. Peningkatan kinerja guru tersebut ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi serta menindaklanjuti hasilnya. Berdasarkan hasil penilaian teman sejawat, diperoleh rata-rata nilai cukup mampu untuk masing-masing tahap dalam proses pembelajaran tersebut.
2)      Kinerja siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik , diketahui lebih baik dari siklus sebelumnya. Hal ini diketahui dari partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi masing-masing siswa yang sebelumnya (pada siklus 1) banyak yang kurang partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan kurang bermotivasi setelah melalui penggunaan strategi menjadi meningkat pada kategori ketiga dan keempat. Dari 33 orang siswa, yang sebelumnya diketahui ada 18 orang yang kurang partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan kurang bermotivasi meningkat menjadi cukup partisipasi, cukup berminat, cukup perhatian, dan cukup bermotivasi. Sementara itu, 2 orang siswa lainnya yang sebelumnya diketahui cukup partisipasi, cukup berminat, cukup perhatian, dan cukup bermotivasi menjadi mampu berpartisipasi, minatnya lebih tinggi, mampu memperhatikan, dan lebih bermotivasi. Perubahan tersebut didasarkan pada hasil penilaian teman sejawat, seperti tertuang pada tabel 4.4 (terlampir).
3)      Dari 33 orang siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun paragraf pada siklus 2, sebanyak 27 orang siswa dinyatakan mampu memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran menyusun paragraf. Sementara itu, selebihnya yakni 6 orang siswa dinyatakan kurang mampu yang ditunjukkan dengan perolehan nilainya kurang mencapai KKM. Dari 33 orang siswa, sebanyak 15 orang siswa atau 45,45% masuk kriteria baik sekali, 14 orang siswa atau 42,42% masuk kriteria baik, 1 orang siswa atau 3,03% masuk kriteria cukup, dan 3 orang siswa atau 9,09%.
4)      Cukup tercapainya target kinerja yang diharapkan, baik oleh guru maupun siswa lebih disebabkan karena masing-masing sudah terbiasa dengan langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik. Untuk meningkatkan ke tarap yang lebih baik pada siklus 3, akan diupayakan hal-hal berikut.
(1)   Persiapan guru harus dimatangkan lagi dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menindaklanjuti hasilnya yang berorientasi pada pengelolaan proses pembelajaran menyusun pargaraf berdasarkan tuntutan strategi pembelajaran heuristik.
(2)   Guru harus mampu mempertahankan dan meningkatkan hal-hal yang sudah cukup baik dalam mengelola proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik.
(3)   Guru harus mampu meningkatkan partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik. Hal-hal yang dianjurkan untuk itu, di antaranya mengakitifkan siswa melalui tanya jawab, pemberian tugas secara kelompok, pemberian penghargaan dan sanksi kepada siswa yang layak untuk mendapatkannya.
5)   Kinerja siswa meski meningkat, tetapi belum mencapai harapan, baik dilihat dari partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi. Hal ini lebih disebabkan oleh karena siswa belum terbiasa dengan langkah-langkah belajar berdasarkan strategi pembelajaran heuristik . Oleh karena itu, kepada siswa disarankan agar pada PTK siklus 2 mulai membiasakan diri dengan langkah-langkah belajar bermakna. Adapun caranya untuk itu, yakni sebagai berikut.
(1)   Miliki persiapan fisik dan mental, agar dapat berkonsentrasi pada langkah-langkah belajar yang akan dijelaskan guru.
(2)   Bertanyalah kepada guru apabila ada di antara langkah-langkah belajar yang kurang dan atau belum dipahami dengan baik. Tidak usah ragu, dan apalagi merasa malu untuk itu.
(3)   Belajarlah secara sungguh-sungguh, yang ditunjukkan dengan cara berpartisipasi secara aktif, pusatkan perhatian pada apa yang sedang dipelajari, minat dan motivasi belajar terus tingkatkan dengan cara fokus pada tujuan yang ingin dicapai setelah mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik. Selain itu, berusahalah untuk mencapai penghargaan yang akan diberikan guru, dan takutlah dengan sanksi yang akan diberikannya apabila kurang baik dalam proses dan hasil belajar.
(4)   Saling belajarlah dengan baik, karena masing-masing memiliki kelebihan yang sangat diperlukan oleh yang lain. Berjiwa lapanglah dalam memberi dan menerima masukan yang ditujukan untuk kebaikan. 
c)   Deskripsi Langkah-langkah PTK Siklus 3
         Seminggu kemudian dari pelaksanaan PTK siklus 2, melaksanakan PTK siklus 3, tepatnya pada hari Senin di minggu ketiga, bulan Februari 2012.  Langkah yang ditempuh, sama dengan siklus-siklus sebelumnya, yakni: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan (observing); dan (4) refleksi terhadap proses dan hasil tindakan (reflecting). Dalam setiap langkah tersebut, semua terlibat, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Melalui upaya pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat iperoleh catatan sebagai berikut.
1)      Aktivitas guru dan siswa pada tahap pratindakan, tampak   sudah terbiasa dengan langkah-langkah kegiatan awal pembelajaran menyusun paragraf berdasarkan tuntutan strategi pembelajaran heuristik. Guru dan siswa merasa lebih baik dari kondisi pada pratindakan sebelumnya (kegiatan awal pada siklus 1 dan siklus 2).
2)      Guru lebih berhasil memotivasi siswa, yakni dengan cara akan memberikan penghargaan (reward) kepada siapa saja di antara siswanya yang berhasil mencapai hasil belajar yang lebih baik pada PTK siklus 3, dan kepada siswa yang kurang berhasil akan diberikan sanksi berupa pemberian tugas individu yang akan ditentukan nanti setelah proses pembelajaran siklus 3 berlangsung. Melalui upaya tersebut, ada perubahan pada sikap siswa yang ditunjukkan oleh partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi belajarnya pada tahap kegiatan awal.
3)      Pada kegiatan inti siklus 3, peran guru dan siswa sudah mengenai sasaran. Materi pembelajaran disajikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selain itu, dilihat dari cara penyajiannya lebih jelas. Hal ini sebagai dampak dari pemberian contoh yang lebih akurat. Demikian pun dengan proses belajar siswa, tampak lebih baik dari sebelumnya, yang ditunjukkan oleh partisipasi masing-masing, perhatian terhadap penjelasan guru dan tugas, minat dan motivasi mengikuti proses pembelajaran. Tidak diketahui lagi adanya siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari yang sebelumnya segan untuk bertanya kepada guru, pada siklus 3 seluruh tampak   memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru.
4)      Kepada siswa yang mengalami masih menemukan kesulitan dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran, guru memberikan jalan keluar dengan cara menjelaskan disertai pemberian contoh yang akurat untuk lebih memahamkannya. Hal ini dilakukan guru hingga siswa yang bersangkutan memperoleh jalan keluar dari kesulitannya itu. Oleh karena itu, yang bersangkutan dapat belajar lebih baik dan menyenangkan.
5)      Guru mampu memberikan perhatian lebih dari sebelumnya kepada siswa. Itu sebabnya, seluruh siswa dapat belajar secara bermakna.
6)      Pada saat siswa sedang memenuhi kedua tuntutan pembelajaran, guru berusaha memfasilitasi apa yang dibutuhkan siswa. Upaya ini cukup berhasil membuat seluruh siswa belajar lebih antusias.
       Untuk melengkapi catatan hasil pengamatan pada siklus 3, berikut ini disertakan penilaian para pengamat terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menyusun paragraf pada siklus 3, seperti tertuang pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 (terlampir). 
Selain itu, melalui upaya refleksi pun diperoleh gambaran, sebagai berikut.
1)      Kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik, diketahui lebih baik dari siklus 1 dan siklus 2. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi serta menindaklanjuti hasilnya. Hal ini dapat diketahui dari hasil penilaian kedua orang pengamat diperoleh rata-rata nilai mampu untuk masing-masing tahap kegiatan dalam proses pembelajaran tersebut.
2)      Kinerja siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik, diketahui lebih baik dari siklus 1 dan siklus 2. Hal ini diketahui dari partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi masing-masing siswa tampak   lebih baik. Perubahan tersebut didasarkan pada hasil penilaian pengamat, seperti tertuang pada tabel 4.6.
3)      Dari dari 33 orang siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran, secara keseluruhan dinyatakan mampu memenuhi ketiga tuntutan.  Pada siklus 3 ini, tidak diketahui lagi adanya siswa yang memperoleh nilai kemampuan dalam memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran tersebut kurang mencapai KKM. Dari 33 orang siswa, sebanyak 29 orang siswa atau 87,87% masuk kriteria baik sekali, dan 4 orang siswa atau 12,12% masuk kriteria baik.
4)      Dapat tercapainya target kinerja yang diharapkan, baik oleh guru maupun siswa lebih disebabkan oleh karena masing-masing sudah terbiasa dengan langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik. Atas dasar pertimbangan itu, maka siklus PTK berhenti hingga siklus 3.
b.      Pembahasan
Peningkatan kemampuan siswa tidak akan terlepas dari keberhasilan dari tiap-tiap siklus dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan merefleksi kegiatan. Hasil peningkatan kemampuan siswa dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 terlihat dalam tabel rekapitulasi berikut.
Tabel 4.16Rekapitulasi Hasil Perubahan Kemampuan SiswaDalam Menyusun Paragraf
No.
Skor Siklus 1
Skor Siklus 2
Skor sikus 3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
10
25
35
10
25
35
15
25
50
2
10
10
15
15
25
35
15
25
35
3
10
25
35
15
25
35
15
25
35
4
15
25
35
10
30
50
15
25
50
5
15
10
15
15
25
35
15
30
50
6
15
25
35
15
25
35
15
30
50
7
10
10
50
15
25
35
15
25
50
8
15
25
35
15
30
50
20
25
50
9
15
30
50
15
30
50
15
30
50
10
15
25
35
15
30
50
20
25
50
11
-
-
-
15
25
35
15
30
35
12
20
25
15
20
25
35
20
25
50
13
15
25
35
15
25
50
15
30
35
14
15
25
15
15
25
15
15
25
35
15
15
10
50
15
25
35
15
30
35
16
15
10
35
15
10
35
15
25
50
17
15
25
15
15
25
35
20
25
35
18
15
25
50
15
25
50
15
30
50
19
15
25
35
15
25
35
15
30
35
20
15
25
35
15
25
50
15
30
50
21
-
-
-
10
10
35
20
25
35
22
15
25
15
15
25
15
15
25
35
23
10
25
50
15
25
50
10
25
50
24
15
25
50
10
25
50
15
25
50
25
10
25
50
15
25
50
15
25
50
26
10
25
35
10
25
35
20
25
35
27
10
25
35
10
25
50
20
25
50
28
15
25
35
10
30
35
15
30
35
29
15
25
35
15
25
35
15
25
50
30
15
30
50
15
30
50
15
30
50
31
10
25
50
10
25
50
15
25
50
32
15
30
50
15
30
50
15
30
50
33
15
25
15
15
25
35
15
30
35
Rata-rata
13,70
23,06
35,32
14
25,15
39,69
16,21
27
44,09
68,5%
76,86%
70,64%
70%
83,83%
79,38%
81,05%
90%
88,18%
72%
77,73%
86,41%

         Adapun kriteria yang dijadikan tolok ukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran menyusun paragraf yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik, seperti tertuang pada tabel berikut.
Tabel 4.17Kriteria Keberhasilan Pembelajaran
No.
Nilai
Kuantitas
Kualitas
1.
80-100
Baik Sekali
2.
66-79
Baik
3.
56-65
Cukup
4.
40-55
Kurang
5.
30-39
Gagal

Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan hasil perubahan kemampuan siswa setelah mengikuti perbaikan pembelajaran menyusun paragraf yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik, tampak   seperti pada tabel berikut.
Tabel 4.18
Perbandingan Peningkatan Kemampuan Siswa                                                        dalam Menyusun Paragraf dalam Setiap Siklus Pembelajaran
No.
Kriteria
Siklus I
Siklus II
Siklus III
𝛴
%
𝛴
%
𝛴
%
1.
Baik Sekali
8
25,80%
15
45,45%
29
87,87%
2.
Baik
15
48,38%
14
42,42%
4
12,12%
3.
Cukup
2
6,45%
1
3,03%
0
0%
4.
Kurang
5
16,12%
3
9,09%
0
0%
5.
Gagal
1
3,22%
0
0%
0
0%

        Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa kemampuan siswa secara bertahap mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.Setelah mengikuti pembelajaran menyusun paragraf yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus 1, dari 33orang siswa kelas VSD Negeri 2 Sukajayadiketahui sebanyak 18 orang siswa berhasil memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran. Sementara itu selebihnya, yakni 13 orang siswa dinyatakan kurang mampu memenuhi ketiga tuntutan tersebut, yang ditunjukkan dengan perolehan nilainya kurang mencapai KKM.  Dari 33 orang siswa tersebut, 8 orang siswa atau 25,80% masuk kriteria baik sekali,15 orang siswa atau 48,38% masuk kriteria baik, 2 orang siswa atau 6,45% masuk kriteria cukup, 5 orang siswa atau 16,12% masuk kriteria kurang, dan 1 orang siswa atau 3,22% masuk kriteria gagal. Pada siklus 2, dari 33 orang siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaranmenyusun paragraf pada siklus 2, sebanyak 27 orang siswa dinyatakan mampu memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran. Sementara itu, selebihnya yakni 6 orang siswa dinyatakan kurang mampu yang ditunjukkan dengan perolehan nilainya kurang mencapai KKM. Dari 33 orang siswa, sebanyak 15 orang siswa atau 45,45% masuk kriteria baik sekali, 14 orang siswa atau 42,42% masuk kriteria baik, 1 orang siswa atau 3,03% masuk kriteria cukup, dan 3 orang siswa atau 9,09%. Terlebih lagi pada siklus 3, dari 33 orang siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran, secara keseluruhan dinyatakan mampu memenuhi ketiga tuntutan.  Pada siklus 3 ini, tidak diketahui lagi adanya siswa yang memperoleh nilai kemampuan dalam memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran tersebut kurang mencapai KKM. Dari 33 orang siswa, sebanyak 29 orang siswa atau 87,87% masuk kriteria baik sekali, dan 4 orang siswa atau 12,12% masuk kriteria baik.
H.    Simpulan dan Saran
Setelah melakukan serangkaian kegiatan penelitian dan membahas hasilnya, barulah dapat diambil simpulan untuk menjawab pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Adapun simpulan dimaksud, sebagai berikut.
1.      Langkah-langkah pelaksanaan peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik, sebagai berikut.
1)      Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran menyusun paragraf yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik  untuk setiap siklus PTK. Dalam masing-masing rencana tersebut, dirumuskan delapan komponen yang menunjang pelaksanaan proses pembelajaran, yakni standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator hasil belajar, tujuan pembelajaran, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Baik pada rencana pelaksanaan pembelajaran siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3, terdapat persamaan dan perbedaan dalam rumusan kedelapan komponen tersebut. Komponen yang sama, meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator hasil belajar, tujuan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Sementara itu, komponen yang berbeda hanya terletak pada materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan alat pembelajaran. Adanya persamaan dalam beberapa komponen tersebut disebabkan oleh karena sudah ditentukan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Sunda SD. Berbeda dengan komponen lainnya, dapat bervariasi, yang ditujukan untuk menghindari kebosanan, baik dalam mempelajari materi pokok pembelajaran, menempuh kegiatan pembelajaran, dan mendayagunakan alat pembelajaran.
2)      Melaksanakan pembelajaran menyusun paragraf yang disajikan dengan menggunakanstrategi pembelajaran heuristik dalam tiga siklus PTK. Dalam setiap siklus PTK tersebut, terdapat tiga kegiatan penting, yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada tahap kegiatan awal, guru dan siswa lebih dulu mengondisikan diri masing-masing, agar memiliki kesiapan fisik dan mental. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan cara belajar untuk mencapainya. Mengakhiri kegiatan awal, guru dan siswa saling memotivasi. Pada tahap kegiatan inti, diawali dengan kegiatan guru menyajikan materi ajar. Langkah selanjutnya, yaitu guru memberikan bahan penugasan dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan bahan penugasan. Mengakhiri kegiatan inti, guru dan siswa membahas dan menyimpulkan hasil penugasan. Berbeda dengan kegiatan pada kegiatan akhir, di mana guru dan siswa mengawalinya dengan menindaklanjuti pemahaman materi yang telah dipelajari, melaksanakan uji kompetensi, dan menutup kegiatan pembelajaran dengan tertib.
3)      Mengevaluasi kemampuan siswa dalam menyusun paragraf dengan menempuh prosedur penilaian yang telah ditetapkaan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah penilaian hasil pembelajaran. Teknik yang digunakan adalah teknik non tes. Bentuk non tes yang dipilih, yakni pemberian tugas menulis pesan singkat. Selain itu, dalam menentukan kemampuan siswa digunakan kriteria yang telah ditetapkan, baik untuk setiap indicator kemampuan yang diujikan maupun untuk menentukan ketuntasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
2.      Kemampuan siswa kelas VSD Negeri 2 Sukajayadalam menyusun paragraf, meningkat setelah digunakan strategi pembelajaran heuristik. Kemampuan siswa secara bertahap mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Setelah mengikuti pembelajaran menyusun paragraf yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus 1, dari 33 orang siswa kelas VSD Negeri 2 Sukajayadiketahui sebanyak 18 orang siswa berhasil memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran. Sementara itu selebihnya, yakni 13 orang siswa dinyatakan kurang mampu memenuhi ketiga tuntutan tersebut, yang ditunjukkan dengan perolehan nilainya kurang mencapai KKM.  Dari 33 orang siswa tersebut, 8 orang siswa atau 25,80% masuk kriteria baik sekali,15 orang siswa atau 48,38% masuk kriteria baik, 2 orang siswa atau 6,45% masuk kriteria cukup, 5 orang siswa atau 16,12% masuk kriteria kurang, dan 1 orang siswa atau 3,22% masuk kriteria gagal. Pada siklus 2, dari 33 orang siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun paragraf pada siklus 2, sebanyak 27 orang siswa dinyatakan mampu memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran. Sementara itu, selebihnya yakni 6 orang siswa dinyatakan kurang mampu yang ditunjukkan dengan perolehan nilainya kurang mencapai KKM. Dari 33 orang siswa, sebanyak 15 orang siswa atau 45,45% masuk kriteria baik sekali, 14 orang siswa atau 42,42% masuk kriteria baik, 1 orang siswa atau 3,03% masuk kriteria cukup, dan 3 orang siswa atau 9,09%. Terlebih lagi pada siklus 3, dari 33 orang siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran, secara keseluruhan dinyatakan mampu memenuhi ketiga tuntutan.  Pada siklus 3 ini, tidak diketahui lagi adanya siswa yang memperoleh nilai kemampuan dalam memenuhi ketiga tuntutan pembelajaran tersebut kurang mencapai KKM. Dari 33 orang siswa, sebanyak 29 orang siswa atau 87,87% masuk kriteria baik sekali, dan 4 orang siswa atau 12,12% masuk kriteria baik.   
Bertolak dari simpulan di atas, penulis dapat mengajukan beberapa saran, yakni sebagai berikut.
1.      Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, sebaiknya untuk ke depan langkah-langkah peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik mengalami modifikasi, baik dalam cara penyajian, memberi dan membimbing proses penyelesaian tugas, maupun teknik mengevaluasinya. Hal ini penting, selain untuk menyesuaikan dengan konteks siswa juga proses pembelajaran menyusun paragraf dapat berlangsung sesuai dengan harapan.  
2.      Agar diperoleh peningkatan kemampuan ke arah yang lebih baik pada siswa, sebaiknya guru dan siswa melaksanakan pembelajaran menyusun paragraf sesuai dengan rencana, dan saling berupaya untuk mencapai target yang diharapkan.
I.       Sumber Rujukan
Alwasillah, Chaedar. 2003. Pokoknya Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: Kiblat.
Akhadiah, Sabarti Meidar. Pembinaan Keterampilan Menulis. Jakarta: Sakura.
BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Jakarta: Depdiknas.
dePorter, Bobby. 2005. Quantum Learning. Bandung: Kiblat.
Hardjodipuro. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda.
Hasnun, Anwar. 2009. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP dan SMA. Yogyakarta: Andi Offset.
Kemmis dan Taggart. 1988. Action Research Classroom. New York: Mc. Grand Hills.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: Rosda.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rusyana, Yus. 1997. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.
Syamsuddin, A.R. dan Damaianti, Vismaia. 2009. Metode Penelitian Bahasa. Bandung: Rosda.
Suherli. 2001. Kajian Teoretis dan Praktis Penyusunan Karya Ilmiah. Ciamis: Universitas Galuh Press.
Suriamiharja, Agus. 1985. Petunjuk Praktis Menulis. Bandung: Algensindo.
Tarigan, H.G. 1989. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Yudibrata, E. 1997. Membina Keterampilan Menulis yang Efektif. Bandung : Sinar Baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar