Rabu, 13 November 2013

Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Surat Pribadi pada Mata Pelajaran Bahasa Sunda Melalui Penggunaan Strategi Pembelajaran IREX



A.    Judul
Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Surat Pribadi pada Mata Pelajaran Bahasa Sunda Melalui  Penggunaan Strategi Pembelajaran IREX
B.     Penulis
Nama            : Drs. Nasim Hendra Sutiana
Jabatan        : Kepala SD Negeri 2 Sukajaya
No. Hp          : 081321421956
C.    Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak
Kata Kunci: Peningkatan, Kemampuan, Menulis Surat Pribadi, Strategi Pembelajaran IREX
Dalam mencapai tujuan pembelajaran menulis surat pribadi pada mata pelajaran Bahasa Sunda, siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya menghadapi kendala, yang disebabkan oleh penggunaan strategi pembelajaran yang kurang tepat. Akibatnya, kemampuan siswa dalam memenuhi tuntutan, dinilai kurang. Untuk mengatasi masalah ini digunakan strategi pembelajaran IREX. Guna membuktikan efektivitas strategi tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis surat pribadi, maka dilakukan penelitian tindakan kelas. Setelah menempuh serangkaian kegiatan yang telah direncanakan, secara bertahap kemampuan siswa meningkat. Ini dapat terjadi berkat kesungguhan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Selain itu juga, adanya kemauan untuk berubah pada siswa, sebagai efek dari penggunaan strategi pembelajaran IREX.
D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Keberhasilan siswa mempelajari mata pelajaran bahasa Sunda dapat dilihat dari tingkat penguasaannya terhadap keseluruhan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum. Apabila masih terdapat salah satu kompetensi dasar yang kurang dikuasai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, hal ini berarti siswa tersebut dinilai kurang berhasil. Pernyataan seperti ini ditegaskan pula oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 1) bahwa,
Tujuan pembelajaran mata pelajaran bahasa Sunda di setiap sekolah, yaitu untuk membekali siswa dengan kemampuan menggunakan bahasa Sunda yang baik dan benar melalui empat keterampilan berbahasa. Siswa dikatakan berhasil apabila setelah mengikuti proses pembelajaran dapat menguasai setiap kompetensi yang dipelajari.

Ketentuan di atas hendaknya dijadikan acuan, termasuk juga oleh guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Sunda di kelas V SD Negeri 2 Sukajaya. Jadi, apabila masih terdapat siswa binaannya yang dinyatakan kurang berhasil menguasai suatu kompetensi dasar setelah mengikuti proses pembelajaran, hal ini berarti proses pembelajaran tersebut dinilai kurang berhasil, seperti yang terjadi dalam pembelajaran menulis surat pribadi. Berdasarkan hasil refleksi terhadap konteks surat pribadi yang ditulis siswa diperoleh gambaran kemampuan masing-masing masih jauh dari yang diharapkan.Untuk lebih jelasnya, hasil refleksi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1.      Siswa yang terkategori cukup mampu memenuhi tuntutan pembelajaran menulis surat pribadi, ada 8 orang atau mencapai 36 %. Surat pribadi yang ditulisnya akan sempurna apabila ditulis sesuai dengan ketentuan. Selain itu, hal-hal yang belum jelas sebagai dampak pilihan kata dan konteks kalimat yang kurang tepat, harus diperbaiki. Hal ini belum dilakukan oleh mereka pada saat menyunting surat yang ditulisnya. Oleh karena itu, kemampuan mereka dinilai dengan skor 75. Nilai tersebut berada di antara rentang 71 sampai 80, yang berarti cukup mampu.
2.      Siswa yang terkategori kurang mampu memenuhi tuntutan pembelajaran menulis surat pribadi adalah selebihnya dari mereka, yakni 14 orang atau mencapai 64 %. Rata-rata pada surat pribadi yang ditulis masing-masing dinilai kurang, baik dilihat dari segi segi kebahasaan maupun struktur tulisan. Oleh karena itu, kemampuan mereka dinilai dengan skor 67. Nilai tersebut berada di antara rentang 61 sampai 70, yang berarti kurang mampu.          
Kekurangberhasilan sebagian besar siswa dalam menguasai kompetensi dasar tersebut, sangat erat kaitannya dengan pengelolaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran itu tidak terjadi begitu saja, melainkan adanya sinergitas berbagai komponen yang menunjang, termasuk di dalamnya adalah komponen strategi. Strategi yang kurang tepat bukan hanya berakibat pada proses belajar siswa menjadi kurang bermakna tetapi juga hasil belajarnya kurang mencapai target pembelajaran. Ada kecenderungan yang kuat karena faktor ini kurang dipenuhi akibatnya guru dan siswa mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran menulis surat pribadi.
Sehubungan dengan komponen ini Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 9) mengemukakan sebagai berikut.
Strategi pembelajaran, yaitu pola keterampilan pembelajaran yang dipilih pengajar untuk melaksanakan program pembelajaran keterampilan tertentu. Program tersebut dirancang dapat menciptakan situasi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan aktivitas mental dan intelektual secara optimal untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Sepandangan dengan ahli di atas, dikemukakan Mujiono (dalam Iskandarwassid dan Sunendar, (2008: 9) bahwa
Strategi pembelajaran diartikan sebagai kegiatan pengajar untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dan komponen pembentuk sistem instruksional, di mana untuk itu pengajar menggunakan siasat tertentu.

Lebih lanjut ahli tersebut mengemukakan sebagai berikut. Karena sistem instruksional merupakan suatu kegiatan, maka pemikiran dan pengupayaan pengonsistensian aspek-aspek komponennya tidak hanya sebelum dilaksanakan, tetapi juga pada saat dilaksanakan. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa suatu rancangan tidak selalu tepat pada saat dilakukan. Dengan demikian, strategi pembelajaran memiliki dua dimensi sekaligus, yakni strategi pembelajaran pada dimensi perancangan dan strategi pembelajaran pada dimensi pelaksanaan (Mujiono dalam Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 9). 
Dari pengertian strategi yang diberikan oleh para ahli tersebut diperoleh gambaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu pembelajaran sangat diperlukan strategi pembelajaran yang memungkinkan seluruh siswa beroleh kemudahan dalam mempelajari suatu kompetensi yang diinginkan. Pemilihan strategi ini menjadi tugas guru, baik pada saat merancang pembelajaran maupun pada saat melaksanakan pembelajaran. Apabila tuntutan ini kurang dapat dipenuhi oleh guru, tipis kemungkinannya siswa akan belajar secara bermakna, dan apalagi dapat mencapai tujuan yang diharapkan, seperti yang terjadi dalam pembelajaran menulis surat pribadi. Karena kurang memperhatikan tuntutan ini, akhirnya proses dan hasil belajar sebagian besar siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya kurang mencapai target yang diinginkan. Kekurangbermaknaan siswa saat menempuh proses pembelajaran menulis surat pribadi, dapat direfleksi oleh guru, seperti diuraikan berikut.
1.      Saat proses pembelajaran menulis surat pribadi sedang berlangsung, aktivitas belajar siswa lebih didominsasi siswa yang sudah terbiasa aktif di kelas.
2.      Aktivitas guru saat itu lebih terfokus pada tersampaikannya materi ajar kepada siswa sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
3.      Antarsiswa tidak terjadi saling belajar, yang disebabkan oleh kurang adanya pengondisian ke arah itu.
Itu sebabnya kemampuan sebagian besar siswa dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menulis surat pribadi, kurang mencapai sasaran. Untuk itu, guru dan siswa perlu melakukan perbaikan pembelajaran menulis surat pribadi yang bersandar pada strategi yang memungkinkan terjadinya proses instruksional yang bermakna bagi siswa guna mencapai tujuan secara optimal. Salah satu strategi pembelajaran yang dipandang memungkinkan terjadinya hal itu dan ini perlu dibuktikan, adalah strategi pembelajaran memadukan tiga unsur penting dalam kegiatan menulis, yakni ide (inspsiration), tatacara (research), dan pengalaman (experience). Strategi ini untuk kemudian disebut juga strategi IREX. Menurut Alwasilah dan Suzanna (2007: 150) “Strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman) merupakan suatu perpaduan yang akan menuntun pembelajar dalam menulis yang diinginkan. Ketiga komponen tersebut saling terkait dalam proses kreatif”. Sehubungan dengan fungsi komponen masing-masing dalam menulis, dijelaskan kedua ahli tersebut sebagai berikut.
Inspirasi atau ide, tidak datang dengan sendirinya pada diri seseorang. Hal ini dapat diperoleh melalui berbagai cara, termasuk melalui diskusi dengan teman. Fungsi komponen ini yaitu sebagai existing theories yang merupakan temuan atau hasil penelitian terdahulu. Sementara tata cara (riset) berfungsi untuk memperkuat argumen suatu tulisan benar berdasarkan ketentuannya. Kedua komponen ini akan lebih baik dalam menghasilkan sebuah tulisan apabila disertai pengalaman yang berfungsi mengukuhkan ide yang ingin disampaikan.     

Sepintas lalu dari uraian tentang ketiga komponen penting dalam menulis di atas, diperoleh suatu gambaran untuk lebih menguatkan strategi ini akan membawa dampak positif, baik pada proses maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis surat pribadi. Dasar pertimbangan lain perlunya siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya menempuh ketiga tahapan komponen tersebut, antara lain:
1.      dalam menulis surat pribadi, sangat diperlukan ide yang sesuai dengan tema tulisan, termasuk juga oleh siswa kelas V SD Negeri 3 Pajaten;
2.      untuk menghasilkan sebuah surat pribadi yang diinginkan, siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya  perlu memahami benar tata caranya;
3.      pengalaman siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya dalam menulis surat pribadi sangat penting, tentunya untuk memperoleh hasil tulisan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Besar harapan melalui penggunaan strategi IREX(Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman)ini akan meningkatkan kemampuan seluruh siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya  dalam menulis surat pribadi yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Atas dasar pertimbangan itulah yang telah mendorong kepada semua pihak (guru, siswa, dan penulis) untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada pengembangan kompetensi siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya dalam menulis surat pribadi berdasarkan strategi IREX (Inspriration = Ide, Research = Tatacara, and Experience=  Pengalaman).    
b.      Rumusan Masalah
Bertolak dariuraian latar belakang masalah di atas,  apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.      Bagaimana langkah-langkah penggunaan strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman) untuk meningkatkan kemampuan menulis surat pribadi pada mata pelajaran bahasa Sunda di kelas V SD Negeri 2Sukajaya?
2.      Apakah penggunaan strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman) dapat meningkatkan kemampuansiswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya dalam menulis surat pribadi pada mata pelajaran bahasa Sunda?

c.       Tujuan Penelitian
Selain ditujukan untuk menindaklanjuti persoalan yang ada kaitannya dengan kondisi awal yang dihadapi guru dan siswa, juga terdapat tujuan lain dalam melakukan penelitian ini, yakni sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui dan mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman) untuk meningkatkan kemampuan menulis surat pribadi pada mata pelajaran bahasa Sunda di kelas V SD Negeri 2 Sukajaya.
2.      Untuk mengetahui penggunaan strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman) dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya dalam menulis surat pribadi.
d.      Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat kepada semua pihak, seperti dijelaskan berikut.
1.      Secara Teoretik
1)      Bagi penulis dapat mengetahui langkah-langkah dan efektivitas penggunaan strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman) untuk meningkatkan kemampuan menulis surat pribadi pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya.
2)      Bagi guru yang bertugas sebagai kolabolator, akan menambah satu kekayaan lagi dalam mengelola proses pembelajaran menulis surat pribadi berdasarkan langkah-langkah strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman).
3)      Bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya akan menambah strategi belajar yang sebelumnya tidak dimiliki, khususnya guna memenuhi tuntutan menulis teks berita.
4)      Bagi guru dan siswa di kelas lain di sekolah tersebut akan memperoleh hal yang sama, yakni pengetahun baru tentang proses belajar menulis surat pribadi berdasarkan langkah-langkah strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman).    
2.      Secara praktis
1)      Bagi penulis dapat memberikan pengalaman langsung dalam mengelola proses pembelajaran menulis surat pribadi berdasarkan langkah-langkah strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman).
2)      Bagi guru yang menjadi kolabolator akan memperoleh pengalaman langsung dalam mengelola proses pembelajaran menulis surat pribadi berdasarkan langkah-langkah strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman).
3)      Bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya dapat mengalami langsung cara belajar menulis surat pribadi berdasarkan langkah-langkah strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman). Lebih dari itu, kemampuan siswa pun dalam menulis surat pribadi dapat berkembang dengan baik.
4)      Bagi guru dan siswa lain di sekolah ini akan beroleh tolok ukur dalam melakukan pembelajaran menulis surat pribadi berdasarkan langkah-langkah strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman).

E.     Kajian Teori
a.      Menulis Surat Pribadi
a)      Pengertian Surat Pribadi
Surat pribadi adalah bentuk komunikasi tulis (surat-menyurat) yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai pribadi, bukan sebagai wakil atau utusan yang berkaitan dengan kelembagaan, kedinasan, atau resmi. Contohnya surat undangan ulang tahun/pernikahan, surat izin tidak masuk sekolah/kerja, atau surat yang dikirim seseorang kepada orang tua/sahabat.
b)     Sistematika Penulisan dan Bahasa Surat Pribadi
Sistematika penulisan dan bahasa yang digunakan dalam surat pribadi lebih fleksibel (tidak terlalu terikat oleh aturan baku). Namun secara umum, bagian-bagian surat pribadi meliputi sebagai berikut.
                               1.      Tanggal surat, perlu dicantumkan nama kota tempat penulisan surat.Contoh: Batu, 15 November 2007
                               2.      Alamat surat, minimal dicantumkan nama orang yang dikirimi surat.
Contoh: Menjumpai sahabatku Priyo
di Kota Hujan
                              3.      Salam pembuka, bebas menggunakan salam-salam khusus dengan tetap memperhatikan norma kesopanan.
Contoh: Halo Syahden
Salam kangen
4) Isi surat, boleh menggunakan bahasa sesuai dengan keinginan kita, panjang pendeknya tidak dibatasi, namun tetap memperhatikan etika atau rasa hormat kepada orang yang kita kirimi.
5) Salam penutup, dapat menggunakan salam khusus sesuai usia orang yang kita kirimi surat.
Contoh: Salam rindu dari sahabatmu

c)      Tahapan dalam Proses Menulis Surat Pribadi
Tahapan atau proses penulisan menurut Semi (2007: 46), bila dilihat secara garis besar dapat dibagi atas tiga tahap, seperti diuraikan berikut.
1)      Tahap pratulis, yang terdiri dari empat jenis, yaitu:
a)      menetapkan topik, artinya, memilh secara tepat dari berbagai topik yang ada;
b)       menetapkan tujuan, artinya, menentukan apa yang hendak dicapai atau diharapkan penulis dengan tulisan yang hendak ditulisnya;
c)      mengumpulkan informasi pendukung, artinya, sebuah topik yang ditulis akan layak ditulis setelah dikumpulkan informasi yang memadai tentang informasi tersebut;
d)     merancang tulisan, artinya, topik tulisan yang telah ditetapkan dipilahpilah menjadi subtopik atau sub-subtopik;
2)      Tahap penulisan, bekonsentrasi pada empat hal, yaitu:
a)      konsentrasi terhadap gagasan pokok tulisan;
b)      konsentrasi terhadap tujuan tulisan agar tulisan tidak melenceng ke tujuan lain;
c)      konsentrasi terhadap kriteria calon pembaca, artinya, pada saat menulispenulis selalu mengingat siapa calon pembacanya;
d)     konsentrasi terhadap kriteria penerbitan, khususnya untuk tulisan yang akan diterbitkan.
3)      Tahap pascatulis, yaitu tahap penyelesaian akhir tulisan yang terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu:
a)      kegiatan penyuntingan, yaitu, kegiatan membaca kembali dengan teliti draf tulisan dengan melihat ketepatannya dengan gagasan utama, tujuan tulisan, calon pembaca, dan kriteria penerbitan. Selain melihat ketepatan dan gaya penulisan, juga penambahan yang kurang serta penghilangan yang berlebihan;
b)      penulisan naskah jadi., yaitu, kegiatan terakhir yang dilakukan. Setelah penyuntingan dilakukan, barulah naskah jadi ditulis ulang dengan rapi.

b.      Strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman)
Strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman) memiliki arti tersendiri, dan ini menunjukkan karakternya.Mengenai strategi belajar ini, Alwasilah dan Suzanna (2007: 150) mengemukakan sebagai berikut.
Strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman) merupakan suatu strategi pembelajaran dengan cara memadukan ide dengan tata cara dan pengalaman menulis. Siasat ini akan mengenai sasaran apabila pengajar mampu menuntun pembelajar dengan baik pada tuntutan menulis yang diinginkan.

Lebih lanjut Alwasilah dan Suzanna (2007: 150) mengemukakan sebagai berikut.
Ketiga komponen tersebut saling terkait erat dalam proses kreatif. Tanpa adanya ide yang jelas, mana mungkin bisa memulai menulis. Demikian pun tanpa memahami tata cara dan tidak memiliki pengalaman menulis, akan susah mewujudkan tulisan yang diinginkan.

Sehubungan dengan fungsi komponen masing-masing dalam menulis, dijelaskan Alwasilah dan Suzanna (2007: 150) sebagai berikut.
Inspirasi atau ide, tidak datang dengan sendirinya pada diri seseorang. Hal ini dapat diperoleh melalui berbagai cara, termasuk melalui diskusi dengan teman. Fungsi komponen ini yaitu sebagai existing theories yang merupakan temuan atau hasil penelitian terdahulu. Sementara tata cara (riset) berfungsi untuk memperkuat argumen suatu tulisan benar berdasarkan ketentuannya. Kedua komponen ini akan lebih baik dalam menghasilkan sebuah tulisan apabila disertai pengalaman yang berfungsi mengukuhkan ide yang ingin disampaikan.     

Bertolak dari sudut pandang ahli di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa strategi pembelajaran menulis dengan cara memadukan komponen-komponen penting, seperti ide tau gagasan, metode penulisan, dan sumber pengalaman merupakan strategi belajar menulis yang memungkinkan pembelajar mendapatkan suatu kemudahan dalam mewujudkan tulisan tertentu.
Sepintas lalu dari pendapat para ahli di atas, diperoleh suatu gambaran untuk lebih menguatkan strategi ini akan membawa dampak positif, baik pada proses maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis surat pribadi. Seperti telah dikemukakan bahwa untuk memulai menulis sangat diperlukan adanya ide. Ide adalah gagasan pokok atau suatu konsep yang akan dikembangkan menjadi sebuah tulisan yang diinginkan. Berbekal ide saja dalam menulis, tidak cukup. Penulis pun harus memahami benar tentang tata cara penulisan yang diinginkan, baik jenis atau bentuk tulisannya maupun komponen-komponen penting dalam tulisan, seperti penggunaan ejaan yang benar, pemilihan kata yang tepat, penyusunan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang kohesif dan koheren. Kedua bekal tersebut akan lebih lengkap jika disertai dengan pengalaman menulis yang serupa. Hal ini patut dimiliki oleh peserta didik yang menginginkan sebuah tulisansurat pribadi yang diharapkan. 

Setiap strategi pembelajaran selain memiliki keunggulan juga tidak lepas dari kelemahannya. Demikian pun dengan strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, and Experience = Pengalaman). Mengenai keunggulan strategi ini dikemukakan Alwasilah dan Suzanna (2007: 150), antara lain:
1)      membekali siswa dengan teknik menulis yang benar, yang dimulai dari adanya inspirasi atau ide, menggunakan tata cara yang tepat dengan bentuk atau jenis tulisan, dan mendayagunakan pengalaman;
2)      siswa dapat belajar menulis lebih bermakna dalam mempelajari suatu tulisan yang diinginkan;
3)      memudahkan siswa dalam mencapai tujuan menulis yang dipelajari;
4)      meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam mengolah pikiran;
5)      mempermudah guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa pada saat mempelajari sebuah tulisan yang diinginkan.
Meski terdapat sisi keunggulannya, tetap saja perlu pemikiran guru dan siswa, agar masing-masing dapat berlaku sebagaimana yang diharapkan. Hal ini seperti ditegaskan Iskandarwassid dan Sunendar  (2008: 9)  bahwa,
Sebaik apa pun suatu strategi yang dipilih tetapi apabila dalam penggunaannya kurang memenuhi aturan dan apalagi menyimpang dari aturan, tetap saja keunggulannya tidak akan berasa oleh guru dan siswa.
Hal ini bertolak dari pemikiran tentang pentingnya suatu strategi dipahami oleh guru, baik pada dimensi fungsi strategi saat perancangan maupun dimensi fungsi strategi dalam pelaksanaan pembelajaran, seperti dikutip berikut “Strategi pembelajaran memiliki dua dimensi sekaligus, yakni strategi pembelajaran pada dimensi perancangan dan strategi pembelajaran pada dimensi pelaksanaan” (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 9).
Terlepas dari kepentingan itu, strategi ini pun memiliki kelemahan yang harus dipahami dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya oleh guru.
Secara ringkas, Alwasilah dan Suzanna (2007: 150) mengemukakan kelemahan dari strategi ini, yaitu:
1)      seluruh siswa belum tentu memiliki ide, mengetahui tata cara menulis yang benar, dan kaya dengan pengalaman menulis;
2)      memadukan ide dengan tata cara  menulis dan pengalaman yang menarik bukan hal yang mudah, terutama bagi siswa yang tidak terbiasa menulis;
3)      memerlukan waktu yang cukup lama;
4)      dalam proses pendampingan siswa, harus dilakukan secara adil dan terarah, tidak boleh mengabaikan arti penting masing-masing, karena baik ide maupun tata cara dan pengalaman ketiga merupakan satu kesatuan yang akan membentuk tulisan tertentu;
5)      guru terkadang kurang memiliki kemampuan dalam memenuhi ketiga komponen sekaligus, sehingga yang diajarkan kepada siswa lebih bersifat teori, sedangkan implementasi kurang diberikan.

Untuk mengatasi beberapa kelemahan di atas, guru dan siswa harus berusaha memenuhinya. Artinya, setiap kelemahan tersebut dipenuhi oleh masing-masing, agar tidak terjadi kekurangan yang akan berdampak pada proses kretivitas menulis menjadi terhambat.
F.     Metode Penelitian
Dalam proses pemecahan masalah penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.  Penggunaan metode tersebut merujuk pada pendapat Rochiati (dalam Kunandar, 2009: 46), seperti dikutip berikut.
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, di mana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata. Peneliti merupakan instrument utama dalam pengumpulan data, dan proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti diarahkan pada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari suatu tindakan.
G.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian
a)      Deskripsi Siklus 1
Melalui upaya ini diperoleh catatan sebagai berikut.
1)      Aktivitas guru dan siswa pada tahap kegiatan awal, tampak ada kesan kaku, yang disebabkan oleh belum terbiasa memulai kegiatan pembelajaran seperti itu.
2)      Motivasi yang dilakukan guru, cukup menyentuh perasaan siswa, yang tampak dari semangat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran menulis surat pribadi berdasarkan langkah-langkah melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman).
3)      Sebagian besar waktu pada kegiatan inti,  lebih banyak digunakan guru untuk menyajikan materi, dan sisanya digunakan untuk mengerjakan tugas, membahas hasil penugasan, dan uji kompetensi.
4)      Sebagian besar siswa kurang aktif dalam bertanya jawab, baik dengan guru maupun siswa.
5)      Tugas guru, baik sebagai mediator maupun fasilitator bagi siswa, dinilai masih kurang. Hal ini karena pembelajaran lebih mengutamakan tersampaikannya materi ajar kepada siswa. Hal ini telah berdampak kurang baik terhadap aktivitas belajar siswa, baik pada saat menentukan tema berita, membuat kerangka teks berita, dan mengembangkannya menjadi surat pribadi yang diinginkan.
6)      Dalam menghadapi situasi tersebut, tidak ada upaya yang dilakukan guru, sehingga sampai pada akhir kegiatan inti siswa tampak masih menghadapi masalah dalam menulis surat pribadi  yang diinginkan.
Berdasarkan hasil refleksi, diperoleh gambaran sebagai berikut.
1)      Kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran menulis surat pribadi melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman), diketahui meningkat. Peningkatan kinerja guru tersebut ditunjukkan oleh aktivitas yang menunjukkan kemampuannya dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi serta menindaklanjuti hasilnya. Berdasarkan hasil penilaian kedua orang pengamat, diperoleh rata-rata nilai cukup mampu untuk masing-masing tahap dalam proses pembelajaran tersebut.
2)      Kinerja siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis surat pribadi melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman), diketahui meningkat. Hal ini diketahui dari partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi masing-masing siswa yang sebelumnya banyak yang tidak partisipasi, tidak berminat, tidak perhatian, dan tidak bermotivasi setelah melalui penggunaan strategi menjadi meningkat pada kategori kedua dan ketiga. Dari 22 orang siswa, yang sebelumnya diketahui ada 20 orang yang tidak partisipasi, tidak berminat, tidak perhatian, dan tidak bermotivasi meningkat menjadi kurang partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan kurang bermotivasi. Sementara itu, 2 orang siswa lainnya yang sebelumnya diketahui kurang partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan kurang bermotivasi menjadi cukup partisipasi, cukup berminat, cukup perhatian, dan cukup bermotivasi. Peningkatan tersebut didasarkan pada hasil penilaian pengamat, seperti tertuang pada tabel 4.2.
3)      Dari 22 orang siswa diketahui ada 12 orang (54%) yang dinyatakan cukup mampu memenuhi tuntutan pembelajaran menulis surat pribadi, yakni menentukan tema.  Sementara itu, selebihnya dari mereka, yakni 10 orang siswa (46%) dinyatakan kurang mampu memenuhi kedua tuntutan tersebut dan memproleh skor rata-rata 67.
4)      Belum mencapainya target kinerja yang diharapkan, baik oleh guru maupun siswa lebih disebabkan karena masing-masing belum terbiasa dengan langkah-langkah belajar menggunakan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman). Oleh karena itu, masih banyak siswa yang dinilai kurang mampu memenuhi kedua tuntutan pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada PTK siklus 2, akan diupayakan hal-hal berikut.
(1)   Persiapan guru harus ditingkatkan, terutama dalam memahami langkah-langkah pengelolaan proses pembelajaran berdasarkan tuntutan melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman).
(2)   Guru harus mampu mempertahankan dan meningkatkan hal-hal yang sudah cukup baik dalam mengelola proses pembelajaran menulis surat pribadi  melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration= Ide, Research= Tatacara, and Experience= Pengalaman). Guru harus mampu meningkatkan partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis surat pribadi melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman). Hal-hal yang dianjurkan untuk itu, di antaranya mengaktifkan siswa melalui tanya jawab, pemberian tugas secara kelompok, pemberian penghargaan dan sanksi kepada siswa yang layak untuk mendapatkannya.
5)      Kinerja siswa meski meningkat, tetapi belum mencapai harapan, baik dilihat dari partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi. Hal ini lebih disebabkan oleh karena siswa belum terbiasa dengan langkah-langkah belajar menggunakan strategi IREX (Inspiration= Ide, Research=Tatacara, and Experience= Pengalaman). Oleh karena itu, kepada siswa disarankan agar pada PTK siklus 2 mulai membiasakan diri dengan langkah-langkah belajar bermakna. Adapun caranya untuk itu, yakni sebagai berikut.
(1)   Miliki persiapan fisik dan mental, agar dapat berkonsentrasi pada langkah-langkah belajar yang akan dijelaskan guru.
(2)   Bertanyalah kepada guru apabila ada di antara langkah-langkah belajar yang kurang dan atau belum dipahami dengan baik. Tidak usah ragu apalagi merasa malu untuk itu.
(3)   Belajarlah secara sungguh-sungguh, yang ditunjukkan dengan cara berpartisipasi secara aktif, pusatkan perhatian pada apa yang sedang dipelajari, minat dan motivasi belajar terus tingkatkan dengan cara fokus pada tujuan yang ingin dicapai setelah mengikuti proses pembelajaran menulis surat pribadi  melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman). Selain itu, berusahalah untuk mencapai penghargaan yang akan diberikan guru, dan takutlah dengan sanksi yang akan diberikannya apabila kurang baik dalam proses dan hasil belajar.
(4)   Saling belajarlah dengan baik, karena masing-masing memiliki kelebihan yang sangat diperlukan oleh yang lain. Berjiwa lapanglah dalam memberi dan menerima masukan yang ditujukan untuk kebaikan.
b)  Deskripsi Siklus 2
Melalui upaya ini diperoleh catatan sebagai berikut.
1)      Aktivitas guru dan siswa pada tahap kegiatan awal, mulai terbiasa dengan langkah-langkah prapembelajaran menulis surat pribadi  berdasarkan tuntutan melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman). Guru dan siswa sudah tidak kaku lagi, sehingga kegiatan awal dapat berlangsung cukup baik dari sebelumnya (kegiatan awal pada PTK siklus 1).
2)      Guru cukup berhasil memotivasi siswa, dengan cara akan memberikan penghargaan (reward) bagi siapa saja di antara siswanya yang berhasil mencapai hasil belajar lebih baik, dan kepada siswa yang kurang berhasil akan diberikan sanksi berupa pemberian tugas individu yang akan ditentukan nanti setelah proses pembelajaran siklus 2 berlangsung. Melalui upaya tersebut, ada peningkatan pada sikap siswa yang ditunjukkan oleh partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi belajarnya pada tahap pratindakan.
3)      Pada kegiataninti siklus 2, peran guru dan siswa sudah cukup mengenai sasaran. Guru tidak lagi menghabiskan waktu untuk menyajikan materi, melainkan lebih banyak membimbing dan mengarahkan siswa pada proses belajar yang sebenarnya dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menulis surat pribadi. Demikian pun dengan proses belajar siswa, tampak lebih baik dari sebelumnya, yang ditunjukkan oleh partisipasi masing-masing, perhatian terhadap penjelasan guru dan tugas, minat dan motivasi mengikuti proses pembelajaran. Tidak diketahui lagi adanya siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari yang sebelumnya segan untuk bertanya kepada guru, pada siklus 2 sudah mulai banyak siswa yang berani bertanya kepada guru, terutama  tentang cara-cara memenuhi tuntutan pembelajaran.
4)      Terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran, guru memberikan jalan keluar dengan cara memahamkan siswa pada tuntutan tersebut. Sebelum siswa tersebut dapat keluar dari kesulitannya, guru belum beranjak dari tempat duduk siswa yang bersangkutan. Tindakan ini, disambut dengan baik oleh siswa, dan karena itu pula yang bersangkutan dapat belajar lebih baik dalam suasana yang menyenangkan.
5)      Guru sudah mampu menebar pandangan kepada seluruh siswa, yang ditunjukkan oleh perhatiannya pada siapa saja yang menghadapi kesulitan dalam memenuhi tuntutan pembelajaran, maka segeralah ia membantu mencarikan jalan keluarnya hingga lepas dari kesulitan tersebut.
6)      Saat siswa sedang memenuhi tuntutan pembelajaran, guru berusaha memfasilitasi apa yang dibutuhkan siswa. Oleh karena itu, proses belajar siswa tampak lebih menyenangkan daripada sebelumnya.
Adapun hasil refleksi yang telah dilakukan, sebagai berikut.
1)      Kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran menulis surat pribadi melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman), diketahui lebih baik dari siklus sebelumnya. Peningkatan kinerja guru tersebut ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi serta menindaklanjuti hasilnya. Berdasarkan hasil penilaian kedua orang pengamat, diperoleh rata-rata nilai cukup mampu untuk masing-masing tahap dalam proses pembelajaran tersebut.
2)      Kinerja siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis surat pribadi melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman), diketahui lebih baik dari siklus sebelumnya. Hal ini diketahui dari partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi masing-masing siswa yang sebelumnya (pada siklus 1) banyak yang kurang partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan kurang bermotivasi setelah melalui penggunaan strategi menjadi meningkat pada kategori ketiga dan keempat. Dari 22 orang siswa, diketahui ada 20 orang (90%) yang sebelumnya kurang partisipasi, kurang berminat, kurang perhatian, dan kurang bermotivasi meningkat menjadi cukup partisipasi, cukup berminat, cukup perhatian, dan cukup bermotivasi. Sementara itu, 2 orang siswa (10%) lainnya yang sebelumnya diketahui cukup partisipasi, cukup berminat, cukup perhatian, dan cukup bermotivasi menjadi mampu berpartisipasi, minatnya lebih tinggi, mampu memperhatikan, dan lebih bermotivasi. Peningkatan tersebut didasarkan hasil penilaian pengamat, seperti tertuang pada tabel 4.4.
3)      Dari 22 orang siswa diketahui ada 19 orang (86%) yang dinyatakan cukup mampu memenuhi tuntutan pembelajaran menulis surat pribadi , yakni menentukan tema, membuat kerangka, maupun mengembangkan kerangka menjadi surat pribadi yang diinginkan.  Sementara 3 orang siswa lainnya (14%) dinyatakan masih kurang mampu memenuhi setiap tuntutan tersebut, sehingga diperoleh skor rata-rata 72 dengan kategori cukup mampu.
4)      Cukup tercapainya target kinerja yang diharapkan, baik oleh guru maupun siswa lebih disebabkan karena masing-masing sudah terbiasa dengan langkah-langkah belajar menggunakan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman). Untuk meningkatkan ke tarap yang lebih baik pada siklus 3, akan diupayakan hal-hal berikut.
(1)   Persiapan guru harus dimatangkan lagi dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menindaklanjuti hasilnya yang berorientasi pada pengelolaan proses pembelajaran berdasarkan tuntutan melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman).
(2)   Guru harus mampu mempertahankan dan meningkatkan hal-hal yang sudah cukup baik dalam mengelola proses pembelajaran menulis surat pribadi melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman).
(3)   Guru harus mampu meningkatkan partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis surat pribadi melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman). Hal-hal yang dianjurkan untuk itu, di antaranya mengaktifkan siswa melalui tanya jawab, pemberian tugas secara kelompok, pemberian penghargaan dan sanksi kepada siswa yang layak untuk mendapatkannya.
(4)   Kinerja siswa meski meningkat, tetapi belum mencapai harapan, baik dilihat dari partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi. Hal ini lebih disebabkan oleh karena siswa belum terbiasa dengan langkah-langkah belajar menggunakan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman). Oleh karena itu, kepada siswa disarankan agar pada PTK siklus 2 mulai membiasakan diri dengan langkah-langkah belajar bermakna. Adapun caranya untuk itu, yakni sebagai berikut.
(1)   Miliki persiapan fisik dan mental, agar dapat berkonsentrasi pada langkah-langkah belajar yang akan dijelaskan guru.
(2)   Bertanyalah kepada guru apabila ada di antara langkah-langkah belajar yang kurang dan atau belum dipahami dengan baik. Tidak usah ragu, dan apalagi merasa malu untuk itu.
(3)   Belajarlah secara sungguh-sungguh, yang ditunjukkan dengan cara berpartisipasi secara aktif, pusatkan perhatian pada apa yang sedang dipelajari, minat dan motivasi belajar terus tingkatkan dengan cara fokus pada tujuan yang ingin dicapai setelah mengikuti proses pembelajaran menulis surat pribadi melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman). Selain itu, berusahalah untuk mencapai penghargaan yang akan diberikan guru, dan takutlah dengan sanksi yang akan diberikannya apabila kurang baik dalam proses dan hasil belajar.
(4)   Saling belajarlah dengan baik, karena masing-masing memiliki kelebihan yang sangat diperlukan oleh yang lain. Berjiwa lapanglah dalam memberi dan menerima masukan yang ditujukan untuk kebaikan. 

c)      Deskripsi Siklus 3
Melalui upaya siklus 3 diperoleh catatan sebagai berikut.
1)      Aktivitas guru dan siswa pada tahap kegiatan awal, tampak sudah terbiasa dengan langkah-langkah prapembelajaran menulis surat pribadi berdasarkan tuntutan melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman). Guru dan siswa merasa lebih baik dari kondisi pada kegiatan awal sebelumnya (kegiatan awal pada PTK siklus 1 dan siklus 2).
2)      Guru lebih berhasil memotivasi siswa, yakni dengan cara akan memberikan penghargaan (reward) kepada siapa saja di antara siswanya yang berhasil mencapai hasil belajar yang lebih baik pada PTK siklus 3, dan kepada siswa yang kurang berhasil akan diberikan sanksi berupa pemberian tugas individu yang akan ditentukan nanti setelah proses pembelajaran siklus 3 berlangsung. Melalui upaya tersebut, ada peningkatan pada sikap siswa yang ditunjukkan oleh partisipasi, perhatian, minat, dan motivasi belajarnya pada tahap pratindakan.
3)      Pada kegiatan inti siklus 3, peran guru dan siswa sudah mengenai sasaran. Materi pembelajaran disajikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selain itu, dilihat dari cara penyajiannya lebih jelas. Hal ini sebagai dampak dari pemberian contoh yang lebih akurat, baik untuk cara-cara menentukan tema, membuat kerangka, maupun mengembangkan kerangka menjadi surat pribadi yang diinginkan. Demikian pun dengan proses belajar siswa, tampak lebih baik dari sebelumnya, yang ditunjukkan oleh partisipasi masing-masing, perhatian terhadap penjelasan guru dan tugas, minat dan motivasi mengikuti proses pembelajaran. Tidak diketahui lagi adanya siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari yang sebelumnya segan untuk bertanya kepada guru, pada siklus 3 seluruh siswa tampak memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru.
4)      Kepada siswa yang mengalami masih menemukan kesulitan dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran, guru memberikan jalan keluar dengan cara menjelaskan disertai pemberian contoh yang akurat untuk lebih memahamkannya. Hal ini dilakukan guru hingga siswa yang bersangkutan memperoleh jalan keluar dari kesulitannya itu. Oleh karena itu, yang bersangkutan dapat belajar lebih baik dan menyenangkan.
5)      Guru mampu memberikan perhatian lebih dari sebelumnya kepada siswa. Itu sebabnya, seluruh siswa dapat belajar secara bermakna.
6)      Pada saat siswa sedang memenuhi kedua tuntutan pembelajaran, yakni menentukan tema, membuat kerangka, maupun mengembangkan kerangka menjadi surat pribadi yang diinginkan, guru berusaha memfasilitasi apa yang dibutuhkan siswa. Upaya ini cukup berhasil membuat seluruh siswa belajar lebih antusias.
Berdasarkan hasil refleksi siklus 3, diperoleh gambaran tingkat keberhasilan sebagai berikut.
1)      Kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran menulis surat pribadi  melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman), diketahui lebih baik dari siklus 1 dan siklus 2. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi serta menindaklanjuti hasilnya. Hal ini dapat diketahui dari hasil penilaian kedua orang pengamat diperoleh rata-rata nilai mampu untuk masing-masing tahap kegiatan dalam proses pembelajaran tersebut.
2)      Kinerja siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis surat pribadi  melalui penggunaan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman), diketahui lebih baik dari siklus 1 dan siklus 2. Hal ini diketahui dari partisipasi, minat, perhatian, dan motivasi masing-masing siswa tampak lebih baik. Peningkatan tersebut didasarkan pada hasil penilaian pengamat, seperti tertuang pada tabel 4.6.
3)      Dari 22 orang siswa diketahui ada 7 orang (32%) yang dinyatakan cukup mampu memenuhi tuntutan pembelajaran menulis surat pribadi. Selebihnya, yakni 15 orang siswa (68%) dinyatakan mampu memenuhi setiap tuntutan tersebut, sehingga diperoleh skor rata-rata 86 yang berarti kategori mampu.
4)      Dapat tercapainya target kinerja yang diharapkan, baik oleh guru maupun siswa lebih disebabkan oleh karena masing-masing sudah terbiasa dengan langkah-langkah belajar menggunakan strategi IREX (Inspiration=Ide, Research=Tatacara, and Experience=Pengalaman). Atas dasar pertimbangan itu, maka siklus PTK berhenti hingga siklus 3.





b.      Pembahasan
Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis surat pribadi dengan menggunakan strategi IREX (Inspiration = Ide, Research = Tatacara, andExperience = Pengalaman) dapat dilihat dari grafik berikut.
Grafik 4.1
Perbandingan Peningkatan Kemampuan Siswa
Siklus 1, Siklus 2, dan Siklus 3

Text Box: Jumlah Siswa (%)
Keterangan:
Kriteria 1          : Kurang Mampu
Kriteria 2          : CukupMampu
Kriteria 3          : Mampu

H.    Simpulan dan Saran
Setelah melakukan serangkaian kegiatan penelitian dan membahas hasilnya, barulah dapat diambil simpulan bahwa penggunaan strategi pembelajaran IREX cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis surat pribadi pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
Bertolak dari simpulan di atas, penulis dapat mengajukan beberapa saran, yakni sebagai berikut.
1.      Untuk memperoleh hasil yang lebih baik sehubungan dengan apa yang telah diperoleh melalui penelitian ini, sebaiknya untuk ke depan langkah-langkah peningkatan kompetensi siswa dalam menulis surat pribadi mengalami variasi, baik dalam cara penyajian, memberi dan membimbing proses penyelesaian tugas, maupun teknik mengevaluasinya.
2.      Agar diperoleh peningkatan yang lebih baik pada siswa, sebaiknya guru dan siswa melaksanakan pembelajaran menulis surat pribadi sesuai dengan rencana, dan saling berupaya untuk mencapai target yang diharapkan.
I.       Sumber Rujukan
Ahmadi, Muksin. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang: Yayasan Asah, Asih, Asuh.
Akhadiah, Sabarti. 2002. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. (2007). Pokoknya Menulis. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.
Anshori, Dadang S dan Khaerudin Kurniawan. 2005. Bahasa Jurnalistik. Bandung: Pusat Studi Literasi.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.
BSNP. 2006. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Sunda SD. Jakarta : Depdiknas.
Djauhari, Otong. 2001. Metode Penelitian Ilmiah. Bandung : Yrama Widya.
Djuraid, Husnun N. 2009. Panduan Menulis Berita. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Hasnun, Anwar. 2007. Pembinaan Menulis pada Siswa SD. Yogyakarta: Andi Offset. 
Hidayat, Kosadi. 1999. Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Sinar Baru.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : Rosda Karya.
Kunandar. 2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Rajawali Press.   
Komalasari, Oom. 2003. Penerapan Metode Literasi dalam Pembelajaran menulis Karangan Deskripsi di Kelas I SLTP Negeri 4 Kawali. Tidak Dipublikasikan.
Mulyasa, E. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Martinis, Yamin. 2007. Model Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung : Alfabeta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Penilaian Pembelajaran Berorientasi Kemampuan Berbahasa. Yogyakarta: BPFE.
Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual(Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta : Depdiknas.
Rosidi, Imron. 2009. Menulis... Siapa Takut?. Yogyakarta: Kanisius.
Rusyana, Yus. 1997. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan. Bandung: Algensindo.
Santana K, Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sugihastuti. 2002. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suriamiharja, Agus, dkk. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Syamsuddin dan Damaianti, Vismaia. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosda Karya.
Tarigan, H.G. 1997. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
TIM Dosen. 2011. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Akhir Penelitian Tindakan Kelas. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra, FKIP, Universitas Galuh Ciamis.
Yudibrata, Ice Sutari Karna. 1990. Dasar-dasar Kemampuan Menulis. Materi Pokok Perkuliahan Menulis. IKIP Bandung.
http://www.scribd.com/doc/29013517/30/Tabel-3-Penilaian-Keterampilan-Menulis-Teks-Berita

1 komentar: