Rabu, 13 November 2013

Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Model-model Pembelajaran Melalui Kegiatan Supervisi Kelas oleh Kepala Sekolah SD Negeri 2 Sukajaya



 

A.    Judul
Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Model-model Pembelajaran Melalui Kegiatan Supervisi Kelas oleh Kepala Sekolah SD Negeri 2 Sukajaya
B.     Penulis
Nama        : Drs. Nasim Hendra Sutiana
Jabatan    : Kepala SD Negeri 2 Sukajaya
No. Hp      : 081321421956
C.    Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Kemampuan Guru, Model-model Pembelajaran, Supervisi Kelas
Dalam melaksanakan proses pembelajaran disekolah seorang guru hendaknya mampu memilih dan mendayagunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.  Pada umumnya guru jarang mengunakan model pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran, karena kurangnya pemahaman guru terhadap model-model pembelajaran yang dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas.Sebenarnya ada banyak model pembelajaran yang bisa dipakai oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Dengan mengunakan model-model pembelajaran yang sesuai, tentunya siswa akan termotivasi dalam belajar, dan ini akan berdampak positif pada hasil belajarnya.Pokok masalah dalam penelitian, yaitu “Apakah penerapan model-model  pembelajaran  melalui kegiatan supervisi kelas dapat meningkatkan mutu pembelajaran pada siswa di SD Negeri 2 Sukajaya?”. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh simpulan bahwa penerapan model-model pembelajaran melalui supervisi kelas oleh kepala sekolah terbukti berhasil meningkatkan kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses pembelajaran. Selain itu, dengan meningkatnya kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses pembelajaran, bukan saja proses belajar siswa semakin bermakna tetapi juga hasil belajarnya meningkat.
D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan lembaga formal yang berfungsi membantu khususnya orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Sekolah memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak didiknya secara lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan. Semua fungsi sekolah tersebut tidak akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan baik, karena kelema,han dari salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri.  Salah satu dari bagian komponen sekolah adalah guru.
Guru dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, menguasai materi, menguasai metode, dan tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu mengelola kelas sedemikian rupa sehingga pembelajaran berlangsung secara aktif, inovatif, dan menyenangkan. Namun umumnya guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton,berlatih, …., dan lupa). Guru memberikan konsep, sementara siswa menerima bahan jadi. menurut Suherman, ada  hal yang menyebabkan siswa tidak menikmati (senang) untuk belajar, yaitu kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan (minimal) membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong. Lebih parah lagi, siswa tidak menyadari tujuan belajar yang sebenarnya, tidak mengetahui manfaat belajar bagi masa depannya nanti.
Berdasarkan pengamatan penulis di SD Negeri 2 Sukajaya, terdapat beberapa kendala pada pembelajaran selama ini antara lain :
1.      Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep.
2.      Siswa kurang aktif / siswa pasif dalam proses pembelajaran.
3.      Siswa belum terbiasa untuk bekerja sama dengan temannya dalam belajar.
4.      Guru kurang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
5.      Hasil nilai ulangan / hasil belajar siswa pada pembelajaran rendah.
6.      KKM tidak tercapai.
7.      Pembelajaran tidak menyenangkan bagi siswa.
8.      Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran.
Sebagai pendidik, penulis melihat pembelajaran menjadi kurang efektif karena hanya cenderung mengedepankan aspek intelektual dan mengesampingkan aspek pembentukan karakter. Hal ini tentu suatu hambatan bagi guru. Namun penulis ingin mengubah hambatan tersebut menjadi sebuah kekuatan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Untuk menjawab hal itu, penulis mencoba memberi solusi kepada guru-guru untuk menerapkan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi kelasdi SD Negeri 2 Sukajaya dengan menyusun berbagai perangkat pembelajaran yang dibutuhkan seperti : RPP, alat peraga, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang dibutuhkan untuk membantu guru dalam mengelola kelas dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.

b.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan seperti tertuang pada pertanyaan berikut “Apakah penerapan model-model  pembelajaran  melalui kegiatan supervisi kelas dapat meningkatkan mutu pembelajaran pada siswa di SD Negeri 2 Sukajaya?
c.       Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk hal-hal sebagai berikut.
1.      Meningkatkan peran serta kepala sekolah SD Negeri 2 Sukajaya dalam memfasilitasi para guru yang dihadapkan dengan kesulitan teknis pengelolaan pembelajaran, yang akan memberi dampak kurang baik terhadap proses dan hasil belajar siswa.
2.      Meningkatkan kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses pembelajaran.
3.      Meningkatkan kebermaknaan proses belajar siswa SD Negeri 2 Sukajaya guna mencapai aneka tujuan pembelajaran.
4.      Untuk mengetahui efektivitas upaya yang ditempuh (model-model pembelajaran) kepala sekolah pada saat melakukan supervisi kelas.
d.      Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini, dilakukan dengan harapan memberikan manfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah. Adapun manfaat dimaksud, sebagai berikut.
1.      Manfaat bagi siswa, antara lain:
1)      memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik;
2)      meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar;
3)      meningkatkan penguasaan konsep;
4)      menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat dalamkelompok/membiasakan bekerja sama dengan teman.
2.      Manfaat bagi guru, antara lain:
1)      memperoleh alternatif baru dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan;
2)      memperoleh alternatif baru untuk peningkatan mutu pembelajaran.
3.      Manfaat bagi sekolah, antara lain:
1)      meningkatkan prestasi sekolah dalam bidang akademis;
2)      meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru.
e.       Kajian Teori, Kerangka berpikir, dan Hipotesis Tindakan
a)      Kajian Teori
1.      Model Pembelajaran
1)      Arti Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Winataputra, 1994:34).
Banyak model-model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang pada prinsipnya pengembangan model pembelajaran bertujuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien, menyenangkan, bermakna, lebih banyak mengaktifkan siswa.
Dalam pengembangan model pembelajaran yang mendapat penekanan pengembangannya terutama dalam strategi dan metode pembelajaran. Untuk masa sekarang ini perlu juga dikembangkan sistem penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar bisa saja mengembangkan model pembelajaran sendiri dengan tujuan proses pembelajaran lebih efektif dan efisien, lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreasi, sehingga siswa lebih aktif.
2)      Ciri-ciri Model Pembelajaran
Suatu model pembelajaran memiliki ciri-ciri tersendiri. Secara khusus, ciri-ciri tersebut dikemukakan Sanjaya (2006: 115), yakni sebagai berikut.
(1)   Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
(2)   Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
(3)   Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat dilaksanakandengan berhasil.
(4)   Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam pengelolaan proses pembelajaran yang dijalaninya.
3)      Beberapa Contoh Model Pembelajaran
Di antara model-model pembelajaran dimaksud, yakni model pembelajaran lansung, kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, inkuiri, atau belajar melalui penemuan, dan masih banyak model pembelajaran inovatif lainnya yang bisa menjadi pilihan bagi guru sekolah dasar.
2.      Supervisi Kelas
1)      Arti Supervisi Kelas
Supervisi kelas adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Istilah “supervisi kelas” mengacu kepada misi utama pembelajaran, yaitu kegiatan  yang   ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan prestasi akademik. Dengan kata lain, supervisi kelas adalah kegiatan yang berurusan dengan perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pembelajaran di sekolah.
Beberapa alasan mengapa supervisi kelas diperlukan, diantaranya:
·        tidak ada balikan dari orang yang kompeten sejauh mana praktik profesional telah memenuhi standar kompetensi dan kode etik;
·        ketinggalan iptek dalam proses pembelajaran;
·        kehilangan identitas profesi;
·        kejenuhan profesional (bornout);
·        pelanggaran kode etik yang akut;
·        mengulang kekeliruan secara masif;
·        erosi pengetahuan yang sudah didapat dari pendidikan prajabatan (PT);
·        siswa dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana mestinya;
·        rendahnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat dan pemberi pekerjaan.
2)      Tujuan Supervisi Kelas
Secara umum tujuan supervisi kelas, yaituuntuk:
·        menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran;
·        membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran;
·        membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran;
·        membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan maslah yang ditemukan dalam proses pembelajaran;
·        membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan.
3)      Manfaat Supervisi Kelas
Supervisi kelas merupakan strategi untuk dapat meningkatkan kompetensi seorang guru dalam proses kegiatan belajar mengajar dan ketepatan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Harapan dari supervisi kelas akan berdampak pada proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
4)   Sasaran dan Prinsip-prinsip Supervisi Kelas
Sasaran dari supervisi kelas, di antaranya: (1)proses pembelajaran peserta didik, (2) menjadikan kepala sekolah dan guru sebagai professional learners, dan (3) membina kepala sekolah dan guru-guru untuk memiliki kemampuan manajemen sumber daya pendidikan. Untuk itu, kepala sekolah yang akan bertindak sebagai supervisor harus memahami benar prinsip-prinsip supervisi kelas, di antaranya:
·        Supervisi (pengawasan) kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk untuk meningkatkan kompetensi guru;
·        pembinaan tepat dan kontinyu;
·        penjaminan mutu pendidikan harus selalu ditingkatkan;
·        menjalin komunikasi yang harmonis dan iklim kondusif;
·        menumbuhkan keyakinan bahwa guru dapat selalu meningkatkan kemampuan dan berprestasi.
5)      Langkah-langkah Supervisi Kelas
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah dalam melakukan supervisi kelas, yaitusebagai berikut.
·        Membuat kesepakatan waktu pelaksanaan supervisi kelas dengan guru.
·        Mendiskusikan materi pelajaran apa yang akan diajarkan pada saat supervisi kelas.
·        Membantu guru dalam membuat persiapan mengajar.
·        Meyakinkan pada guru kedatangan kepala sekolah sebagai supervisor bukan akan menilai atau mengawasi namun untuk memberikan bantuan teknis yang diperlukan oleh guru.
·        Membuat kesepakatan untuk berbagi peran antara supervisor dan guru dalam proses pembelajaran.
Untuk lebih memantapkan program supervisi kelas dan meyakinkan guru-guru SD Negeri 2 Sukajaya bahwa program supervisi kelas ini akan memberikan manfaat bagi guru, yang dilakukan kepala sekolah, yakni sebagai berikut.
·        Datang lebih pagi sebelum guru masuk kelas untuk melakukan “kontrak” ulang tentang: langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, peran masing-masing yang akan dilakukan, dan pengorganisasian waktu.
·        Masuk ke dalam kelas bersama-sama dengan guru yang bersangkutan. Kalau kepala sekolah yang akan bertindak sebagai supervisor masuk ke dalam kelas belakangan, dikhawatirkan akan menganggu konsentrasi anak pada saat proses pembelajaran, dan mungkin menimbulkan rasa takut.
·        Meminta guru yang bersangkutan untuk menyampaikan bahwa kepala sekolah (supervisor) datang di kelas tersebut akan membantu dalam proses pembelajaran sehingga tidak menimbulkan rasa penasaran bagi anak.
·        Kepala sekolah ikut berperan dalam proses pembelajaran tersebut, dan tidak lupa membuat catatan-catatan kecil tentang kelebihan-kelebihan maupun hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran yang memerlukan perbaikan.
·        Kepala sekolah tidak akan mengambil alih peran guru.
Setelah supervisi kelas selesai dilaksanakan, kepala sekolah SD Negeri 2 Sukajaya melakukan upaya tindaklanjut, dengan cara sebagai berikut.
·        Melakukan diskusi dengan guru atas dasar sikap menghargai.
·        Melakukan refleksi diri misalnya melalui pertanyaan, “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu selama proses pembelajaran tadi? Apakah masih ada kekurangan yang Bapak/Ibu lakukan selama proses pembelajaran tadi, di bagian mana saja?”
·        Menanyakan peningkatan yang ingin dilakukan oleh guru.
·        Memberikan saran atau arahan.
·        Merencanakan tindak lanjut, misalnya: “Apa yang perlu Bapak/Ibu lakukan selanjutnya agar pembelajaran yang akan dilakukan besok lebih baik?”
b)     Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori di atas, maka dengan melalui kegiatan penerapan model-model  pembelajaran melalui kegiatan supervisi kelas oleh kepala sekolah diyakini benar akan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran, yang akhirnya proses dan hasil belajar siswa SD Negeri 2 Sukajayapun meningkat. Hal ini hanya mungkin akan terjadi apabila antara kepala sekolah dan guru serta siswa SD Negeri 2 Sukajaya mau bersinergis untuk saling berkontribusi secara positif. Untuk itu, semua pihak yang terlibat perlu lebih dulu merencanakan segala sesuatunya dengan matang. Perencanaan yang dibuat tentunya didasarkan pada prinsip-prinsip supervisi kelas dengan mempertimbangkan upaya strategis yang akan diterapkan (dalam hal ini model-model pembelajaran terpilih yang konteks dengan situasi dan tujuan yang ingin dicapai). Adapun pelaksanaannya, tidak boleh menyimpang dari yang sudah direncanakan. Selama proses supervisi sedang berlangsung, kepala sekolah dan guru berkolaborasi menciptakan iklim pembelajaran yang memungkin seluruh siswa belajar secara aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Sejak awal hingga akhir proses supervisi kelas berlangsung, kepala sekolah mencatat dan menilai kinerja guru dan siswa, yang hasilnya akan dijadikan bahan diskusi untuk menentukan langkah tindak lanjut ke depan supaya lebih berhasil mencapai sasaran.
c)      Hipotesis Tindakan
Bertolak dari masalah, hasil kajian teori, dan kerangka pikir di atas, dapat dirumuskan suatu hipotesis tindakan, yakni sebagai berikut “Penerapan model-model pembelajaran melalui supervisi kelas oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran serta meningkatkan proses dan hasil belajar siswa SD Negeri 2 Sukajaya”.
f.    Metodologi Penelitian
a)      Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri 2 Sukajaya. Lokasi SD Negeri 2 Sukajaya ada di lingkungan UPTD. Pendidikan Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis. Waktu palaksanaan penelitian ini, yakni pada semester 2 tahun pelajaran 2011, yang di mulai sejak tanggal 30 Mei hingga 1 September.
b)     Prosedur Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian tindakan sekolah, dengan empat langkah pokok, yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi, dengan melibatkan enam orang guru SD Negeri 2 Sukajaya. Penelitian dilakukan  secara berkelanjutan selama 3 bulan. Keempat langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Perencanaan Tindakan
Hal-hal yang diupayakan pada tahap perencanaan tindakan, yaitu sebagai berikut.
1)      Pemilihan topik.
2)      Melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran. Selanjutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.
3)      Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
4)      Merencanakan penerapan pembelajaran.
5)      Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan.
6)      Mempersiapkan kelompok mata pelajaran.
7)      Mempersiapkan media pembelajaran.
8)      Membuat format evaluasi.
9)      Membuat format observasi.
10)  Membuat angket respon guru dan siswa.
2.      Pelaksanaan Tindakan
Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah:
1)      Setiap guru yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara guru lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.
2)      Guru yang ditunjuk menggunakan masukan-masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran.
3)      Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajarannya di depan kelas untuk mendapatkan umpan balik.
3.      Pengamatan (Observasi)
Pada tahap observasi:
1)      Observer melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi.
2)      Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi.
3)      Pada tahap ini seorang guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah disusun, guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain itu dilakukan pemotretan yang meng-close up kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.
4.      Refleksi
Refleksi dilakukan secara kolaborasi. Baik kepala sekolah, guru, maupun observer turut memikirkan hasil tindakan serta bagaimana langkah tindak lanjut ke depan, agar terjadi peningkatan yang lebih baik. 
c)      Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang ditetapkan adalah meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model-model  pembelajaran melalui kegiatan supervisi kelas di SD Negeri 2 Sukajaya. Aspek yang diukur dalam observasi adalah antusiasme guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam menerapkan model-model  pembelajaran, interaksi siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar, interaksi antarsiswa, kerja sama antarsiswa dalam kelompok, dan aktivitas siswa dalam diskusi kelompok.
d)     Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui beberapa teknik, sebagai berikut.
1.      Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari pelaksanaan aktivitas kegiatan yang sudah direncanakan.
2.      Teknik Wawancara
Teknik awawancara digunakan untuk memperoleh sejumlah keterangan dari pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam penelitian.
3.      Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai dokumen yang berkaitan dengan proses dan hasil penelitian untuk memperkuat perolehan data dari teknik observasi dan teknik wawancara.
e)      Teknis Analisis Data
Data yang sudah terkumpul melalui beberapa teknik pengumpul data, kemudian dianalisis dengan cara mendeskripsikan arti masing-masing data, baik yang berkaitan dengan perubahan kemampuan guru maupun siswa setelah diupayakan melalui perlakuan (treatement) yang diterapkan, dalam hal ini model-model pembelajaran terpilih untuk mentasi permasalahan yang ada. Kriteria yang digunakan dalam rangka itu, yakni sebagai berikut.
1.      Kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dikatakan meningkat apabila:
1)      mampu menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan model-model pembelajaran terpilih untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa;
2)      mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana;
3)      mampu mengevaluasi kemampuan siswa dengan menggunakan teknik yang tepat seperti yang telah direncanakan;
4)      mampu menindaklanjuti hasil belajar siswa dengan cara-cara yang tepat.
2.      Proses dan hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila:
1)      siswa aktif selama belajar;
2)      antarsiswa terjadi saling belajar secara bermakna;
3)      siswa mampu menyelesaikan tugas belajar, baik secara individu maupun kelompok;
4)      siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) masing-masing mata pelajaran yang telah ditetapkan sekolah.



E.     Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian
1.      Siklus I
Proses pelaksanaan siklus I menempuh empat tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Adapun deskripsi masing-masing tahapan tersebut, sebagai berikut.
1)      Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus I dilakukan secara kolaborasi antara peneliti, guru, dan pengawas. Hal-hal yang diupayakan pada tahap tahap ini oleh semua pihak, antara lain:
(1)   Mengidentifikasi masalah terkait dengan kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses pembelajaran berdasarkan model-model pembelajaran terkini, yang hasil menunjukkan sebagai berikut:
·        setiap guru kurang mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan ketentuan komponen-komponennya dan tuntutan model-model pembelajaran yang diupayakan;
·        setiap guru kurang mampu melaksanakan pembelajaran seperti yang telah direncanakannya dan apalagi mengelolanya sesuai dengan ketentuan model-model pembelajaran yang diupayakan;
·        setiap guru kurang mampu mengevaluasi kemampuan siswa dengan menggunakan berbagai teknik yang tepat, sesuai dengan teknik-teknik evaluasi yang menjadi skala prioritas pada model-model pembelajaran yang diupayakan;
·        setiap guru kurang mampu menindaklanjuti hasil belajar siswa, sehingga banyak siswa yang kurang mencapai kriteria ketuntasan minimal masih tetap dibiarkan.
(2)   Menetapkan upaya yang tepat pada saat melaksanakan supervisi kelas agar berhasil mengatasi setiap persoalan yang dialami guru dengan cara memberikan bantuan pemikiran dan contoh-contoh yang tepat mengenai penggunaan model-model pembelajaran terkini yang konteks dengan keadaan sekolah. Dalam rangka itu, kepala sekolah membagikan contoh konsep rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran sosial dan eksak kepada para guru. Melalui pemberian contoh tersebut diharapkan para guru dapat membuat kembali sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran yang lebih mengakomodir kepentingan siswa untuk belajar lebih baik dari sebelumnya pada kompetensi dasar yang akan disampaikan. Setelah semua guru menerima konsep-konsep yang dibuat oleh supervisor (penulis sebagai kepala sekolah), kepada mereka diberi kesempatan untuk bertanya seperlunya terkait dengan hal-hal yang sudah direncanakan yang dianggap masih kurang dipahami. Selama kegiatan ini berlangsung diharapkan ada masukan dari para guru untuk lebih memaksimalkan perencanaan pembelajaran yang dijadikan konsep percontohan. Oleh karena waktu jualah yang kurang memadai, maka kepada masing-masing guru, supervisor memberikan tenggang waktu untuk memikirkan setiap tuntutan rencana pelaksanaan pembelajaran di rumah. Menutup kegiatan dikusi ini, kepala sekolah menetapkan waktu pelaksanaan supervisi kelas untuk masing-masing guru, seperti tertera pada uraian di bawah. 
(3)   Menetapkan waktu pelaksanaan supervisi kelas, seperti rincian berikut.
·        Pada tanggal 1 Juni 2011, supervisi kelas ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Abdul Rohim yang mengajar di kelas V.
·        Pada tanggal 2 Juni 2011, supervisi kelas ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Jumnati yang mengajar di kelas III.
·        Pada tanggal 3 Juni 2011, supervisi kelas ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Tika Kartika yang mengajar di kelas IV.
·        Pada tanggal 4 Juni 2011, supervisi kelas ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Ade Juariah yang mengajar di kelas VI.
·        Pada tanggal 5 Juni 2011, supervisi kelas ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Dede Soidin yang mengajar di kelas II.
·        Pada tanggal 6 Juni 2011, supervisi kelas ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Hj. Mutiah yang mengajar di kelas I.
(4)   Menetapkan kriteria keberhasilan supervisi kelas pada siklus I dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran, dengan ketentuan sebagai berikut:
·        meningkatnya kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran;
·        meningkatnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran;
·        meningkatnya kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran;
·        meningkatnya kemampuan guru dalam menindaklanjuti hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran.
(5)   Menyusun instrumen yang diperlukan, seperti:
·        lembar observasi untuk menilai kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran;
·        lembar observasi untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran;
·        lembar observasi untuk menilai kemampuan guru dalam mengevaluasi kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran;
·        lembar observasi untuk menilai kemampuan guru dalam menindaklanjuti hasil belajar siswa dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan;
·        lembar wawancara dengan guru dan siswa.  
2)      Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan berlangsung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun deskripsi pelaksanaannya, sebagai berikut.
Pada tanggal 1 Juni 2011, penulis mengadakan supervisi kelas untuk membantu saudara Abdul Rohim yang mengajar di kelas V. Sebagai supervisor, penulis datang lebih dulu ke sekolah. Sebelumnya sudah ada konteks dengan yang bersangkutan, agar datang ke sekolah 20 meneit sebelum jam pelajaran. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, yang bersangkutan pun tiba, kemudian menemui penulis di ruang kerja. Tanpa membuang waktu, langsung saja penulis berdiskusi dengan yang bersangkutan. Selama lebih kurang 10 menit, barulah diperoleh kesepakatan untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Namun sebelumnya, penulis bersama yang bersangkutan mempersiapkan dulu kondisi kelas, agar menunjang pelaksanaan pembelajaran.
Setelah tiba waktunya jam pelajaran di mulai, penulis dan saudara Abdul Rohim memasuki ruang kelas V. Seluruh siswa tampak menyambut dengan hangat, tentunya karena suasana pada hari ini sedikit agak berbeda dengan suasana sebelumnya. Saudara Abdul Rohim mulai membuka kegiatan pembelajaran dengan memimpin berdo’a sebelum belajar. Selesai berdo’a, yang bersangkutan dengan penulis mengondisikan siswa, agar memahami tujuan pembelajaran dan cara belajar untuk mencapainya. Memasuki kegiatan inti pembelajaran, penulis mulai memperhatikan, mencatat, dan menilai aktivitas guru dan siswa. Hal ini terus dilakukan hingga akhir kegiatan pembelajaran.
Pada tanggal 2 Juni 2011, penulis mengadakan supervisi kelas untuk memberikan bantuan berupa bimbingan pelaksanaan pembelajaran kepada saudari Jumnati yang mengajar di kelas III. Penulis dan yang bersangkutan tiba di sekolah sekitar 30 menit sebelum jam pelajaran di mulai. Sebelum pembelajaran di mulai, penulis dengan saudari Jumnati mangadakan diskusi terkait dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dan model pembelajaran yang sudah direncanakan untuk menyiasati ketercapaiannya kompetensi dasar tersebut oleh siswa. Tidak sedikit masukan dan supor yang penulis berikan kepadanya, dengan tujuan menyemangati dan agar pada saat pelaksanaannya tidak terkesan kaku dengan kehadiran penulis di kelas.
Tiba waktunya jam pelajaran di mulai, penulis dan saudari Jumnati memasuki ruang kelas III. Sebelum memasuki ruangan, kami menyampaikan salam, yang dijawab dengan baik oleh seluruh siswa. Saudari Jumnati mengawali pembelajaran dengan do’a bersama sebelum belajar. Seluruh siswa tampak berdo’a dengan hidmat. Selesai kegiatan berdo’a, yang bersangkutan dan penulis berusaha mengondisikan siswa, agar dalam kondisi siap belajar. Barulah setelah itu, yang bersangkutan menjelaskan tujuan pembelajaran dan cara belajar untuk mencapainya. Mengakhiri kegiatan awal, beliau dan penulis memotivasi siswa dengan cara akan memberi reward dan punishment yang setimpal.   
Proses kegiatan inti pembelajaran pun berlangsung di bawah kendali saudari Jumnati. Kadang-kadang penulis membantu membimbing dan mengarahkan siswa pada hal-hal yang diinginkan dalam pembelajaran. Dalam pada itu, penulis memperhatikan, mencatat, dan menilai aktivitas yang bersangkutan dan siswa. Hal ini berlangsung hingga kegiatan pembelajaran berakhir.
Demikian pun dengan supervisi kelas berikutnya, dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kepada masing-masing guru (Tika Kartika, Ade Juariah, Hj. Mutiah, dan Dede Soidin), penulis berusaha sekemampuan membina, seperti halnya yang dilakukan kepada beberapa orang guru sebelumnya. Ketika masing-masing sedang berinteraksi dengan siswa, penulis membantu, mengarahkan, dan turut serta memotivasi siswa. Selain itu, penulis pun memperhatikan dengan seksama aktivitas guru dan siswa, serta mencatat hal-hal penting dan menilainya pada lembar observasi.
3)      Observasi
Observasi dilakukan oleh penulis sejak awal hingga akhir kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh guru dan siswa.  Berdasarkan hasil observasi diperoleh beberapa catatan serta hasil penilaian terhadap kemampuan masing-masing guru. Berikut ini ringkasnya hasil catatan dan penilaian tersebut.
(1)   Saudara Abdul Rohim mengawali pembelajaran dengan sebuah rencana yang terdiri atas komponen-komponen berikut: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pokok, (6) model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (8) alat dan sumber pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Untuk komponen 1, 2, 3, dan 4 sudah dirumuskan dengan baik. Oleh karena itu yang bersangkutan dinilai mampu memenuhi tuntutan ini. Untuk komponen materi pokok, dinilai kurang untuk memenuhi tuntutan tujuan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), sudah dilakukan, meski akurasinya untuk mencapai tujuan pembelajaran masih disangsikan. Barulah dalam menjabarkan langkah-langkah pembelajaran dinilai kurang mampu mengaktualisasikan karakter, tahapan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Demikian pun dalam penilaian pembelajaran, tidak mencantum prosedur dan pedoman penilaian yang jelas,kriteria yang tepat untuk menentukan batas minimal tuntas. Lebih jelasnya catatan dan hasil penilaian itu tertuang pada tabel1 (terlampir) observasi berikut.
Tabel 1 Penilaian Kemampuan Merencanakan Pembelajaran

No.


Komponen yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Rumusan Standar Kompetensi



2
Rumusan Kompetensi Dasar



3
Rumusan Indikator Hasil Belajar



4
Rumusan Tujuan Pembelajaran



5
Rumusan Materi Pokok



6
Rumusan Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)



7
Rumusan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran



8
Rumusan Alat dan Sumber Pembelajaran



9
Rumusan Penilaian Pembelajaran



Jumlah Nilai
27
Rata-rata Nilai                                                                           3
Keterangan:
Nilai 1 : Tidak Mampu
Nilai 2 : Kurang Mampu
Nilai 3 : Cukup Mampu
Nilai 4 : Mampu
Selain itu, kemampuan yang bersangkutan pun dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya pun dinilai secara objektif. Ada beberapa catatan penting terkait dengan hasil observasi terhadap substansi tersebut, yakni sebagai berikut.
§  Pelaksanaan pembelajaran masih didominasi guru. Hal ini mungkin karena sudah terbiasa gaya mengajarnya seperti. Kemungkinan lainnya, yang bersangkutan sepertinya belum terbiasa dengan langkah-langkah membelajarkan siswa berdasarkan model pembelajaran yang dipilihnya. Oleh karena, kurang terjadi proses pembentukan karakter siswa, seperti yang diharapkan. Demikian pun dalam membelajarkan siswa pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, sepertinya terlewati begitu saja dengan kebiasaan fokus pada penyajian materi ajar.
§  Evaluasi pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana, meski tidak ditentukan dalam rencana tersebut bahwa prosedur penilaiannya menggunakan prosedur penilaian hasil belajar. Hasil evaluasi yang menunjukkan kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran tidak dinilai berdasarkan pedoman dan kriteria yang jelas. Oleh karena itu, sulit untuk menentukan nilai akhir yang diperoleh siswa sebagai bukti kemampuannya dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran.
§  Hasil belajar siswa yang menunjukkan tingkat keberhasilan pengelolaan proses pembelajaran, saat itu tidak sempat ditindaklanjuti yang disebabkan oleh waktu pembelajaran sudah berakhir. Untuk mengetahui hal ini, yang bersangkutan bersepakat dengan penulis akan menganalisisnya pada saat refleksi.
Lebih jelasnya mengenai nilai yang diberikan penulis pada saat observasi terhadap setiap substansi di atas, tertuang dalam tabel 2 (terlampir) berikut. 
Tabel 2 Penilaian Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti Hasilnya

No.


Indikator Kemampuan yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Membuka kegiatan pendahuluan



2
Mengelola kegiatan eksplorasi



3
Mengelola kegiatan elaborasi



4
Mengelola kegiatan konfirmasi



5
Menumbuhkembangkan karakter



6
Pendayagunaan alat dan sumber



7
Mengelola evaluasi



8
Menindaklanjuti hasil evaluasi



9
Menutup kegiatan pembelajaran



10
Pemanfaatan waktu dalam setiap kegiatan



11
Menjelaskan materi ajar disertai contoh



12
Membimbing dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran



13
Memberi solusi terhadap setiap kesulitan siswa



Jumlah Nilai
31
Rata-rata Nilai
2,38
Keterangan:
Nilai 1 : Tidak Mampu
Nilai 2 : Kurang Mampu
Nilai 3 : Cukup Mampu
Nilai 4 : Mampu
(2)   Saudari Jumnati, dalam mengelola proses pembelajaran diawali dengan sebuah rencana yang terdiri atas komponen-komponen berikut: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pokok, (6) model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (8) alat dan sumber pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Dalam merumuskan komponen 1, 2, 3, dan 4, yang bersangkutan dinilai cukup mampu. Lain halnya dengan komponen materi pokok, kurang mampu dirumuskan dalam uraian yang jelas, serta kurang disertai contoh yang konkret. Demikian pun dalam pemilihan model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), sepertinya antara pendekatan, metode, dan teknik kurang sesuai. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan tujuan pembelajaran, karakter yang diinginkan, dan karakteristik siswa. Selain itu, dalam komponen langkah-langkah pembelajaran dinilai kurang mengakomodir proses belajar siswa pada tahapan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Komponen lainnya yang dinilai masih kurang direncanakan dengan baik, yaitu teknis penilaian. Adapun hasil penilaian komponen-komponen tersebut secara keseluruhan, seperti tertuang pada tabel 3 (terlampir) berikut.
Tabel 3 Penilaian Kemampuan Merencanakan Pembelajaran

No.


Komponen yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Rumusan Standar Kompetensi



2
Rumusan Kompetensi Dasar



3
Rumusan Indikator Hasil Belajar



4
Rumusan Tujuan Pembelajaran



5
Rumusan Materi Pokok



6
Rumusan Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)



7
Rumusan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran



8
Rumusan Alat dan Sumber Pembelajaran



9
Rumusan Penilaian Pembelajaran



Jumlah Nilai
22
Rata-rata Nilai                                                2,44
Keterangan:                                            
Nilai 1    : Tidak Mampu
Nilai 2    : Kurang Mampu
Nilai 3    : Cukup Mampu
Nilai 4    : Mampu

Substansi lainnya yang dinilai dari kemampuan saudari Jumnati, yaitu dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya. Ada beberapa catatan penting terkait dengan hasil observasi terhadap substansi tersebut, yakni sebagai berikut.
§  Pelaksanaan pembelajaran masih berfokus pada penyajian materi ajar. Padahal model pembelajaran yang digunakan lebih menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa. Pemberdayaan siswa dalam mengeksplorasi, mengelaborasi, dan mengkonfirmasi kurang mendapat perhatian yang serius. Hal ini lebih disebabkan oleh kebiasaan sebelumnya, di mana pusat belajar siswa pada guru bukan pada proses mandiri dan kerjasasama. Tidak heran kalau kemudian siswa hanya duduk, dengar, catat, dan hafalkan (DDCH) bukan CBSA (ke cara belajar siswa aktif).
§  Evaluasi pembelajaran hanya dilaksanakan di akhir pembelajaran. Di awal pembelajaran tidak ada evaluasi. Itu sebabnya kemajuan siswa dalam belajar kurang terukur. Paling tidak dengan adanya tes awal dan tes akhir, tingkat kemajuannya dapat diketahui.
§  Hasil belajar siswa di akhir pembelajaran tidak sempat ditindaklanjuti, karena waktu lebih banyak tersita untuk penyajian meteri ajar.Itu sebabnya untuk menentukan upaya tindak lanjut yang tepat, terpaksa harus menunggu hasil refleksi.
Untuk mengetahui nilai kemampuan yang bersangkutan terkaitan dengan setiap indikator di atas, dapat dilihat pada tabel 4 (terlampir) berikut.
Tabel 4 Penilaian Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti Hasilnya

No.


Indikator Kemampuan yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Membuka kegiatan pendahuluan



2
Mengelola kegiatan eksplorasi



3
Mengelola kegiatan elaborasi



4
Mengelola kegiatan konfirmasi



5
Menumbuhkembangkan karakter



6
Pendayagunaan alat dan sumber



7
Mengelola evaluasi



8
Menindaklanjuti hasil evaluasi



9
Menutup kegiatan pembelajaran



10
Pemanfaatan waktu dalam setiap kegiatan



11
Menjelaskan materi ajar disertai contoh



12
Membimbing dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran



13
Memberi solusi terhadap setiap kesulitan siswa



Jumlah Nilai
28
Rata-rata Nilai
2,15
Keterangan:
Nilai 1    : Tidak Mampu
Nilai 2    : Kurang Mampu
Nilai 3    : Cukup Mampu
Nilai 4    : Mampu
(3)   Saudari Tika Kartika, mengawali pengelolaan proses pembelajaran dari sebuah rencana yang terdiri atas komponen-komponen berikut: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pokok, (6) model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (8) alat dan sumber pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Untuk komponen 1, 2, 3, dan 4, sudah dirumuskan dengan baik. Oleh karena itu, yang bersangkutan dinilai mampu merumuskan keempat komponen tersebut. Berbeda dengan komponen materi pokok, yang bersangkutan dinilai kurang mampu. Harusnya komponen ini dirumuskan dalam uraian yang jelas, yang disertai contoh konkret untuk memudahkan pemahaman siswa. Sama halnya dengan mengupayakan komponen model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), alat dan sumber pembelajaran, serta penilaian pembelajaran, yang bersangkutan dinilai kurang mampu.Lebih jelasnya mengenai hasil penilaian penulis terhadap komponen-komponen tersebut dituangkan pada tabel 5 (terlampir) berikut.
Tabel 5 Penilaian Kemampuan Merencanakan Pembelajaran

No.


Komponen yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Rumusan Standar Kompetensi



2
Rumusan Kompetensi Dasar



3
Rumusan Indikator Hasil Belajar



4
Rumusan Tujuan Pembelajaran



5
Rumusan Materi Pokok



6
Rumusan Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)



7
Rumusan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran



8
Rumusan Alat dan Sumber Pembelajaran



9
Rumusan Penilaian Pembelajaran



Jumlah Nilai
22
Rata-rata Nilai                                                                        2,44
Keterangan:                                            
Nilai 1  : Tidak Mampu
Nilai 2  : Kurang Mampu
Nilai 3  : Cukup Mampu
Nilai 4  : Mampu
Selain menilai kemampuannya dalam merencanakan pembelajaran, penulis pun menilai kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya. Beberapa catatan penting yang dapat direkomendasikan untuk memperkuat hasil penilaian tersebut, yakni sebagai berikut.
§  Fokus pembelajaran masih pada materi ajar, bukan pada siswa supaya belajar mengalami sendiri, baik secara individu maupun kelompok. Di mana kegiatan belajar siswa pada tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, tidak diketahui. Hal ini karena pelaksanaan pembelajaran kurang berpedoman pada rencana. Tidak tampak antarsiswa saling belajar, sebagaimana model pembelajaran yang diupayakan yang bersangkutan.
§  Evaluasi pembelajaran hanya dilaksanakan di akhir pembelajaran. Di awal pembelajaran tidak ada evaluasi. Itu sebabnya kemajuan siswa dalam belajar kurang terukur. Paling tidak dengan adanya tes awal dan tes akhir, tingkat kemajuannya dapat diketahui.
§  Hasil belajar siswa di akhir pembelajaran tidak sempat ditindaklanjuti, karena waktu lebih banyak tersita untuk penyajian meteri ajar. Itu sebabnya untuk menentukan upaya tindak lanjut yang tepat, terpaksa harus menunggu hasil refleksi.
Bertolak dari beberapa catatan di atas, penulis memberikan penilaian terhadap kemampuan yang bersangkutan, seperti tertuang pada tabel 6 (terlampir) berikut.   
Tabel 6 Penilaian Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti Hasilnya

No.


Indikator Kemampuan yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Membuka kegiatan pendahuluan



2
Mengelola kegiatan eksplorasi



3
Mengelola kegiatan elaborasi



4
Mengelola kegiatan konfirmasi



5
Menumbuhkembangkan karakter



6
Pendayagunaan alat dan sumber



7
Mengelola evaluasi



8
Menindaklanjuti hasil evaluasi



9
Menutup kegiatan pembelajaran



10
Pemanfaatan waktu dalam setiap kegiatan



11
Menjelaskan materi ajar disertai contoh



12
Membimbing dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran



13
Memberi solusi terhadap setiap kesulitan siswa



Jumlah Nilai
28
Rata-rata Nilai
2,15
Keterangan:
Nilai 1  : Tidak Mampu
Nilai 2  : Kurang Mampu
Nilai 3  : Cukup Mampu
Nilai 4  : Mampu
(4)   Saudari Ade Juariah, dalam menyusun rencana pembelajaran, berpatokan pada ketentuan umum tentang komponen-komponen  rencana pembelajaran beorientasi KTSP, yang sekurang-kurangnya terdiri atas komponen: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pokok, (6) model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (8) alat dan sumber pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Dari kesembilan komponen tersebut, empat komponen dinilai sudah benar, yakni komponen 1, 2, 3, dan 4. Sementara itu dalam merumuskan komponen materi pokok, komponen model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), komponen langkah-langkah pembelajaran, komponen alat dan sumber pembelajaran, komponen penilaian pembelajaran, yang bersangkutan dinilai kurang mampu. Adapun hasil penilaian penulis terhadap kemampuannya dalam merumuskan komponen-komponen tersebut dituangkan pada tabel 7 (terlampir) berikut.
Tabel 7 Penilaian Kemampuan Merencanakan Pembelajaran

No.


Komponen yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Rumusan Standar Kompetensi



2
Rumusan Kompetensi Dasar



3
Rumusan Indikator Hasil Belajar



4
Rumusan Tujuan Pembelajaran



5
Rumusan Materi Pokok



6
Rumusan Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)



7
Rumusan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran



8
Rumusan Alat dan Sumber Pembelajaran



9
Rumusan Penilaian Pembelajaran



Jumlah Nilai
22
Rata-rata Nilai                                                                        2,44
Keterangan:                                            
Nilai 1    : Tidak Mampu
Nilai 2    : Kurang Mampu
Nilai 3    : Cukup Mampu
Nilai 4    : Mampu
Kemampuan lainnya yang turut dinilai dari yang bersangkutan, yakni kemampuan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya. Ada sejumlah catatan penting untuk dijadikan bahan pertimbangan penilaian dan refleksi atas kemampuan yang bersangkutan, seperti tertuang pada tabel berikut.
§  Pembelajaran masih berpusat pada guru dan materi ajar bukan pada siswa untuk mengalami segala ketentuan yang diinginkan dalam pembelajaran. Ketiga tahapan penting dalam proses tersebut, seperti halnya eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, sama sekali tidak disentuh.
§  Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dilakukan hanya di akhir. Padahal dalam rencana disebutkan akan dilakukan penilaian proses (di awal) dan penilaian hasil (di akhir). Oleh karena itu, kemajuan siswa sulit diukur.
§  Hasil evaluasi yang menunjukkan keberhasilan pengelolaan proses pembelajaran tidak segera ditindaklanjuti, yang disebabkan oleh ruang waktunya yang tidak tersedia. Itu sebabnya untuk menentukan upaya tindak lanjut yang tepat, terpaksa harus menunggu hasil refleksi.
Guna melengkapi catatan di atas, pada tabel 8 (terlampir) disajikan hasil penilaian penulis pada saat mensupervisi yang bersangkutan terkait dengan substansi di atas.   
Tabel 8 Penilaian Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti Hasilnya

No.


Indikator Kemampuan yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Membuka kegiatan pendahuluan



2
Mengelola kegiatan eksplorasi



3
Mengelola kegiatan elaborasi



4
Mengelola kegiatan konfirmasi



5
Menumbuhkembangkan karakter



6
Pendayagunaan alat dan sumber



7
Mengelola evaluasi



8
Menindaklanjuti hasil evaluasi



9
Menutup kegiatan pembelajaran



10
Pemanfaatan waktu dalam setiap kegiatan



11
Menjelaskan materi ajar disertai contoh



12
Membimbing dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran



13
Memberi solusi terhadap setiap kesulitan siswa



Jumlah Nilai
28
Rata-rata Nilai
2,15
Keterangan:
Nilai 1    : Tidak Mampu
Nilai 2    : Kurang Mampu
Nilai 3    : Cukup Mampu
Nilai 4    : Mampu
(5)   Saudari Hj. Mutiah, dalam mengawali proses pembelajaran, tidak jauh berbeda dengan guru yang lainnya. Yang bersangkutan mengawalinya dari sebuah rencana, yang di dalamnya terdapat beberapa komponen berikut: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pokok, (6) model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (8) alat dan sumber pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Kemampuannya dalam hal ini sama halnya dengan guru lain, baru pada beberapa komponen seperti komponen 1, 2, 3, dan 4. Dalam komponen lainnya, seperti komponen materi pokok, komponen model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), alat dan sumber pembelajaran, serta penilaian pembelajaran, dinilai kurang mampu. Atas dasar itu, penulis memberikan penilaian sebagaimana tertuang pada tabel 9 (terlampir) berikut.
Tabel 9 Penilaian Kemampuan Merencanakan Pembelajaran

No.


Komponen yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Rumusan Standar Kompetensi



2
Rumusan Kompetensi Dasar



3
Rumusan Indikator Hasil Belajar



4
Rumusan Tujuan Pembelajaran



5
Rumusan Materi Pokok



6
Rumusan Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)



7
Rumusan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran



8
Rumusan Alat dan Sumber Pembelajaran



9
Rumusan Penilaian Pembelajaran



Jumlah Nilai
22
Rata-rata Nilai                                                                        2,44
Keterangan:                                            
Nilai 1  : Tidak Mampu
Nilai 2  : Kurang Mampu
Nilai 3  : Cukup Mampu
Nilai 4  : Mampu
Selain itu, yang bersangkutan pun masih dinilai kurang mampu mengimplementasikan setiap langkah kegiatan berdasarkan pada model pembelajaran yang dipilihnya untuk menyiasati siswa agar belajar lebih bermakna dan berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk memperkuat hasil penilaian tersebut, berikut ini disertakan beberapa catatan penting yang dibuat penulis pada saat melaksanakan observasi.
§  Implementasi langkah kegiatan yang sudah direncanakan berdasarkan tuntutan model pembelajaran tertentu, tidak tampak sama sekali, baik pada tahapan eksplorasi, elaborasi, maupun konfirmasi. Demikian pun dengan proses pembentukan karakter yang diinginkan, terisolir oleh karena fokus pada sajian materi ajar. Guru sebagai pusat belajar, tampak lebih dominan daripada siswa mengalami proses belajar yang sesungguhnya.
§  Kegiatan evaluasi pembelajaran lebih ditujukan pada pengukuran aspek kognitif ketimbang aspek afektif dan psikomotor. Padahal ketiga ranah ini merupakan target bidikan setiap kali proses pembelajaran di kelas. Kegiatan ini pun hanya dilakukan di akhir pembelajaran. Sementara di awal pembelajaran, tidak dilakukan. Oleh karena itu, sulit ditentukan tingkat kemajuan yang sudah dicapai siswa, karena  tidak ada pembanding.
§  Hasil evaluasi yang merupakan bukti keberhasilan proses pembelajaran yang telah berlangsung, belum sempat mendapatkan perhatian, karena waktu sudah tidak memungkinkan. Apalagi sampai pada upaya menindaklanjutinya. Jika demikian, upaya tindak lanjut ke depan belum dapat diketahui karena untuk itu terpaksa harus menunggu hasil refleksi.
Bertolak dari catatan di atas, kepada yang bersangkutan, penulis memberikan nilai seperti tertuang pada tabel 10 (terlampir) berikut.   
Tabel 10 Penilaian Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti Hasilnya

No.


Indikator Kemampuan yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Membuka kegiatan pendahuluan



2
Mengelola kegiatan eksplorasi



3
Mengelola kegiatan elaborasi



4
Mengelola kegiatan konfirmasi



5
Menumbuhkembangkan karakter



6
Pendayagunaan alat dan sumber



7
Mengelola evaluasi



8
Menindaklanjuti hasil evaluasi



9
Menutup kegiatan pembelajaran



10
Pemanfaatan waktu dalam setiap kegiatan



11
Menjelaskan materi ajar disertai contoh



12
Membimbing dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran



13
Memberi solusi terhadap setiap kesulitan siswa



Jumlah Nilai
28
Rata-rata Nilai
2,15
Keterangan:
Nilai 1    : Tidak Mampu
Nilai 2    : Kurang Mampu
Nilai 3    : Cukup Mampu
Nilai 4    : Mampu
(6)   Saudara Dede Soidin, mengawali pengelolaan proses pembelajaran dari sebuah rencana yang terdiri atas komponen-komponen berikut: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi pokok, (6) model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (8) alat dan sumber pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran. Untuk komponen 1, 2, 3, dan 4, sudah dirumuskan dengan baik. Oleh karena itu, yang bersangkutan dinilai mampu merumuskan keempat komponen tersebut. Berbeda dengan komponen materi pokok, yang bersangkutan dinilai kurang mampu. Harusnya komponen ini dirumuskan dalam uraian yang jelas, yang disertai contoh konkret untuk memudahkan pemahaman siswa. Sama halnya dengan mengupayakan komponen model pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik), alat dan sumber pembelajaran, serta penilaian pembelajaran, yang bersangkutan dinilai kurang mampu. Lebih jelasnya mengenai hasil penilaian penulis terhadap komponen-komponen tersebut dituangkan pada tabel 11 (terlampir) berikut.
Tabel 11 Penilaian Kemampuan Merencanakan Pembelajaran

No.


Komponen yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Rumusan Standar Kompetensi



2
Rumusan Kompetensi Dasar



3
Rumusan Indikator Hasil Belajar



4
Rumusan Tujuan Pembelajaran



5
Rumusan Materi Pokok



6
Rumusan Model Pembelajaran (Pendekatan, Metode, Teknik)



7
Rumusan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran



8
Rumusan Alat dan Sumber Pembelajaran



9
Rumusan Penilaian Pembelajaran



Jumlah Nilai
22
Rata-rata Nilai                                                                        2,44

Keterangan:                                            
Nilai 1  : Tidak Mampu
Nilai 2  : Kurang Mampu
Nilai 3  : Cukup Mampu
Nilai 4  : Mampu
Selain menilai kemampuannya dalam merencanakan pembelajaran, penulis pun menilai kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya. Beberapa catatan penting yang dapat direkomendasikan untuk memperkuat hasil penilaian tersebut, yakni sebagai berikut.
§  Fokus pembelajaran masih pada materi ajar, bukan pada siswa supaya belajar mengalami sendiri, baik secara individu maupun kelompok. Di mana kegiatan belajar siswa pada tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, tidak diketahui. Hal ini karena pelaksanaan pembelajaran kurang berpedoman pada rencana. Tidak tampak antarsiswa saling belajar, sebagaimana model pembelajaran yang diupayakan yang bersangkutan.
§  Evaluasi pembelajaran hanya dilaksanakan di akhir pembelajaran. Di awal pembelajaran tidak ada evaluasi. Itu sebabnya kemajuan siswa dalam belajar kurang terukur. Paling tidak dengan adanya tes awal dan tes akhir, tingkat kemajuannya dapat diketahui.
§  Hasil belajar siswa di akhir pembelajaran tidak sempat ditindaklanjuti, karena waktu lebih banyak tersita untuk penyajian meteri ajar. Itu sebabnya untuk menentukan upaya tindak lanjut yang tepat, terpaksa harus menunggu hasil refleksi.
Bertolak dari beberapa catatan di atas, penulis memberikan penilaian terhadap kemampuan yang bersangkutan, seperti tertuang pada tabel 12 (terlampir) berikut.   
Tabel 12 Penilaian Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran, Evaluasi, dan Menindaklanjuti Hasilnya

No.


Indikator Kemampuan yang Dinilai
Nilai
1
2
3
4
1
Membuka kegiatan pendahuluan



2
Mengelola kegiatan eksplorasi



3
Mengelola kegiatan elaborasi



4
Mengelola kegiatan konfirmasi



5
Menumbuhkembangkan karakter



6
Pendayagunaan alat dan sumber



7
Mengelola evaluasi



8
Menindaklanjuti hasil evaluasi



9
Menutup kegiatan pembelajaran



10
Pemanfaatan waktu dalam setiap kegiatan



11
Menjelaskan materi ajar disertai contoh



12
Membimbing dan mengarahkan siswa secara aktif dalam pembelajaran



13
Memberi solusi terhadap setiap kesulitan siswa



Jumlah Nilai
28
Rata-rata Nilai
2,15
Keterangan:
Nilai 1    : Tidak Mampu
Nilai 2    : Kurang Mampu
Nilai 3    : Cukup Mampu
Nilai 4    : Mampu
4)      Refleksi
Dalam merefleksi hasil pelaksanaan tindakan siklus I, penulis beserta guru-guru dan pengawas melaksanakan diskusi. Melalui upaya ini diperoleh suatu kesepakatan mengenai keberhasilan dan kegagalan siklus I serta upaya untuk mengatasi agar tidak timbul kegagalan pada hal yang sama di siklus II. Adapun mengenai hal itu, yakni sebagai berikut.
·        Setelah siklus I berlangsung, sedikit banyaknya kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya mengalami peningkatan, baik dalam merencanakan pembelajaran maupun melaksanakan pembelajaran berlandaskan model pembelajaran yang terpilih oleh masing-masing. Hal ini setidaknya telah memberi dampak positif terhadap proses dan hasil belajar siswa.
·        Suatu hal yang masih dipandang kurang baik dan ini merupakan kegagalan dari siklus I, yakni kurang berhasil meningkatkan kemampuan guru dalam menumbuhkembangkan karakter yang diinginkan, baik pada saat eksplorasi, elaborasi, maupun konfirmasi. Hal ini dapat terjadi karena kebiasaan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya masih dibawa ke kegiatan pembelajaran siklus I. Itu sebabnya, aktivitas belajar siswa kurang mencerminkan karakter model pembelajaran yang dipilih oleh masing-masing guru SD Negeri 2 Sukajaya. Sisi lainnya yang kurang direncanakan dengan baik oleh masing-masing guru, yaitu komponen materi pokok pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran, dan teknis penilaian pembelajaran. Demikian pun dalam efektivitas waktu, perlu dipertimbangkan agar jangan sampai terjadi lebih banyak digunakan untuk penyajian materi ajar, sehingga kegiatan-kegiatan lainnya yang sama pentingnya kurang difasilitasi waktu yang memadai. Akibat dari persoalan ini, sebagian besar siswa hasil belajarnya kurang mencapai target (dalam hal ini nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari mata pelajaran yang sudah ditentukan sekolah).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan siklus I, maka pada siklus II direncanakan tindakan sebagai berikut.  
·        Penulis sebagai kepala sekolah yang bertugas menjadi supervisor harus berusaha meningkatkan pemahaman guru SD Negeri 2 Sukajaya, baik dalam mengelola administrasi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, maupun upaya menindaklanjuti  hasil pembelajaran.
·        Penulis sebagai kepala sekolah yang bertugas sebagai supervisor harus pula memotivasi para guru, agar mereka memiliki semangat dan tetap bertanggung jawab dalam mengelola proses pembelajaran. Cara yang akan ditempuh untuk itu, akan digunakan sistem pemberian reward dan punishment yang setimpal. 
·        Pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung, mulai dari menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya, penulis sebagai kepala sekolah yang bertugas sebagai supervisor harus selalu mendampingi para guru, agar tidak terjadi lagi hal-hal yang diharapkan seperti pada siklus I. Tentunya untuk itu perlu ada waktu. Oleh karena itu, satu minggu sebelum pelaksanaan siklus II akan digunakan untuk proses pembinaan, yang dilakukan setelah jam pelajaran efektif berlangsung. Atas dasar itu, kepada semua guru, penulis memohon kesediaannya agar tidak lantas meninggalkan sekolah. Waktu yang diperlukan untuk itu lebih kurang 2 jam. Hal ini telah disepakati oleh para guru, tanpa terkecuali oleh pengawas.   
2.      Siklus II
Seperti halnya proses pelaksanaan siklus I, pada siklus II pun menempuh beberapa tahapan berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Untuk menggambarkan aktivitas pelaksana tindakan dan subjek, serta aktivitas pengamat untuk mendapatkan data yang diharapkan, perlu dibuat deskripsiny, yakni sebagai berikut.
1)      Perencanaan
Dalam merencanakan tindakan siklus II, peneliti, guru, dan pengawas bersandar pada hasil refleksi siklus I. Adapun hasilnya, meliputi:
(1)   Supervisi kelas pada siklus II harus ditujukan pada upaya pemulihan pemahaman guru SD Negeri 2 Sukajaya terhadap hal-hal yang kurang mampu dipenuhi, baik terkait dengan beberapa komponen perencanaan pembelajaran maupun tahapan-tahapan penting dalam melaksanakan pembelajaran yang didasarkan pada suatu model pembelajaran terpilih. Dalam rangka itu, penulis sebagai supervisor merencanakan tindakan sebagai berikut:
§  Berusaha meningkatkan pemahaman guru terhadap beberapa komponen rencana pembelajaran yang diketahui kurang mampu dipenuhinya dengan baik. Dalam rangka itu, peneliti mengalokasikan waktu khusus. Untuk mempermudah pamahaman guru, maka dibuatlah beberapa contoh rumusan komponen tersebut yang didasarkan pada ketentuan model pembelajaran terpilih.
§  Lebih bersahabat, baikdengan guru maupun siswa yang sedang berusaha secara sungguh-sungguh memenuhi setiap tuntutan pembelajaran.
§  Memotivasi guru dan siswa dengan cara akan memberikan reward dan punishment yang setimpal.  Reward yang akan diberikan kepada guru dan siswa ketika mereka berlaku sesuai dengan harapan, bukan saja berupa pujian tetapi juga materi yang setimpal. Demikian pun jika satu sama lain kurang berhasil mengupayakan tercapainya perubahan perilaku yang diharapkan, bukan hanya sangsi berupa teguran tetapi juga nilai prestasi tidak akan ditingkatkan.
(2)   Supervisi kelas siklus II akan dilaksanakan pada bulan Juli 2011. Adapun waktu yang direncanakan untuk masing-masing guru, seperti pada rincian berikut.
§  Pada tanggal 1 Juli 2011, supervisi kelas ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Abdul Rohim yang berharap memperbaiki pengelolaan proses pembelajaran pada siklus I.
§  Pada tanggal 4 Juli 2011, supervisi kelas ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Jumnati yang berharap memperbaiki pengelolaan proses pembelajaran pada siklus I.
§  Pada tanggal 8 Juli 2011, supervisi kelas ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Tika Kartika yang berharap memperbaiki pengelolaan proses pembelajaran pada siklus I.
§  Pada tanggal 12 Juli 2011, supervisi kelas ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Ade Juariah yang berharap memperbaiki pengelolaan proses pembelajaran pada siklus I.
§  Pada tanggal 17 Juli 2011, supervisi kelas ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Hj. Mutiah yang berharap memperbaiki pengelolaan proses pembelajaran pada siklus I.
§  Pada tanggal 21 Juli 2011, supervisi kelas ditujukan untuk memberikan bantuan kepada Dede Soidin yang berharap memperbaiki pengelolaan proses pembelajaran pada siklus I.
(3)   Pada supervisi kelas siklus II tidak megubah target yang diinginkan, karena kriteria keberhasilannya masih tertuju pada hal-hal yang diupayakan, seperti:
§  setiap guru tidak lagi mengalami kesulitan dalam merencanakan pembelajaran, terutama dalam merumuskan beberapa komponen tertentu yang sebelumnya diketahui kurang mampu dipenuhinya, serta meningkatkan pemahamannya terhadap arti penting tahapan ini guna mewujudkan proses pembelajaran yang didasarkan pada model pembelajaran terpilih;
§  setiap guru tidak lagi mengalami kesulitan dalam membelajarkan siswa, baik pada tahap eksplorasi, elaborasi, maupun konfirmasi, dan hal ini terbukti memberi dampak positif pada tumbuhkembangnya karakter yang dinginkan;
§  setiap guru tidak lagi mengalami kesulitan dalam menentukan prosedur evaluasi dan bahkan dalam implementasinya pun dapat berlangsung seperti yang diharapkan;
§  meningkatnya aktivitas siswa dalam belajar dan hasil belajarnya lebih baik dari siklus sebelumnya, baik dilihat dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
(4)   Pada supervisi kelas siklus II, masih menggunakan instrumen sejenis dengan siklus I, yakni:
§  lembar observasi untuk menilai kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran;
§  lembar observasi untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran;
§  lembar observasi untuk menilai kemampuan guru dalam mengevaluasi kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran;
§  lembar observasi untuk menilai kemampuan guru dalam menindaklanjuti hasil belajar siswa dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan;
§  lembar wawancara dengan guru dan siswa.   
2)      Pelaksanaan
Memasuki kegiatan inti pelaksanaan supervisi kelas siklus II, baik peneliti maupun guru saling berusaha membangun karakter yang diinginkan. Sejak awal hingga akhir kegiatan ini berlangsung, baik peneliti maupun guru tidak lagi menghadapi hambatan seperti pada siklus sebelumnya. Bersamaan dengan itu, perilaku siswa pun bergeser ke arah karakter yang dinginkan.  
Bersama saudara Abdul Rohim, segala sesuatunya yang akan menunjang pelaksanaan pembelajaran dapat diupayakan. Mulai dari pemenuhan komponen rencana pembelajaran hingga dalam memenuhi tahapan-tahapan penting dalam pembelajaran, seperti tumbuhkembangnya karakter guru dan siswa pada saat eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, tidak terkendalai oleh persoalan seperti yang timbul pada siklus I. Demikian pun dalam mengelola kegiatan evaluasi dan mengupayakan langkah tindak lanjutnya, dapat dipenuhi dengan baik oleh yang bersangkutan.
Perubahan yang sama terjadi pula pada guru lainnya. Baik pada perilaku saudari Jumnati, Tika Kartika, Hj. Mutiah, dan saudara Dede Soidin, masing-masing cukup mengalami kemajuan ke arah yang diinginkan.
Setiap perubahan yang terjadi pada masing-masing guru, ini tidak lepas dari perubahan perilaku supervisor. Disadari pula bahwa dalam rangka itu pun supervisor sedikit banyaknya ada bantuan dari pengawas. Kerja sama yang sinergis ini, memang beresiko. Bukan saja menguras tenaga dan pemikiran, tetapi juga meteri sedikit banyaknya pasti harus rela dikeluarkan.
3)      Observasi
Berdasarkan catatan dan penilaian observer, diperoleh gambaran sebagai berikut.
§  Saudara Abdul Rohim, tercatat tidak lagi mengalami kesulitan dalam merumuskan beberapa komponen rencana pembelajaran. Meningkatnya kemampuan yang bersangkutan dalam memenuhi setiap komponen rencana pembelajaran, diikuti dengan meningkatnya nilai yang diberikan observer dan penulis seperti tertuang pada tabel 13 (terlampir).
Selain itu, kemampuan yang bersangkutan pun dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya pun dinilai mengalami peningkatan, seperti tertuang pada tabel 14 (terlampir) berikut.
§  Saudari Jumnati, berdasarkan catatan dari observer dan penulis dinyatakan tidak lagi mengalami kesulitan dalam merumuskan beberapa komponen rencana pembelajaran, yang sebelumnya diketahui kurang mampu dipenuhinya. Atas dasar itu, nilai kemampuannya dalam memenuhi tuntutan tersebut dan komponen lainnya dinilai mengalami peningkatan, seperti tertuang pada tabel 15 (terlampir).Substansi lainnya yang dinilai dari kemampuan saudari Jumnati, yaitu dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya. Dalam memenuhi tuntutan ini, pada siklus II yang bersangkutan tercatat tidak lagi mengalami kesulitan. Atas dasar itu, observer dan penulis memberikan nilai lebih dari sebelumnya, seperti tertuang pada tabel 16 (terlampir).
§  Saudari Tika Kartika, tercatat mengalami peningkatan kemampuan dalam memenuhi beberapa komponen rencana pembelajaran, yang mana sebelumnya (pada siklus I) dinilai kurang mampu. Atas dasar itu, observer dan penulis meningkatkan nilai kemampuannya. Demikian pun dalam mempertahankan kemampuannya dalam memenuhi tuntutan komponen lainnya yang dinilai sudah benar, seperti tertuang pada tabel 17 (terlampir).
Seiring dengan meningkatnya penilaian di atas, observer pun dan penulis meningkatkan pula nilai kemampuan yang bersangkutan dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya, seperti tertuang pada tabel 18 (terlampir).
§  Saudari Ade Juariah, tidak tercatat lagi kurang mampu memenuhi beberapa komponen rencana pembelajaran. Bahkan berdasarkan hasil penilaian observer dan penulis, nilai beberapa komponen tersebut meningkat, seperti tertuang pada tabel 19 (terlampir) .
Meningkatnya kemampuan yang bersangkutan dalam memenuhi tuntutan komponen-komponen tersebut, telah memberi dampak positif terhadap peningkatan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya, seperti tertuang pada tabel 20 (terlampir) berikut.
§  Saudari Hj. Mutiah, cukup mengalami kemajuan dalam mememnuhi beberapa komponen rencana pembelajaran, yang sebelumnya tercatat dan nilai kurang baik. Itu sebabnya, observer dan penulis meningkatkan nilai kemampuannya, seperti tertuang pada tabel 21 (terlampir).
Sebagai dampak dari meningkatnya kemampuan yang bersangkutan dalam memenuhi tuntutan beberapa komponen perencanaan pembelajaran tersebut, kemampuannya pun dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya, meningkat, seperti terungkap pada hasil penilaian observer dan penulis yang tertuang pada tabel 22 (terlampir) .
§  Saudara Dede Soidin, yang sebelumnya (pada siklus I) diketahui kurang mampu memenuhi tuntutan beberapa komponen rencana pembelajaran, terbukti pada siklus II mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik, dengan nilai seperti tertuang pada tabel 23 (terlampir).
Peningkatan yang cukup berarti pun terjadi dalam memenuhi tuntutan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya. Atas dasar itu, baik observer maupun penulis meningkatkan nilai kemampuann dalam memenuhi tuntutan tersebut, seperti tertuang pada tabel 24 (terlampir).
4)      Refleksi
Setelah melakukan serangkaian kegiatan siklus II, pada akhirnya diperoleh suatu bahan refleksi untuk didiskusikan bersama observer dan para guru SD Negeri 2 Sukajaya. Melalui diskusi ini, ada hasil kemufakatan, antara lain:
(1)   Masing-masing guru mengalami peningkatan kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran yang didasarkan pada model pembelajaran terpilih. Setelah siklus II ini, tidak lagi ditemukan adanya guru yang mengalami kesulitan dalam merumuskan setiap komponen rencana pembelajaran, dan hal ini telah memberi dampak yang positif terhadap meningkatnya kemampuan masing-masing dalam melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasilnya dengan berbagai upaya yang tepat.
(2)   Seiring dengan meningkatnya kemampuan masing-masing guru dalam mengelola proses pembelajaran, proses dan hasil belajar siswa pun mengalami peningkatan.
(3)   Terbukti melalui supervisi kelas yang dilakukan secara berkala dengan menerapkan teknik yang tepat, akhirnya kemampuan guru dan siswa dalam suatu pembelajaran dapat ditingkatkan. Adapun teknik yang dimaksud dalam rangka itu, yakni menerapkan model-model pembelajaran.
b.      Pembahasan
Setelah melakukan refleksi terhadap peningkatan kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses pembelajaran pasca dilakukan supervisi kelas oleh kepala sekolah dengan menerapkan model-model pembelajaran yang diupayakan, diperoleh gambaran untuk pembahasan, yakni:
1.      pentingnya supervisi kelas oleh kepala sekolah SD Negeri 2 Sukajaya, yang di dalamnya bermuatan daya upaya yang akurat guna meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran;
2.      kemampuan kepala sekolah dalam mendayagunakan antarkomponen penting terkait dengan model-model pembelajaran, merupakan modalitas mendasar  bagi berlangsungnya proses transformasi kemampuan ini kepada guru SD Negeri 2 Sukajaya; 
3.      meningkatnya kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses pembelajaran yang berlandaskan pada model-model pembelajaran yang diterapkan, tidak terlepas dari meningkatnya kesadaran kepala sekolah untuk luruh di dalamnya secara bertanggung jawab, yang diaktualisasikan pada tindakan-tindakan nyata yang bersifat preventif (mencegah), membimbing, mengarahkan, dan menjadi rekan sejawat nan bijak dalam memenuhi setiap kebutuhan guru dan siswa dalam rangka mencapai suatu perubahan yang diinginkan.
Dengan berkembangnya perilaku-perilaku baik seperti di atas, maka terjadilah suatu perubahan ke arah yang dinginkan oleh masing-masing. Meski untuk berubah itu beresiko, baik kepala sekolah maupun guru-guru SD Negeri 2 Sukajaya, tetap mengambil strategi ini. Ketimbang tidak berubah sama sekali, mereka merasa yakin jauh akan lebih beresiko. Kepiawaian kepala sekolah dalam memilih tingkat resiko, baik secara ekonomis maupun material, dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pemborosan, lebih meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran.
Termasuk masalah yang kompleks dan tidak mudah dalam menyelesaikan kasus pengelolaan proses pembelajaran. Terlebih lagi ketika masalah itu berkaitan dengan kualitas pengelolaan proses pembelajaran. Sudah menjadi rumus yang baku untuk bisa berlangsungnya hal itu diperlukan segala sesuatunya yang berkualitas, baik SDM guru, material, maupun proses berlangsungnya. Dalam rangka mengupayakan kualitas ini, peran serta kepala sekolah akan sangat mewarnai peran serta guru dan siswa. Supervisi merupakan bagian integral dari kemampuan profesional kepala sekolah yang berkualitas. Tanpa berkemampuan melakukan supervisi, mustahil kepala sekolah SD Negeri 2 Sukajaya berhasil meningkatkan kualitas kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Secara kuantitas, tensi peningkatan itu dapat dilihat pada tabel 25 (terlampir) berikut.
F.     Simpulan dan Saran
Setelah melakukan serangkaian kegiatan penelitian, akhirnya diperoleh hasil, seperti telah diuraikan. Untuk kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian tersebut. Barulah dapat diambil suatu simpulan guna menjawab pokok masalah penelitian ini. Simpulan dimaksud, sebagai berikut.
1.      Penerapan model-model pembelajaran melalui supervisi kelas oleh kepala sekolah terbukti berhasil meningkatkan kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses pembelajaran.
2.      Dengan meningkatnya kemampuan guru SD Negeri 2 Sukajaya dalam mengelola proses pembelajaran, selain proses belajar siswa lebih bermakna juga hasil belajarnya pun turut meningkat.
Berdasarkan simpulan di atas, penulis dapat merekomendasikan beberapa saran sebagai berikut.
1.      Ada baiknya, pengawas ikut serta dalam melaksnakan supervisi kelas bersama dengan kepala sekolah SD Negeri 2 Sukajaya.
2.      Ada baiknya, untuk ke depan supervisi kelas oleh kepala sekolah dilakukan atas permintaan guru SD Negeri 2 Sukajaya.
3.      Ada baiknya, untuk program supervisi kelas yang akan datang, khususnya di SD Negeri 2 Sukajaya dibuat bersama-sama dengan  melibatkan berbagai pihak terkait, terutama pengawas, kepala sekolah, guru, dan bahkan stakeholders sekolah. 



G.    Sumber Rujukan
Erman Suherman, (2009). Model-model Pembelajaran. http ://re-searchengines.com/1207trimo1.html Penelitian Tindakan Sekolah.
Iim Waliman, dkk. 2001. Supervisi kelas (Modul Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung : DinasPendidikan Provinsi Jawa Barat
S Syaodih Nana, (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah(konsep,prinsif,dan instrumen). Bandung : Aditama.
Sudrajat Akhmad. Pendekatan Pembelajaran.
Udin Winataputra,( 1994), Model pembelajaran
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Piet, A. Sahertian. Frans Mataheru, 1981. Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya, UsahaNasional.
Colin Marsh. (1996). Handbook for beginning teachers. Sydney : Addison Wesley Longman Australia Pry Limited.
Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar